Devil's Fruit (21+)

Berkenalan Dengan Kerabat Baru



Berkenalan Dengan Kerabat Baru

0Fruit 1366: Berkenalan Dengan Kerabat Baru     
0

Akhirnya setelah Jovano menyarankan agar semua kawan dan kerabatnya yang datang untuk masuk ke alam Cosmo demi melihat makam Pangeran Zaghar, mereka tentu saja bersedia, karena selain untuk mendatangi makam mantan suami Shona, mereka juga bisa menengok Andrea dan Dante.     

Dengan menggunakan kekuatan pikirannya, Jovano segera memindahkan mereka semua ke dalam alam Cosmo.     

Begitu kaki mereka menginjak alam Cosmo, mereka segera disergap udara segar dan suasana sejuk beserta nuansa yang menyenangkan yang mereka rindukan. Lingkungan alam Cosmo memang sangat baik secara udara maupun cuaca.     

"Kak? Siapa mereka?" Tiba-tiba saja, rombongan Tim Blanche bertemu dengan gadis remaja berambut biru pucat yang senada dengan warna matanya. Itu adalah Eunika.     

"Kak?" Tim Blanche satu demi satu bertanya akan sebutan yang diberikan gadis mempesona itu kepada Jovano.     

"O-Ohh … ini … dia … adikku." Jovano tentu saja tidak mungkin menyembunyikan fakta mengenai Eunika.     

"Adik?" Kuro maju untuk mengamati Eunika.     

"Dia … half sister aku." Jovano menjawab sembari meringis gugup.     

"Half sister?!" Semua anggota Tim Blanche serempak menyeru.     

"A-Apa maksudnya, Jo?" Vargana ikut maju ke Eunika seperti Kuro untuk melihat gadis itu dari atas sampai bawah.     

"Dia … anak Dad dengan—"     

"Woaaahh! Dante berani selingkuh lagi?!" Revka tidak membiarkan Jovano menyelesaikan kata-katanya dan menjerit karena saking kagetnya.     

"Memangnya Uncle selingkuh berapa kali, sih?" Voindra dengan lugunya bertanya, membuat Revka terbatuk karena tersedak saliva sendiri.     

"Itu … itu terjadi ketika Dad diselamatkan dari ledakan bom di Nirwana dan hidup di alam peri." Jovano kemudian menjelaskan secara singkat mengenai latar belakang Eunika.     

"Wuoohh … ternyata dia adikmu, Jo!" Kuro semakin menatap Eunika dari atas sampai bawah bagai sedang melakukan scanning.     

"Kan sudah dia bilang sebelumnya, bodoh." Shiro membalas dengan memutar bola mata.     

"Diam kau! Urus saja fans-fansmu yang gila itu daripada menjawabku!" sembur Kuro ke saudara kembarnya.     

"Ya ampun, anaknya Dante." Myren sampai tak tahu harus berkata apa lagi selain itu saking terkejutnya.     

"Dia … dia anak Dante dari ratu peri …." Shelly maju ke Eunika, nampak ragu-ragu, tapi setelah melihat tatapan rapuh dan sendu dari mata biru besar Eunika, ia tak tahan untuk tidak tersenyum. "Kamu cantik sekali," pujinya sambil mengelus pipi Eunika bagai mengelus anak sendiri. "Apakah Ndrea—"     

"Ohh! Rupanya kalian!" Keluarlah Dante dari pondok es dan menjumpai Tim Blanche.     

Segera saja, mata Tim Blanche membeku saat melihat kemunculan Dante, apalagi lelaki itu segar bugar dan bisa berjalan.     

"P-Papa? PAPA!" Kuro yang tersadar pertama kali dan langsung menubruk Dante.     

"Aha ha ha ha … Kuro, kau ini … apa kau lupa kalau kau sudah besar dan jadi wanita dewasa, hn? Kau tidak seringan dulu, Nak." Dante mau tak mau menyambut tubuh Kuro di pelukannya, bahkan ketika gadis ular itu seenaknya bergelanyut di tubuh Dante persis seperti koala.     

"Uncle Dante! Ya ampun! Kok …." Vargana sampai melongo.     

"Dante brengsek! Kau ternyata sudah hidup lagi!" Revka menepuk keras bahu belakang sepupunya.     

"Hei, memangnya aku pernah mati?" Dante membalas Revka.     

"Ya, kan memang sebelum ini kamu mati … suri?" elak Revka sambil memberikan cengiran nakal.     

"Semua ini berkat ibunya Eunika." Jovano lalu menceritakan secara singkat mengenai itu. "Nah, itu teman-teman baruku dari beberapa alam yang aku datangi."     

Jovano memperkenalkan beberapa penghuni baru di Cosmo pada Tim Blanche, "Ini Mogu dari alam Hybrid, ini Darga, Miloz dan Motya dari alam Mutan. Mengenai mereka, nanti akan aku ceritakan lebih lanjut setelah kita ke makam Pangeran Zaghar dulu, yah!"     

Tim Blanche mengangguk dan mengikuti Dante ke sebuah bangunan yang dijadikan seperti mausoleum. Di sana terbaring jasad beberapa kawan dan kerabat mereka yang telah meninggal.     

Mausoleum itu cukup luas dan bergaya gothic. Di dalamnya ada makam Sabrina dan beberapa anak-anaknya yang tewas. Ada pula makam untuk Kiran, adik dari Gavin. Lalu, Jovano juga membangun sebuah makam baru untuk Pangeran Zaghar meski jasadnya tidak ada, hanya sisa jubah dan pakaian bertempurnya saja.     

"Tidak ada Ivy di sini?" bisik Vargana ke dekat telinga Jovano ketika mereka sudah tiba di bangunan itu.     

"Aku tidak yakin Ivy akan aman jika ditaruh di sini, Va." Jovano balas berbisik ke sepupunya.     

Vargana pun mengangguk paham. Ya, betul kata Jovano, jasad Ivy yang masih diawetkan dalam sebuah peti kaca khusus memang bisa memicu emosi bagi Noir atau siapapun yang mendendam kepada Ivy.     

Meski peti kaca yang digunakan pada Ivy sangat kuat dan kokoh serta mustahil bagi Noir untuk menghancurkannya, namun menaruh jasad itu di tempat dimana Noir bisa melihatnya, tentu tidak patut dan sama sekali tidak berempati.     

Oleh karena itu, Jovano masih menaruh peti berisi jasad Ivy di alam pribadinya, alam Wadidaw. Di sana sepi dan tenang, cocok untuk Ivy yang introvert dan anti sosial, begitu menurut Jovano.     

Pandangan mata Pangeran Zabvru mulai buram karena air mata ketika dia menatap makam kakaknya. Meski di dalam peti batu itu tidak ada jasad sang kakak, namun tetap saja terletak peninggalan sang kakak di dalam sana. "Kak … Kak …." Ia tidak bisa menahan tangisnya lagi dan segera bersimpuh untuk memeluk peti kakaknya.     

Segera, suasana pun menjadi suram dan sedih ketika menyaksikan betapa Pangeran Abvru begitu berduka. Shona juga menangis, dan Serafima lekas memeluk bahu untuk menguatkan keponakan sekaligus madunya.     

Setelah melawat makam Pangeran Zaghar dan masih berselimut kesedihan, Tim Blanche berpindah ke pondok es tempat Andrea masih tertidur panjang menunggu kristal jiwanya lengkap.     

Sedangkan Pangeran Abvru masih ingin lebih lama di makam kakaknya dan Vargana menemaninya.     

Ketika melihat Andrea yang tertidur damai di peti esnya, Kuro, Kyuna dan Shelly tak bisa menahan tangisnya. Mereka bertiga memiliki ikatan paling kuat dengan Andrea dibandingkan siapapun selain Dante dan Jovano.     

"Aku pasti akan lengkapi semua kristal mom dan akan bangunkan dia." Jovano berbisik lirih sambil menahan air matanya. Rasanya memang sungguh rindu akan kehadiran yang hidup  dari sang ibu. Memang ketika ibunya masih sehat, mereka kerap berdebat meski untuk hal tak penting sekalipun. Namun, ketika ibunya dalam keadaan koma begini, barulah Jovano merasakan kehilangan sangat besar akan sosok sang ibu.     

Sebagai anak, kita memang begitu mudah merasa marah, kesal, dan banyak berdebat pada ibunya. Tetapi, ketika sang ibu tidak ada, akan terasa sebuah lubang kosong di hati kita yang terus terasa berdenyut sakit setiap kita merindukan sosok ibu.     

Dante memeluk tepi peti Andrea sambil tersenyum pada sang istri. "Sayank, mereka datang menjengukmu, kau harus lekas bangun, yah! Lihat, Kuro juga Shelly dan Kyuna jadi jelek sekali karena banyak menangis untukmu."     

Kuro memukul ringan bahu ayah angkatnya. "Papa jahat, aku kan tidak jelek! Aku ini kan anak Mama, mana mungkin aku jelek! Hu hu huuu …." Ia akhirnya memeluk Dante.     

"Sudah, sudah, kalian ini selalu saja menangis jika ke sini." Myren merangkul bahu Kyuna dan Shelly. "Ayo, kita segera lanjutkan ke acara inti. Ohh, ke mana sulungku?" Dia melihat sekeliling mencari Vargana.     

"Dia sedang menemani suaminya, sayank," jawab Ronh.     

"Ya sudah, nanti dia bisa menyusul. Ayo!" Myren yang merupakan jenderal besar sudah terbiasa mengkomando dan memimpin. Tim Blanche lainnya pun mengangguk setuju untuk kembali ke kastil sebelumnya.     

"Ehh, Jo, di mana adikmu Zizi?" tanya Voindra sambil berjalan keluar dari pondok es.     

"Dia sedang tidur panjang, biasa …." Jovano menjawab santai.     

Ketika kembali ke kastil, mereka melihat King Zardakh sudah duduk jumawa di depan gerbang kastil. "Kalian benar-benar keterlaluan karena melupakan orang sepenting aku, heh?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.