Devil's Fruit (21+)

Kemunculan Calon Ayah Mertua



Kemunculan Calon Ayah Mertua

0Fruit 1363: Kemunculan Calon Ayah Mertua     
0

Shona berhasil diperangkap masuk ke kristal bersama Molof dan dia digerayangi serta dilecehkan di sana. Meski janda muda itu sudah berjuang melawan dan berontak atas tingkah mesum Molof padanya, Molof menjadikan kristal itu tak bisa membuat Shona mengeluarkan kekuatan sihir dan elemen dia.     

Satu-satunya yang bisa dilakukan Shona hanyalah dengan kekuatan fisik saja, dan itu masih kalah oleh penindasan mesum yang dilakukan Molof.     

Ketika Molof sudah mulai hendak menusukkan batang jantannya ke liang Shona, tiba-tiba saja terdengar ketukan di dinding kristal.     

Tukk! Tukk! Tukk!     

Molof dan Shona seketika menoleh ke arah suara ketukan itu dan keduanya sama-sama melotot terkejut.     

"Bisakah aku mengganggumu?" tanya Pangeran Djanh dari luar kristal pada Molof.     

"Papa!" teriak Shona kencang-kencang.     

Mata Molof membeku mendengar Shona memanggil Pangeran Djanh dengan sebutan, "Hah? Apa? Dia ayah—"     

Bufff! Pffhhhh ….     

Belum sempat Molof melengkapi kalimat tanyanya, mendadak saja dinding kristal itu sudah meleleh ketika Pangeran Djanh menempelkan telapak tangannya di sana.     

Kristal pun segera meleleh seluruhnya dan menyisakan Molof yang masih memeluk Shona yang setengah telanjang dengan tatapan membeku.     

Senyuman Pangeran Djanh muncul saat dia bertanya ke Molof, "Hendak sampai kapan kau memeluk putriku, iblis kecil?"     

Sadar akan perbuatannya, Molof segera melepaskan Shona dan wanita muda itu segera terbang ke pelukan ayahnya dan menangis antara lega dan kesal.     

"Cup, cup, cup, sudah, jangan menangis lagi, oke. Papa gantengmu yang hebat ini sudah di sini." Pangeran Djanh menepuk-nepuk lembut punggung putrinya.     

"Papa! Papa! Hu hu huuu …." Shona masih terisak.     

"Nah, katakan ke Papa, apa yang iblis kecil itu berani lakukan padamu? Dia menyakitimu?" tanya lembut Pangeran Djanh ke putri kesayangannya.     

"Sangat! Aku benci padanya, Pa …." Shona kemudian menampakkan raut penuh benci dia ke Molof.     

Pandangan Pangeran Djanh segera tertuju ke Molof. Langsung saja Molof menggeleng ketakutan dan dia hendak kabur. Siapa mengira bahwa Shona yang dia lecehkan merupakan anak dari pangeran iblis yang ditakuti di Underworld!     

Kalau tahu begitu, Molof tidak akan pernah menatap Shona ataupun menginginkan wanita itu meski dipaksa sekalipun!     

Satu tangan Pangeran Djanh terulur ke depan menahan Molof yang hendak kabur. Meski tangan itu tidak menangkap Molof secara nyata, namun itu sudah bisa membuat gerakan Molof terhenti di udara.     

"Arrkhh … arrkhhh … ampun … ampun … ampuni aku …." Molof berjuang berbicara saat lehernya seperti ada yang mencekik dan dua kakinya bergerak-gerak di udara seraya dua tangan mencoba melonggarkan cekikan tak terlihat itu.     

Menggunakan kekuatan tak kentaranya, Pangeran Djanh menarik Molof hingga mendekat ke dia dan menghadapkan Molof ke dirinya. "Kau sudah berani menyentuh putriku, hm?"     

"Ampun … ampun … krrkkhh … am—krrkkhh …." Molof kesulitan bicara, matanya melotot penuh akan rasa ngeri. Siapa yang tidak mengetahui kekejaman Pangeran Djanh dari kerajaan Huvro? Meski si pangeran iblis itu kerap menebarkan senyum, namun di balik senyumnya terdapat kengerian tak berujung bagi lawan-lawannya.     

Ketika Jovano dan Gavin menyaksikan kemunculan Pangeran Djanh, betapa mereka dipenuhi kelegaan dan suka cita. Ayah dari Shona benar-benar penyelamat ketika mereka sudah nyaris tersudut dan celaka.     

"Uncle Djanh!" seru Jovano dengan senyum mengembang di wajahnya.     

Alphegor dan iblis lainnya menoleh ke Pangeran Djanh dan terkesiap. Mereka baru mengetahui bahwa Jovano dan si pangeran kerajaan Huvro itu saling mengenal baik.      

Rupanya, rumor bahwa hubungan kerajaan Huvro dan kerajaan Orbth terjalin baik itu bukan sekedar omong kosong belaka! Alphegor tadinya tidak percaya desas-desus itu dan menganggap itu hanya dihembuskan untuk menakut-nakuti kerajaan lainnya saja.     

Ternyata benar.     

Yang lebih mengejutkan bagi Alphegor adalah … bahwa Shona merupakan putri dari Pangeran Djanh. Bukankah itu sebuah kenyataan yang terlalu berlebihan?     

Iblis-iblis lainnya yang menyadari siapa itu Pangeran Djanh pun bergegas melarikan diri. Namun, Jovano bertindak cepat dengan menembakkan Api Hitam Neraka dia ke para iblis itu.     

Dengan segera terdengar pekikan jerit pilu nan kesakitan dari para iblis itu sebelum mereka kemudian berubah menjadi abu dan tertiup angin.     

Alphegor seakan tidak bisa merasakan lututnya karena saking gemetarannya. Tapi, dia tidak bodoh dan bergegas membuka ruang kosong di dekatnya, hendak kabur. Perduli setan dengan Molof dan siapapun di sana. Keselamatan diri sendiri lebih penting.     

"Hei, kenapa buru-buru begitu? Kita bisa berkenalan, mengobrol, dan minum teh dulu, ya kan?" Mendadak saja, Pangeran Djanh sudah berada di sebelah Alphegor.     

Dengan jentikan jarinya, Pangeran Djanh meniadakan robekan ruang kosong yang hendak digunakan Alphegor untuk melarikan diri. Ini membuat mata Alphegor terbelalak lebar. Bagaimana bisa ada iblis yang melakukan hal itu seakan bagai sedang membalikkan telapak tangan saja saking mudahnya.     

Yah, karena itu adalah Pangeran Djanh, maka hal demikian sungguhlah bukan perkara sulit.     

"Kau yang hendak mencelakai calon menantu baruku, hm?" tanya Pangeran Djanh sambil mencengkeram leher Alphegor.     

Mata Alphegor mendelik kaget. Benar juga, karena Jovano sudah menyatakan Shona adalah calon istrinya, maka tentu saja Pangeran Djanh merupakan calon ayah mertuanya! Sungguh bodoh sekali dia yang bertindak gegabah terhadap Jovano dan Shona!     

"Ampuni aku … Pangeran Mulia … tolong ampuni aku … aku tidak tahu … aku tidak tahu …." Alphegor berjuang membujuk Pangeran Djanh agar iba padanya.     

Segera saja, Pangeran Djanh membuat semacam gelembung tipis dan melempar Alphegor masuk ke gelembung tipis bagai gelembung sabun tersebut. Nyatanya, meski terkesan tipis dan rapuh, Alphegor tidak bisa keluar meski sudah berupaya sekuat tenaga sekalipun.     

Gelembung semacam itu juga sudah diberikan ke Molof sehingga dia tak berdaya di dalam gelembung tipis tersebut. Dipenjarakan di sana dan dibiarkan masih melayang di angkasa tanpa dia bisa berbuat apapun untuk terbebas dari gelembung tipis namun sangat kuat.     

Jangan remehkan apapun yang keluar dari Pangeran Djanh.     

"Jo, kau baik-baik saja?" tanya Pangeran Djanh pada Jovano yang terbang mendekat ke arahnya.     

"Aku baik-baik saja, Uncle. Hanya terluka sedikit saja." Jovano menampilkan senyum leganya.     

"Uncle? Kau masih berani memanggil begitu kepadaku?" sindir Pangeran Djanh.     

"Ehh?" Jovano termenung sejenak sebelum akhirnya tertawa canggung. "Aha haa haahh …." Ia menggaruk belakang kepalanya yang sedikit gatal.     

"Setelah kau berani menggauli putriku, kau tak berani memanggilku dengan pantas, hm?"     

"He he he … um, ca-calon mertua." Jovano agak malu-malu menyebutnya.     

"Tsk, jelek sekali panggilan sekaku itu. Panggil aku Papa mertua!" Pangeran Djanh menepuk dadanya dengan bangga.     

"Baik! Papa mertua!" ulang Jovano dengan nada tegas dan gembira.     

"Ha ha ha! Bagus! Sangat bagus! Aku senang sekali akhirnya memiliki menantu sepertimu! Akhirnya!" Pangeran Djanh tertawa senang.     

"Hm? Papa, apa maksudmu dengan 'akhirnya' tadi?" tanya Shona yang terbang mendekat juga ke dua pria itu.     

"O-Ohh! Itu … maksud Papa … akhirnya kamu tidak sendiri lagi. Itu yang Papa maksud, sayankku." Pangeran Djanh menepuk lembut pipi putrinya dan kemudian dia menjentikkan jari lalu muncul pakaian baru yang lebih layak untuk sang putri.     

Shona menatap penampilan barunya dan tersenyum senang. Kini dia tidak setengah telanjang lagi dengan pakaian compang-camping karena Molof. Dia pun segera terbang ke pelukan Jovano.     

"Maaf, aku tak berguna dan tak bisa menyelamatkanmu," ucap Jovano lirih sambil mengelus pipi Shona.     

Kepala Shona menggeleng pelan sambil tersenyum dan menjawab, "Tidak apa-apa, aku paham kau sedang ditekan iblis lainnya dan tak berdaya untuk menolongku. Yang penting, sekarang semuanya sudah baik-baik saja." Ia menyurukkan kepalanya ke dada Jovano dengan sikap manja.     

Melihat itu, Pangeran Djanh tersenyum puas, akhirnya harapan dia terkabul.     

"Ohh! Gavin!" Jovano berseru setelah dia teringat akan Gavin. Tak mungkin mereka melupakan bocah satu itu, kan?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.