Devil's Fruit (21+)

Pengakuan Egrima



Pengakuan Egrima

0Fruit 1357: Pengakuan Egrima     
0

Betapa terkejutnya Jovano ketika melihat Shona keluar dari alam Cosmo. Dia heran bagaimana bisa Shona melakukan itu? Apakah ada trik khusus atau cara tersendiri yang bisa diperbuat untuk mendobrak keluar dari Cosmo tanpa seijin empunya?     

"Sho! Kenapa kamu malah keluar?" teriak Jovano.     

Namun, Shona bukannya menjawab pertanyaan itu, dia segera mengeluarkan elemen air dia, membuat dinding dari air tersebut untuk melingkupi dia dan Jovano sehingga mereka segera aman dari kabut racun Alphegor.     

"Sho!" Jovano berteriak karena tidak direspon.     

Mau tak mau Shona menoleh usai berhasil membuat dinding air di sekeliling mereka. "Bagaimana bisa aku berdiam diri saja sedangkan calon suamiku berada dalam bahaya, hah?"     

"Tapi kau kan di—"     

"Sis Sera, maafkan aku yang keluar duluan, yah! Aku terpaksa begini dan tidak bisa mengajakmu, Sis. Jangan marah, oke!" Shona berkata-kata di depan ikat pinggang yang dikenakan Jovano. Ya, itu adalah Cosmo. Ia yakin saat ini Serafima bisa menonton semua yang terjadi di luar Cosmo dari layar hologram yang terpampang di alam itu.     

"Sho!" seru Jovano dengan wajah putus asa, tak mengira Shona bisa bertindak sembarangan begitu di saat situasi sedang genting begini.     

"Jo! Jangan meributkan tindakanku, oke? Atau kau ingin aku lebih nekat dari ini?" Pandangan tajam Shona langsung membuat Jovano tak lagi berani mendebat.     

Dengan bantuan elemen air Shona, maka kabut racun itu bisa dihalau pergi dari mereka berdua.      

"Wah! Ada nona cantik hadir di sini!" seru Alphegor saat melihat Shona.      

Berbeda dengan tatapan sayu Alphegor, mata Shona justru menghujam tajam ke iblis keriput itu. "Jangan anggap kau bisa bertindak serampangan pada kami!"     

"Ho ho ho … cukup galak juga nona cantik ini. Apakah ini wanitamu, Pangeran Muda?" Alphegor beralih ke Jovano.     

"Hm, ya, dia istriku." Jovano sudah menganggap Shona sebagai istrinya meski mereka belum melangsungkan upacara pernikahan. Tapi … memangnya di dunia iblis ada hal semacam itu? Upacara pernikahan di antara anggota Blanche terjadi karena Andrea yang menginginkannya. Cambion hera itu bersikeras tetap mengadakan sebuah pernikahan terlepas apakah mereka manusia atau iblis.     

"Yang Mulia, jangan lepaskan wanita itu!" teriak Molof dari jauh ketika dia melihat Shona, segera saja hasrat ingin memiliki Shona pun bangkit, apalagi ketika tahu Shona adalah istri Jovano, akan lebih membanggakan baginya jika bisa merebut istri sosok sekaliber Jovano.     

"Aku paham seleramu, Molof, tenang saja." Alphegor menjawab Molof sambil terkekeh.      

"Jangan harap aku sudi ikut dengan kalian!" Shona yang emosi pun bergegas maju menyerang Alphegor.     

Jovano mau tak mau ikut maju juga meski dia hanya bisa menghela napas melihat wanita kedua dia dikuasai amarah. Yah, mungkin Shona begitu karena melihat tadi betapa Jovano dalam bahaya.     

Shona dan Jovano secara berdampingan dan harmonis memberikan serangan terhadap Alphegor, sedangkan iblis lain di sekitar mereka tidak berani bergerak karena adanya api-api hitam milik Jovano yang menakutkan bagi mereka.      

Terpaksa, mereka pun hanya bisa menjadi penonton saja.     

Sementara tiga orang masih saling bertarung di angkasa, Molof terus menatap ke Shona dengan senyum mendamba. Dia yakin Alphegor bisa menundukkan Jovano dan merebut Shona untuknya. Memangnya iblis-iblis muda seperti Jovano dan kelompoknya bisa apa di hadapan iblis tua macam Alphegor?      

Molof tentu berpikir bahwa Jovano dan kelompoknya hanyalah sekumpulan bocah ingusan yang belum bisa apa-apa, terutama mengenai kekuatan.     

Saat Molof sedang lengah itulah, mendadak saja Egrima bergerak cepat memunculkan belati dan menusukkannya di leher Molof.     

Crasss!     

"Urrghh!" Molof terkejut bukan main ketika menyadari lehernya sudah ditusuk oleh belati di tangan Egrima. Dia melihat Egrima melesat terbang menggunakan origami sihir berbentuk bangau untuk menjauh dari Molof.     

Mereka semua saat ini memang melayang di atas kastil, sehingga sebagai penyihir yang tak punya daya terbang, Egrima mau tak mau mengeluarkan alat untuk membantunya bisa terbang saat dia lepas dari pelukan Molof.     

Saat leher Molof tertusuk dan darah hitam kental keluar dari sana, mendadak saja Kristal yang mengurung Gavin seperti terdistorsi dan membuka-menutup seperti akan runtuh daya pengurungannya.     

Rupanya Egrima tahu cara untuk melemahkan kekuatan pengurungan Kristal milik Molof. Kalau iblis itu celaka, maka kekuatan kristalnya juga melemah dan bisa menghilang.     

Ini sebenarnya perbuatan sangat nekat dan penuh resiko dari Egrima, tapi dia tidak ingin gentar lagi dan meneguhkan niatnya hanya demi bisa membebaskan Gavin.     

Setelah Kristal yang mengurung Gavin itu mulai membuka lebih lebar salah satu sisinya, Egrima lekas menarik Gavin dari sana dan memeluknya. "Tuan Muda! Tuan Muda, maafkan aku! Maafkan aku, aku mohon maafkan aku! Aku gelap mata! Aku gelap mata hanya karena terperdaya akan iming-iming Molof sehingga aku malah mencelakai kalian."     

Gavin yang masih bingung dan tubuhnya masih merasa lemas akibat siksaan di dalam Kristal tadi, hanya bisa memeluk Egrima. Ia berkata lirih, "Apa … apa yang kamu maksud, Egrima?"     

Kepala Egrima menengadah saat mempertemukan pandangan dengan Gavin dan dia menjawab, "Saat Molof tahu dari teman penyihirku bahwa aku menampung kalian di rumahku, dia mendatangiku dan membujukku, tapi aku saat itu tidak membuka mulut mengenai kalian. Tapi … saat kalian hendak pergi dan tidak membawaku serta, aku mulai marah dan goyah. Molof datang lagi padaku dan menawariku kerja sama dan aku nantinya bisa bersamamu selamanya."     

Mata Gavin membulat saking kaget dan herannya. Ternyata, dari awal sebenarnya Egrima tidak ingin mengkhianati kelompoknya. Ini semua terjadi akibat Egrima kesal karena tidak bisa diikutsertakan di perjalanan mereka selanjutnya.     

Mendengar penuturan Egrima dan penyihir itu pun menangis pilu penuh penyesalan, Gavin tidak bisa tidak, merasa iba dan memeluk Egrima lagi.     

Ia dan Jovano sudah salah sangka pada Egrima, mengira penyihir itu mengkhianati mereka dari awal mereka datang ke rumahnya, ternyata bukan begitu.     

Meski tindakan Egrima sangat bodoh karena terkena bujuk rayu Molof dengan janji-janji yang tak bisa dipercaya, Gavin pun memaafkan Egrima. Dia pastinya akan membujuk keras Jovano nantinya agar membawa Egrima pula setelah ini.     

Gavin mengecup sayang puncak kepala Egrima sambil mengelus di sana sembari mendengarkan isak tangis Egrima.      

"Maafkan aku, Tuan Muda … hiks! Ini karena … aku terlalu mencintaimu … hiks! Aku begitu ingin terus bersamamu hingga aku hilang akal dan—"     

Sreeettt!     

Mendadak saja, tubuh Egrima seperti ditarik sesuatu ke belakang dengan cepat hingga terlepas dari pelukan Gavin.     

"Egrima!"     

"Tuan Muda!"     

"Ha ha ha!" Terdengar tawa keras dari mulut Molof yang berlumuran darah hitam.      

Belum sempat Gavin mengejar Egrima ke depan sana, mendadak saja dia sudah dikurung lagi oleh Kristal seperti tadi.     

"Tuan Muda!" Tangan Egrima menjulur ke depan hendak menggapai Gavin, tapi dia sudah terlanjur di belit lengan Molof. "Lepaskan! Lepaskan aku! Lepaskan!" Ia memberontak dari Molof.     

"Kau pikir kalau menusuk leherku bisa membuatku mati? Dasar penyihir jalang! Kau ini mainan kami! Kau sudah menjual jiwamu pada kami! Bisa-bisanya anjing jalang sepertimu menggigit kami yang memberimu kekuatan dan ilmu sihir!" Molof berteriak ke Egrima.     

Wajah Egrima memucat takut ketika melihat senyum Molof yang mengerikan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.