Devil's Fruit (21+)

Obrolan Antar Lelaki



Obrolan Antar Lelaki

0Fruit 1351: Obrolan Antar Lelaki     
0

Pada keesokan harinya, Jovano sudah duduk santai sambil menyeruput secangkir teh hangat sambil memandang ke kebun kecil di samping rumah Egrima. Lagaknya sudah seperti bos besar yang baru saja menikmati malam yang menyenangkan, dan itu memang benar.     

Semalaman dia berhasil melakukan apa yang selama ini hanya dia angan-angankan saja sebelumnya. Dia sukses akan aksi threesome dia dengan kedua wanita tercintanya.     

Setelah berminggu-minggu berjibaku merayu Serafima agar akur dan tak perlu cemburu pada Shona, kini usahanya berbuah dengan baik. Tapi, entah apakah itu benar-benar upaya dari dia sendiri, atau justru dari kerendahan hati Shona.     

Yang pasti, itu cukup mustahil jika mengatakan bahwa itu dari kesadaran Serafima sendiri. Sebagai sosok berkarakter keras dan memegang teguh apa yang dia miliki tak boleh dimiliki pihak lain, terutama itu berkaitan dengan pasangan.     

Namun, kini Serafima sudah mulai lunak dan mengijinkan Jovano menyetubuhi Shona di alam nyata.     

"Tidak perlu lagi kau melakukan itu ke Sho di alam mimpi." Demikian ujar Serafima di dini hari menjelang mereka lelap setelah usai berjuang meraih puncak nikmat bertiga.     

"Ohh?" Jovano melirik ke wanita pertama dia.     

"Ya, kau boleh melakukannya dengan Sho di alam nyata, tapi … aku juga harus ikut serta." Seperti ini rupanya syarat yang diberikan Serafima.     

Mendadak saja Jovano terperanjat akan ucapan itu. Sementara, Shona masih tetap berbaring santai di lengan Jovano, tidak berusaha menimpali ketika kedua orang itu berbincang.     

"Minimal … aku hadir juga di saat kau dan Sho sedang begituan. Pokoknya, aku tak ingin kalian melakukannya di belakangku! Harus di depanku!"     

Wajah Serafima merah padam karena malu ketika mengucapkan itu. Mungkin, gadis nephilim itu berpikiran, lebih baik dia menyaksikan sendiri bagaimana pergulatan lelakinya dengan sang madu meski itu menyakitkan, daripada dia tak mengetahui apa saja perbincangan keduanya saat melakukan ITU.     

Bisa saja nanti ada percakapan semacam: "Sho, ternyata denganmu lebih nikmat ketimbang dengan Sera." Ataupun … "Sungguh, aku rasanya ingin melakukan ini terus dan terus saja denganmu, Sho."     

Yah, itu salah satu ketakutan dari Serafima jika dia tidak menyaksikan sendiri pergumulan Jovano dan Shona. Dia cemas jika dia diperbincangkan dua orang itu secara negatif. Meski sebenarnya, itu hanyalah sebuah ketakutan tak berdasar yang ada di kepalanya sendiri.      

Tak mungkin Jovano ataupun Shona tega mengatakan hal semacam itu mengenai Serafima. Namun, namanya juga masih belum sepenuhnya merelakan hubungan bertiga begini, wajar jika Serafima masih merasakan 'insecure'.     

Jovano yakin, nanti seiring dengan perjalanan waktu, Serafima akan mulai mempercayai dia dan Shona dan membiarkan Jovano bergumul dengan yang mana di hari apa tanpa harus selalu threesome—meski itu merupakan kegiatan mengasyikkan dan menantang adrenalin.     

"Kak Jo." Gavin sudah berdiri di sebelah kursi teras samping Egrima. Pemuda itu menyapa Jovano dengan suara serak.     

"Hn, sepertinya ada yang baru dihukum semalaman, nih!" sindir Jovano secara telak.     

Gavin menarik salah satu kursi di sana dan menempatkan di samping Jovano, dia terkekeh, "He he he … iya, nih Kak … semalam aku dihajar habis ama Egrima gegara ketahuan dari bauku."     

"Nah kan … kemarin aku kan udah nawarin ke kamu untuk mandi dulu di Cosmo, tapi kamunya ogah. Ngamuk, yah dia?" Jovano menoleh ke Gavin di sampingnya.     

"He he, dikit sih ngamuknya, di awal-awal doang, Kak. Tapi setelah babak pertengahan, dia mulai normal dan bisa aku rayu-rayu lagi." Gavin mengusap cepat hidungnya seakan ada kebanggaan di sana.     

"Ck ck ck … memang si raja harem ini gak ada lawan!" Jovano menepuk lengan Gavin. "Ehh, kau mau teh juga, Gav?"     

"Gak usah, Kak Jo. Aku tadi udah minta ke Egrima untuk dibikinkan kopi putih aja."     

"Wah, mantap deh, mantap! Salut aku ama kamu, Gav!"     

"Nah, Kak Jo sendiri kayaknya juga mengalami kesuksesan istimewa nih semalam. Ya, kan? Ngaku deh, Kak!"     

"Ha ha ha! Kok kamu tau, sih Gav? Ngintip, yah!"     

"Enggak! Sumpah, mana berani aku ngintip? Aku cuma dengar dari suara kalian yang wow super keras."     

"Ha ha ha! Aku ternyata kelupaan pasang formasi kedap suara, nih kayaknya!"     

"Kalian mengobrol tentang apa?" tanya Egrima diiringi Shona dan Serafima ikut ke teras samping juga. Di tangan Egrima sudah ada mug berisi kopi putih pesanan Gavin.     

"Sudah pasti namanya lelaki akan mengobrol kehebatan mereka masing-masing semalam, ya kan?" goda Shona diiringi senyum kecil.     

"Huh! Jadi … para lelaki kalau berkumpul itu obrolannya hanya mengenai penaklukan mereka ke perempuan kah?" Kening Serafima berkerut tak senang.     

"Itu sudah mengalir di darah mereka, Nona Besar, apapun rasnya," bisik keras Egrima usai menyerahkan kopi ke Gavin.     

"Jo! Awas saja kalau kau berkoar-koar ke semua orang bahwa kau pemenang di ranjang melawan kami berdua! Semalam sudah jelas aku dan Sho yang menang! Kau yang terkapar lebih dulu!" Serafima merundukkan tubuh ke Jovano dengan pandangan tajam seakan sedang mengintimidasi.     

Jovano agak gugup mengenai sikap wanita pertama dia ini, "Ha ha ha …." Ia tertawa canggung. "Tidak kok, sayank. Aku dan Gavin hanya mengobrol hal lain. Memangnya hidupku hanya sekitar kalian saja kah?"     

"Ohh, jadi kami tidak penting, begitu?" Serafima menaikkan nada suaranya sambil makin menukik tajam menatap Jovano.     

"Ya ampun, deh … jadi lelaki memang selalu serba salah, yah! Aku harus bagaimana, sayank?" keluh Jovano dengan wajah memelas. Shona dan Egrima terkikik geli.     

-0-0—0-0—0-     

"Oke, jadi … besok malam adalah eksekusi dari pengambilan kristalnya, yah guys!" Jovano memantapkan rencananya.     

Shona dan yang lainnya menganggukkan kepala.      

"Aku dan Sis Sera akan berjaga di dekat kastil, lalu kau dan Gavin …."     

"Aku dan Gavin bakal mengendap masuk ke area kastil dan kalau bisa sih kloning Gavin duluan yang maju sambil memantau keadaan sekitarnya." Jovano mengangguk.     

"Iya, apalagi katanya besok malam biasanya merupakan malam paling sepi di kastil itu." Gavin menimpali. "Iya, kan dear?" Ia menoleh ke Egrima yang datang ke ruangan tengah untuk menaruh penganan kecil hasil buatannya.     

"E-Ehh, ahh, iya." Egrima menjawab ucapan Gavin. "Aku … aku mengetahui itu dari teman-temanku yang sering diundang ke sana."     

Jovano mengerutkan keningnya dengan nuansa heran. "Kenapa ada malam yang dikhususkan agar tak ada pengunjung di sana seharian?" Ia masih tak yakin kenapa kastil yang selalu ramai itu ternyata memiliki satu malam saban bulannya dimana tak ada pengunjung dan seperti dikosongkan, hanya ada penjaga-penjaga saja.     

"Itu …." Egrima melirik ke Jovano dan yang lainnya yang sedang duduk berunding di ruang tengah. "Itu karena pada satu malam dalam sebulan, pemilik kastil, Yang Mulia Alphegor pergi ke Underworld bersama pengikutnya."     

"Ohh, begitu?" Shona memiringkan kepala dengan raut heran. "Sekali dalam sebulan?"     

"Ya." Egrima mengangguk.     

"Kenapa harus dikosongkan dari pengunjung?" tanya Serafima.     

"Supaya tak ada satupun pengunjung yang berkeliaran tak jelas atau melakukan sesuatu yang tak diinginkan pada barang-barang di sana. Itu yang aku dengar dari temanku." Egrima menjelaskan.     

"Oke, berarti sudah matang, yah! Besok kita beraksi!"     

"Oke, Kak Jo!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.