Devil's Fruit (21+)

Sungguh Melegakan Sekali Dia Mati



Sungguh Melegakan Sekali Dia Mati

0Fruit 1367: Sungguh Melegakan Sekali Dia Mati     
0

Ketika kembali ke kastil, mereka melihat King Zardakh sudah duduk jumawa di depan gerbang kastil. "Kalian benar-benar keterlaluan karena melupakan orang sepenting aku, heh?"     

Segera saja ucapan sang raja mendapatkan celaan dari putri dia yang keras, Myren. Suasana jadi makin meriah karenanya.     

Karena itu merupakan upacara pernikahan Jovano, sudah tentu King Zardakh memindahkan peti es Andrea ke kastil bekas Alphegor.     

Jovano dan yang lainnya agak terpana melihat hal itu.     

"Hei, apa kau pikir ibumu tidak akan meradang kalau dia nanti tahu kau tidak menghadirkan dia di upacara pernikahanmu, hm?" Demikian alasan dari King Zardakh memindahkan putrinya yang sedang tertidur ke kastil.     

"Kalau begitu, Zizi—" Jovano teringat akan adiknya.     

"Huh, biar saja dia tidur seperti beruang begitu." King Zardakh bergegas menjawab dengan wajah melengos ke arah lain.     

"Opa … jangan begitu, dong! Zizi juga harus dibawa!" Jovano bersikeras.     

Maka, membawa Zivena yang tertidur dalam bopongannya, Jovano memindahkan semua orang ke kastil yang sudah disiapkan. Termasuk teman-teman baru Jovano juga dan sekaligus Eunika, tentu saja.     

"Nanti, kalau sudah adakan pernikahan di kastil, kita akan adakan pesta di Cosmo, oke Jo?" Vargana menepuk ringan bahu adik sepupunya.     

"Kenapa juga di Cosmo?" tanya Voindra ke kakak sulungnya.     

"Voi, apa koloni kingkong tidak berhak melihat momen penting Jo?" Vargana memutar bola matanya.     

"Ohh iya! Ha ha ha!" Voindra segera paham akan itu.     

"Ehh, Kak Jo, apa Raja Heilong dan adiknya juga tidak diundang?" tanya Gavin mengenai ayah Kuro dan Shiro beserta adiknya, si naga mini, Weilong.     

"Mereka sedang fokus bersemedi di Cosmo, aku tak enak mengganggu. Mungkin nanti saja kalau mereka sudah menyelesaikan semedi kultivasinya." Jovano menjawab.     

Maka, tak lama kemudian, kastil dipenuhi akan hiruk-pikuk kebahagiaan. Bahkan Pangeran Abvru yang tadinya cemberut pun mau tak mau mulai menghilangkan kesuraman di wajahnya.     

Vargana tak henti-hentinya membujuk suaminya agar merelakan kakaknya, Pangeran Zaghar. "Salah satu wasiat dari kakakmu adalah Jo menggantikan dia demi Sho. Ayo, kita hormati keinginan terakhir dari Kak Zaghar."      

Karena itu, Pangeran Abvru pun hanya bisa menghela napas dan berusaha untuk mengerti akan wasiat tak masuk akal dari sang kakak. Kalau itu dia, mana sudi dia memberikan istrinya ke lelaki lain meski itu adik atau saudara sendiri sekalipun! Tidak akan pernah! Lebih baik Vargana menjanda seumur hidupnya!     

Suasana upacara pernikahan Jovano dengan kedua wanita tercintanya berlangsung khidmat dipimpin oleh King Zardakh, tentunya, sebagai yang paling senior di sana.      

Meski itu merupakan upacara apa adanya dan tidak memakai pakem ala pernikahan dunia manusia pada umumnya, Jovano dan yang lainnya tidak perduli. Yang penting, semua menyaksikan momen ini dan tak akan ada yang meragukan status mereka mulai hari ini.     

"Nah, sekarang kastil ini sudah tidak punya pemilik," kata Myren ketika mereka duduk di ruang makan yang luas dengan meja oval panjang yang bisa menampung mereka semua.     

"Biarlah aku saja yang mengelola kastil ini." Segera, Pangeran Djanh bersuara menjawab Myren. "Errr … tapi kalau itu disetujui kalian, sih!"     

Revka melirik suami di sampingnya sambil bertanya, "Memangnya kau punya rencana apa dengan kastil ini, heh? Apa hendak membangun istana harem di sini, heh?"     

Pangeran Djanh kecut seketika melihat wajah masam istrinya. "A-Aha ha ha, tentu saja tidak, kitty honey … mana berani aku begitu. Aku masih sayang masa depanku," ujarnya sembari mengelus selangkangannya secara refleks.     

Melirik perbuatan suaminya, Revka pun tersenyum dan menjawab, "Hm, bagus kalau kau sadar diri mengenai itu."     

"Kalau begitu, ini biar aku ambil alih saja, oke?" King Zardakh menimpali.     

Kali ini, Myren yang melirik tajam ke ayahandanya. "Kau … hendak kau apakan kastil ini nantinya? Jangan bilang akan kau jadikan istana harem, bapak mesum!"     

King Zardakh yang baru saja sedang membayangkan kastil yang akan digunakan sebagai istana prostitusi, mendadak bayangan itu meletus bersamaan dengan ucapan keras Myren. "A-Aha ha ha … memangnya kenapa sih kalau Ayah begitu?"     

"Apa kau masih belum puas punya pacar gelap di setiap negara dan setiap alam di jagat raya ini, heh?" Myren langsung menuding ke depan sang ayah.     

King Zardakh mendadak tersedak sampai terbatuk-batuk. "Uhuk! Uhuk! Kau … ehem … kau terlalu memuji ayahmu ini bagaikan pangeran Casanova."     

"Cih! Malah bangga." Myren makin kesal dan melipat dua tangannya. Ibunya dan ibu Andrea sudah menjadi korban kemesuman King Zardakh, dan sepertinya daftar para korban belum akan usai meski ribuan tahun ke depan.     

"Ha ha ha, kalau begitu aku akan kelola saja, yah!" Sekarang Jovano yang mengajukan diri.     

"Kau hendak apakan kastil ini, heh? Membuat kastil Alphegor kedua?" Lirikan tajam dari Serafima menciutkan Jovano seketika.     

"Ti-Tidak mungkin, sayank. Kan aku sudah berjanji hanya kalian berdua saja." Jovano lekas menenangkan istri barunya.     

"Bagus, Jo!" Myren menyahut cepat. "Seharusnya memang begitu, jangan mentang-mentang lelaki, bisa seenaknya brengsek. Jangan tiru kakek tuamu itu!"     

Jovano tak bisa menjawab dan hanya meringis canggung dan melirik wajah suram King Zardakh. Diantara jutaan anak King Zardakh, hanya Myren dan Andrea saja yang berani bersikap keras dan tegas padanya. Beliau sungguh tidak berkutik pada keduanya.     

"Nah, kalau begitu, biar Mama saja yang mengelola alam ini, bagaimana? Setuju?" Voindra bersuara.      

"Mama?" Myren dan Vargana menyahut berbarengan sambil menoleh ke Voindra.     

Gadis itu mengangguk. "Di sini ada banyak sekali penyihir perempuan, ya kan? Nah, kalau mereka diberdayakan dengan baik, apapun itu, aku yakin itu merupakan hal yang pantas, kan?"     

"Wuaahh! Voi! Idemu emang wow!" Vargana menatap adiknya dengan mata berbinar.      

Sedangkan Myren, dia mengangguk-angguk. "Hm, sepertinya itu tidak buruk. Baiklah, sayank! Akan Mama ambil ide darimu itu! Hm, kebetulan butikku kekurangan tenaga penjahit karena makin berkali lipat jumlah butiknya di dunia. Rasanya aku bisa memanfaatkan tenaga penyihir di sini sebagai penjahitku."     

King Zardakh dan Pangeran Djanh dalam hatinya hanya bisa menghela napas. Menjadi penjahit saja? Betapa sungguh itu sebuah kerugian dan menyia-nyiakan sumber daya, begitu gumam hati mereka.     

Akhirnya setelah puas bersantap di kastil, Jovano pun memindahkan semua orang kembali ke Cosmo untuk merayakan pesta kedua di sana bersama koloni Kingkong Tubuh Besi.     

Suasana makin ramai di Cosmo dengan adanya pesta daging hewan iblis hasil buruan kilat dari King Zardakh dan Pangeran Djanh. Meski begitu, King Zardakh tidak ikut pesta di Cosmo dan beralasan ada urusan penting di bumi.     

"Halah! Paling-paling ke tempat gundiknya! Alasan saja dengan urusan penting." Myren mencibir saat ayahnya sudah pergi. "Bagi dia, wanita adalah yang paling penting."     

"Sudah, biarkan saja, Aunty." Jovano terkekeh. Dia bisa memaklumi akan hawa napsu besar milik sang kakek. Apalagi wanita yang paling Beliau cintai sudah meninggal, yaitu nenek kandung Jovano, Nivria. Wajar jika sekarang sang kakek butuh orang lain untuk bisa menghibur dia setelah tiadanya Nivria.     

"Ungghh … sepertinya ramai sekali." Tiba-tiba saja, Zivena sudah berada di dekat orang-orang yang berpesta. Dia mengucek matanya sambil menguap.     

"Zizi!" Jovano menyambut adiknya yang akhirnya bangun dari hibernasinya. Segera saja digendongnya Zivena ke tengah arena pesta di sebuah lembah luas, tak jauh dari pondok hunian.     

Sementara itu, Pangeran Djanh dan Revka pamit pergi karena mereka memiliki bisnis yang harus lekas diurus di bumi.     

Saat Pangeran Djanh sudah berada kembali di bumi, dia berkata ke istrinya, "Sungguh melegakan sekali si Zaghar mati."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.