Devil's Fruit (21+)

Jovano Versus Alphegor



Jovano Versus Alphegor

0Fruit 1356: Jovano Versus Alphegor     
0

Rupanya Jovano bisa balas menekan Alphegor dan Molof menggunakan Api Hitam Neraka dia sehingga Alphegor meminta agar Jovano bersedia menyimpan api itu dan memerintahkan Molof untuk tidak lagi melukai Gavin di dalam Kristal.     

"Nah, sekarang kita bisa bertarung dengan nyaman, Pangeran Muda." Alphegor memasang senyum anehnya.     

"Kau bilang kita akan bertarung yang benar, kan? Berarti aku asumsikan kita akan bertarung cara pria ke pria, benar?" Jovano memadamkan api di telapak tangan kirinya.     

"Tentu, tentu saja pria ke pria." Alphegor bergegas mengiyakan.     

"Kalau begitu, tentu saja anak buahmu tidak akan bergerak dari tempatnya, bukan?"     

"Te-Tentu, Pangeran Muda, mereka akan diam seperti patung di sana."     

"Bagus, karena aku tidak menjamin mereka tetap hidup kalau berani bergerak. Ayo, kita mengambil area yang lebih tinggi lagi saja." Jovano melonjak ke angkasa diikuti Alphegor.     

Mereka tadinya memang sudah melayang di atas kastil, namun kini keduanya terbang lebih tinggi lagi untuk mendapatkan area lebih luas untuk medan pertarungan mereka.     

"Ayo!" seru Jovano dengan seringai lebar di wajahnya.     

"Tentu!" Demikian pula dengan Alphegor. Mulutnya melebar dengan gigi hiu dia terlihat hampir seluruhnya saat dia tersenyum girang.      

Keduanya saling maju dengan cepat. Mereka saling mengeluarkan kekuatan elemen mereka masing-masing. Jovano dengan elemen anginnya dan Alphegor menggunakan elemen logam dia.     

Segera, bermunculan belati baja ke arah Jovano. Namun, itu lekas ditangkis oleh perisai angin yang sudah diciptakan Jovano.     

Sembari menangkis, Jovano membuat belati dari angin dia dan menyerbu ke Alphegor. Tetapi, iblis keriput itu tidak membiarkan serangan Jovano bisa bergerak seenaknya ke arah dia dan ia pun bergegas membuat perisai logam menggunakan satu tangan dan tangan lainnya terus mengirimkan banyak belati baja yang terbang cepat berputar-putar di sekitar Jovano.     

Namun, Jovano tetap tenang dan dia selalu berhasil menangkis serangan belati Alphegor menggunakan kekuatan angin dia. Hingga akhirnya Jovano tidak mau berlama-lama dengan kondisi seperti ini terus dan dia memulai pergerakan dari elemen kedua dia, petir. Ya, dia juga mempunyai elemen itu yang dia warisi dari ayahnya, Dante.     

Jdaarrr!     

Petir menyambar Alphegor membuat iblis itu terkejut luar biasa. Sayangnya, serangan itu berhasil dihindari Alphegor yang berkelit secepat kilat.     

"Astaga! Ternyata kau memiliki elemen lainnya, Pangeran Muda! Sungguh anak muda yang penuh bakat! Rasanya akan sangat tidak sia-sia jika aku bisa membunuhmu, ha ha!" Alphegor tertawa gila sambil menerjang maju dan memunculkan lebih banyak belati logam ke Jovano, mengepung pemuda itu bagaikan belati itu membentuk sebuah kurungan saja.     

"Graahhh!" Jovano berseru dan petir pun menyambar puluhan belati yang hendak mengiris tubuh Jovano. Segera, belati sebanyak itu pun rubuh dan gosong, jatuh ke tanah.     

Belum sempat Jovano menarik napas berikutnya, ternyata Alphegor sudah menerjang ke arahnya sambil membawa golok raksasa yang terlihat menyeramkan dan berbahaya.     

Jovano buru-buru menghindar secepatnya sebelum bilah tajam golok di tangan Alphegor berhasil menyentuh dirinya. "Ohh, jadi senjata seperti itu diperbolehkan? Baiklah! Ini yang sudah aku tunggu-tunggu!" Bukannya gentar, Jovano malah menyeringai lebar seperti tadi seolah dia memang menemukan keasyikan bisa bertarung begini.     

Ya, dia memang lebih menyukai pertarungan 1 lawan 1 ketimbang keroyokan, karena dia bisa lebih fokus dan menikmati jalannya pertarungan.     

Jovano pun mengeluarkan pedang besar dia dari cincin ruangnya. Itu adalah pedang hasil tempaan dia sendiri. Dia tidak mengeluarkan pedang yang diberikan kakeknya atau pun pedang elemen milik ibunya. Saat ini dia ingin menggunakan senjata hasil buatannya sendiri.     

Kalaulah dia menang melawan Alphegor menggunakan pedangnya ini, maka akan menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi Jovano nantinya.      

Dan jika memang Alphegor terlalu sulit dihadapi menggunakan pedang di tangannya saat ini, maka dia tak punya pilihan selain mengeluarkan pedang yang diberikan kakeknya.     

"Ayo!" teriak Jovano dengan wajah berseri-seri. Ini membuat Alphegor cukup heran. Karena selama ini, baru Jovano yang memberikan ekspresi demikian ketika bertarung melawannya.     

Tapi, seperti yang sudah Alphegor katakan tadi, apabila dia berhasil membunuh Jovano, maka dia akan sangat bangga akan dirinya dan merasa ini tidak sia-sia. Bahkan, dia yakin namanya akan langsung meroket tinggi.     

Oleh karena itu, sejak awal serangan menggunakan golok, Alphegor sudah mengeluarkan jurus tergilanya. Goloknya diselimuti oleh kabut aneh berwarna hitam.     

"Yang Mulia! Apakah kau serius ingin membunuh bocah itu?" teriak Molof saat dia melihat golok Alphegor berselimut kabut hitam. "Bagaimana jika nanti kakeknya akan menuntut balas pada Anda?"     

"Jangan khawatir! Ini tidak ada hubungannya dengan opaku!" Malah Jovano yang membalas seruan Molof.      

"Bagus! Kalau begitu, ayo kita bertarung sampai puas, Pangeran Muda! Wa ha ha ha!" Hati Alphegor pun menjadi lebih tenang setelah mendapat kepastian dari Jovano. Tadi dia memang sempat ragu jika membunuh Jovano.     

Walaupun jika dia berhasil membunuh Jovano akan membawa kegemilangan pada namanya, namun baying-bayang King Zardakh akan membalas dendam tentu juga muncul di pemikirannya.     

Namun, ternyata Jovano mengatakan seolah King Zardakh tidak akan berbuat apa-apa mengenai pertarungan ini. Sungguh melegakan! Alphegor bisa tenang membunuh Jovano!     

Melihat golok di tangan Alphegor berselimut kabut hitam, itu langsung membuat Jovano siaga. Dia pun mendatangkan badai angin sambil menyelimuti pedang besarnya dengan energi petir.     

Alphegor tidak ingin mundur. Ini adalah kesempatan baik yang tidak datang dua kali. Maka, nekat memasuki pusaran angin badai Jovano agar bisa mendekat ke pemuda itu, Alphegor mempertaruhkan segalanya dalam serangan kali ini.     

Dhuar! Dhuar! Dhuar!     

Semua iblis di tempat itu terpaku dengan pandangan mata tertuju ke pusaran angin badai ciptaan Jovano. Sebenarnya, mereka susah melihat apa yang terjadi di dalam pusaran itu.      

Namun, ketika terdengar bunyi ledakan beruntun dari pusaran tersebut, hati mereka meloncat, bertanya-tanya siapa yang melakukan ledakan tadi, siapa yang akan terkapar, dan siapa yang masih bisa berdiri tegak.     

Setelah pusaran itu menghilang, terlihatlah kedua orang yang masih sama-sama melayang di angkasa. Satu terluka parah dan satu lagi terluka meski tidak separah yang lainnya.     

Yang terluka parah adalah Alphegor, sedangkan Jovano tetap terluka meski tidak separah si iblis keriput.     

"Yang Mulia!" seru Molof ketika menyadari bahwa junjungannya yang terluka parah. Ada banyak koyakan di tubuh Alphegor membuat penampilan parlente iblis keriput itu jadi berantakan.     

"Sialan kau bocah tengik b4ngsat!" maki Alphegor tidak ditahan-tahan lagi ke Jovano. "Kau menggunakan api!"     

"Ya, tentu saja. Bukankah dalam pertarungan, kita bebas menggunakan segala kekuatan dan apa yang kita miliki, kan?" Jovano kemudian terkekeh senang meski dia juga babak belur.     

Tadi, ketika golok Alphegor hendak menyambar dirinya, Jovano langsung menggunakan api untuk meredam kekuatan kabut di golok itu. Ya, kabut harus dilawan dengan api, dan kebetulan saja Jovano memiliki energi api yang kuat, turunan dari ibunya.     

Selain itu, energi anginnya juga membantunya menepis kabut beracun Alphegor.     

Besarnya energi api yang diciptakan Jovano, ditambah pusaran angin yang membuat api semakin membesar luar biasa, Jovano juga menambahkan petir ketika menyabet tubuh Alphegor beberapa kali.     

"Yang ini menjadi kemenanganku, kan?" kata Jovano masih terkekeh senang.     

"Jangan mimpi!" teriak Alphegor sambil mengerahkan puluhan belati logam dia dan memunculkan kabut racun melingkupi Jovano dengan cepatnya.     

"Kak Jo!" seru Gavin dengan pandangan cemas.     

"Jo!" teriakan lain muncul diiringi keluarnya sebuah sosok dari tubuh Jovano.     

"Sho! Kenapa kau malah keluar?" Jovano terkejut bukan main melihat Shona berhasil keluar dari Cosmo.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.