Devil's Fruit (21+)

Kemarahan Pangeran Abvru



Kemarahan Pangeran Abvru

0Fruit 1365: Kemarahan Pangeran Abvru     
0

Sesuai dengan janji Pangeran Djanh, dia segera memindahkan teman-teman dan kerabat dekat Jovano ke Alam Penyihir. Kastil pun disihir menjadi tempat yang lebih rapi, menyenangkan dan 'bersahabat' bagi para tamu.     

Betapa senangnya Jovano ketika dia melihat kawan dan kerabat dia di Tim Blanche satu demi satu muncul berdatangan ke kastil yang mulai dihias dengan tema pernikahan.      

"Kalian!" seru Jovano ketika melihat kedatangan Shiro dan Kuro lalu Zevo, dan kemudian Vargana serta Voindra juga beserta ayah serta ibu mereka. Tak ketinggalan Rogard, Kyuna dan kedua anak mereka, lalu Shona dan saudara-saudara kandung Shona lainnya juga. Demikian pula Shelly dan Kenzo.     

Mereka saling berpelukan karena kangen dan tentu saja menggoda Jovano yang ternyata menikahi Shona.     

"Jo! Kau ini! Sungguh sialan sekali kau! Kenapa tidak memberitahu kami sejak awal, sih?" Kuro seperti biasa, kesal namun bahagia. Dia meninju ringan dada Jovano.     

"He he, maaf Kak Kuro, kami tentu tidak bisa seenaknya kembali ke Bumi karena misi belum selesai." Jovano mengusap enteng bekas tinjuan Kuro.     

"Bro!' Zevo hanya mengacungkan ibu jari sambil tersenyum lebar ke Jovano namun dari matanya terlihat aura nakal menggoda sahabatnya.     

"Ahh, kau ini!" Jovano meninju ringan bahu Zevo.     

Zevo segera meraih pundak Jovano dan mengalungkan lengannya di sana sambil berbisik keras, "Kau sekarang … adikku! Ha ha ha!"     

"Tsk! Sepertinya kau puas sekali dengan itu." Jovano menusukkan telunjuknya ke perut Zevo.     

"Jo, selamat! Kami turut berbahagia." Kyuna maju untuk memeluk sayang keponakannya.     

"Jo, aku ikut hepi, yah!" Vargana juga Voindra maju untuk memeluk Jovano juga. "Hei, mana para pengantin wanitanya?"     

"Ohh, mereka sedang disiapkan di ruang rias." Jovano menjawab.     

"Huh! Serafima brengsek itu ternyata bergenit-genit dengan bocah ingusan! Dasar nenek tak tahu diri!" sembur Revka sambil menggendong anak bungsunya yang sudah mulai besar, Romanov.     

"Ha ha ha …." Jovano hanya bisa menanggapi dengan tawa canggung mengenai ucapan frontal Revka.     

Namun, ada pandangan tajam terarah dari sudut lain di belakang Tim Blanche ketika semua orang memberi selamat kepada Jovano dengan wajah riang.     

Jovano yang pertama kali menyadari itu. Ia menghentikan tawanya dan mulai memasang wajah serius menatap sosok di belakang Tim Blanche. "Kak Abvru."     

"Hm, bagus sekali, yah! Kau merebut istri kakakku dan masih bisa tertawa-tawa dengan kawanmu!" Abvru tanpa menahan apapun mengucapkan apa yang terdapat di pikirannya. Matanya memerah menguarkan amarah ke Jovano.     

"Kak, tolong jangan salah paham." Jovano harus segera meluruskan hal ini kepada Pangeran Abvru sebagai adik kembar dari Pangeran Zaghar. "Ini berawal dari kata-kata wasiat terakhir dari Kak Za."     

"Jangan berdalih macam-macam!" bentak Pangeran Abvru dengan nada emosi.     

"Vru, jangan keburu emosi dulu, coba deh dengarkan dulu penjelasan dari Jo." Vargana lekas menenangkan suaminya.     

"Va, jangan hanya karena dia sepupumu lantas kau membela dia secara buta!" Pangeran Abvru malah memarahi istrinya, kecewa bahwa sang istri justru membela Jovano.     

"Kak Jo tidak bohong!" Mendadak, muncul Gavin dan di belakangnya ada Shona dan juga Serafima yang sudah selesai didandani ala pengantin Eropa.     

"Kalian tak usah mengada-ada untuk membela dia!" seru Pangeran Abvru, matanya mulai basah dikarenakan rasa sedih yang mendalam karena menjumpai fakta mengenai kematian kakak kembarnya dalam misi saat dia sampai di kastil ini. Dia tadinya syok ketika mendengar bahwa dia dan Vargana diundang ke acara pernikahan Jovano dengan Shona dan terheran-heran bagaimana dengan kakaknya?     

Dan ketika kakinya menjejak di kastil ini, Pangeran Abvru pun mengetahui bahwa kakaknya ternyata mengalami celaka dan mati saat menjalankan misi. Ini bagaikan pukulan beruntun bagi dia. Wajar saja jika dia begitu marah pada Jovano.     

"Kami tidak mengada-ada. Pangeran Zaghar memang memberikan wasiat terakhirnya kepada Jo agar Jo menjaga dan menikahi Shona untuk dirinya. Itu tepat sebelum dia mati." Serafima bersuara menjelaskan kesalahpahaman di kepala Pangeran Abvru.     

"Bohong! Kalian tak perlu begitu membela dia sampai mengarang cerita seperti itu!" bentak Pangeran Abvru sambil air matanya bercucuran akibat kesedihan mendalam.     

"Tidak ada gunanya membohongimu, Abvru!" teriak Shona membuat situasi hening seketika. Mereka pun menoleh ke Shona, gadis itu sudah berlinang air mata pula, meski begitu, itu tidak mempengaruhi riasan pada wajahnya yang cantik. "Tidak pula ada keuntungannya mengarang cerita mengenai ini. Zaghar … dia … dia mengatakan seperti yang Sis Sera bilang tadi."     

Sembari berbicara, air mata Shona terus mengalir deras meski tak ada isak tangis menandakan ketegaran hatinya. Rahangnya terkatup erat-erat karena menahan duka ketika teringat akan mantan suaminya.      

"Kami adalah saksi ketika ucapan terakhir Kak Zaghar keluar dari mulutnya sebelum dia tiada." Gavin berbicara lagi.     

"Mungkin sebaiknya kita datang dulu ke makam Kak Za." Jovano merasa bersalah karena telah membuat Pangeran Abvru marah. Bagaimana pun, dia memang kurang tepat mengadakan pesta begini ketika ada hal memilukan lainnya terjadi meski itu sudah cukup lampau.     

"Ya, memang sebaiknya kita datang dulu ke makam Kak Za meski sebenarnya yang ada di dalam makam itu hanya baju dan zirah Kak Za." Gavin berkata apa adanya.     

"Apa?!" Pangeran Abvru melotot dengan suara menggelegar karena terkejut. Hanya pakaian kakaknya saja yang dikebumikan?     

"Kak Za saat itu mendapatkan serangan virus aneh dan membuat semua daging dan tulangnya meleleh secara perlahan." Gavin menjelaskan secara singkat. "Itulah kenapa kami tidak bisa memakamkan jasadnya, karena memang sudah tidak ada. Maaf, tapi memang seperti itu kenyataannya. Dan Kak Za sebelum lenyap, dia berpesan ke Kak Jo untuk menjaga dan menikahi Kak Sho untuk menggantikan dirinya."     

"Menurutku, Zaghar berkata seperti itu karena dia hanya ingin Shona mendapatkan perlindungan yang baik. Karena dia menyayangi Shona begitu tinggi, dia tidak ingin Shona celaka. Karena dia juga mempercayai Jo, maka dia berharap kasih sayang dia bisa diteruskan oleh Jo." Serafima kali ini ikut bicara untuk menjernihkan pikiran Pangeran Abvru dari salah paham.     

"Kau … kau kan kekasih Jo, kenapa kau rela dia menikahi janda kakakku?" tuding Pangeran Abvru ke Serafima.     

"Apa kau pikir aku langsung menerimanya, brengsek?" sembur Serafima karena tak tahan lagi. "Aku juga awalnya menolak dan kesal! Tapi karena aku bisa berpikir lebih jernih dan melihat semua dari kacamata yang positif, maka aku pun menerima hubungan mereka. Toh, kami jadi lebih solid dan kompak setelah saling memahami. Dan kau! Kau ini kenapa keras kepala? Apakah semua iblis seperti itu?"     

"Hei, jangan menyindir kaumku!" bentak Pangeran Abvru, kesal atas ucapan lugas Serafima yang cukup menusuk telinganya.     

"Kalau memang kau bukan iblis dengki pendendam seperti biasanya, ya sudah, terima saja ini! Mudah, kan!" Serafima tak kalah galak membalas Pangeran Abvru.     

"Sudah, sudah, jangan malah bertengkar, please!" Jovano melerai keduanya yang sama-sama mudah terbakar emosi. "Ayo, kita datangi dulu makam Kak Za di alam Cosmo. Tapi, di sana akan ada beberapa orang penghuni baru. Nanti akan aku perkenalkan kalian satu persatu pada mereka."     

Tim Blanche pun mengangguk setuju. Pangeran Abvru hanya mendengus meski dia pun setuju untuk datang ke Cosmo demi melihat makam sang kakak meski yang dikebumikan bukanlah jasad sang kakak.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.