Devil's Fruit (21+)

Sekali Lagi Beraksi Sebagai Raja Harem



Sekali Lagi Beraksi Sebagai Raja Harem

0Fruit 1348: Sekali Lagi Beraksi Sebagai Raja Harem     
0

Kloning Gavin baru saja memeriksa banyak laci ataupun sudut ruangan di kamar pribadi milik Alphegor ketika tak berapa lama, terdengar bunyi pintu dibuka.     

Terkesiap akan itu, kloning itu pun segera saja merubah dirinya menjadi debu yang tersebar di sekitar sana. Ada yang masuk ke celah laci, celah lemari, dan kolong-kolong apapun di dekatnya.     

"Hm?" Seorang penyihir wanita masuk ke ruang itu. Penampilannya menyiratkan seperti seorang maid di rumah keluarga kaya. Rupanya dia bertugas sebagai pembersih di kastil tersebut.     

Ketika penyihir itu mendapati adanya beberapa onggokan debu di dekat tempat tidur tuannya, dia berdecak, "Tsk! Apakah ruangan ini tidak dibersihkan selama seminggu atau apa? Kenapa banyak debu di sini?" keluhnya saat melihat debu-debu yang sebenarnya adalah bagian dari kloning Gavin.     

Maka, dengan menggerakkan jemarinya secara sederhana, penyihir wanita itu pun mengumpulkan semua debu di ruangan itu dan melempar keluar ke jendela yang sudah dibuka menggunakan kekuatan sihirnya.     

Debu banyak itu pun tidak lagi tersisa di kamar Alphegor. Tak hanya debu kloning Gavin namun juga debu asli.     

"Nah, begini kan lebih cemerlang ruangan tuanku." Penyihir itu terkekeh puas dan melanjutkan acara beres-beres di sana.     

Sementara itu, debu-debu yang tadi dilempar keluar oleh penyihir pelayan, satu demi satu, partikel demi partikel mulai berkumpul dan membentuk wujud Gavin setelah yakin di sekitarnya tidak ada siapapun.     

Kloning Gavin lekas berpegangan di dinding kastil dan mulai memanjat ke atas, tidak berani lagi kembali ke ruangan tadi jika masih ada penyihir itu.     

Si kloning terus memanjat dan memanjat bagaikan superhero terkenal yang bisa merayap santai di tembok. Namun, tentu saja tanpa adanya kostum extravaganza yang berwarna mencolok mata.     

Memang dikarenakan warna debu itu, makanya wujud kloning Gavin yang sedang merayap ke atas itu tidak mudah terlihat mata siapapun kecuali mereka benar-benar fokus.     

Apalagi, kastil itu sangat tinggi sehingga siapa pula yang hendak menatap fokus ke dinding kastil?     

Ini membuat kloning Gavin lebih leluasa bergerak. Dia cepat saja merayap memanjat hingga bagian atas kastil.     

Di bagian paling ujung atas kastil, rupanya merupakan area seperti balkon terbuka yang memiliki beberapa penjaga. Tentu saja itu adalah penjaga dari bangsa iblis.     

Kloning Gavin hampir saja menuruni tembok lagi jika dia tidak melihat secara samar adanya kilau merah di pucuk teratas kastil.     

"Hah? Kristal aunty!" seru Gavin tertahan di ruangan pesta.      

Jovano menoleh ke arah Gavin di sebelahnya. "Ada apa, Gav?" bisiknya ketika melihat raut wajah aneh dari Gavin.     

"Kak Jo, dapat," bisik Gavin.     

Jovano menggeser sedikit duduknya lebih rapat ke Gavin dan bertanya, "Dapat gimana maksudmu, Gav? Udah dapat kristalnya?"     

"Belum, Kak."     

"Lah, katamu tadi dapat, Bro!"     

"Maksudku, dapat lokasinya!"     

"Ohh! Kasi tau aku, gih!"     

Keduanya terus berbisik-bisik sendiri hingga datanglah dua penyihir cantik nan molek mendekati mereka yang sedang duduk di sebuah peraduan.     

"Kalian ini … bisakah tidak terus berduaan seperti suami istri?" ujar salah satu penyihir sambil menaruh pantatnya ke pangkuan Gavin dan mulai menggoda dengan sentuhannya.     

Ketika satu lagi penyihir hendak duduk di pangkuan Jovano, pemuda itu bergegas menahan pinggang si penyihir seraya mengatakan penolakan, "Ups, jangan dulu yah cantik. Aku sedang kurang ingin begituan."      

Penyihir yang ditolak Jovano pun menghapus senyum dari wajah cantiknya. Tentu saja kecewa.     

"Tuanku, kau membuat dia sangat sedih dan kecewa," goda penyihir yang sudah dalam pelukan Gavin.     

"Ahh, maafkan aku. Sungguh saat ini aku sedang tidak berminat bermesraan dengan siapapun, jangan salah paham, yah!" Jovano mengerling genit ke penyihir tadi untuk menetralkan suasana.     

"Ya sudah, lebih baik kau ke sini saja agar tidak mengganggu kakakku!" Tangan lain Gavin meraih pinggang penyihir yang ditolak Jovano. Kini, dua penyihir pun berada di kanan dan kiri Gavin.     

Jovano sampai harus menyingkir dari peraduan itu daripada dilibatkan. Ia masih sayang nyawa, tak ingin sepulang dari sini, ditebas oleh Serafima ataupun Shona. Dia sudah berikrar pada mereka untuk tidak lagi menyentuh intim ke wanita selain mereka.     

Akhirnya, Jovano ijin keluar dari ruangan itu pada Alphegor dengan alasan ingin mencari udara segar di luar.     

"Ahh, di sini memang sangat pengap akan aroma asmara, benar bukan, Pangeran Muda?" ucap Alphegor menyahut Jovano.     

"Ha ha ha, iya, Baginda. Namun, aku tidak keberatan akan itu. Aku hanya sedang ingin sendiri dulu beberapa saat." Jovano berkilah. Dia ingin keluar dan menyelidiki sendiri keberadaan kristal jiwa milik ibunya.      

"Biar aku temani Pangeran Muda." Alphegor bangkit dari duduknya dan meninggalkan para penyihir genit yang mengerumuninya.     

"Tidak perlu, Baginda!" cegah Jovano. Kalau Alphegor menyertai dia, bukankah iblis keriput itu hanya akan jadi pengganggu misinya saja? "Aku hanya ingin sendirian di luar menikmati suasana sekitar saja. Baginda tak perlu repot—"     

"Aku tidak merasa repot hanya karena menemani Pangeran Muda mencari udara segar di luar. Ayo!" Alphegor berjalan ke Jovano dan mempersilahkan pemuda itu untuk berjalan bersamanya keluar dari ruangan pesta.     

Jovano menggerutu dalam hati. Apakah iblis keriput itu tidak mengerti kata 'ingin sendiri saja'? Apa gunanya jika dia malah ditemani?     

Namun, tak ingin Alphegor menaruh curiga padanya jika dia terus menolak, Jovano pun mengangguk dan membiarkan iblis keriput menyertai dirinya keluar ruangan.     

Sementara itu, Gavin sudah memulai bersenang-senang lagi dengan dua penyihir. Satu penyihir menyibukkan diri merundukkan kepala di selangkangan dia, sedangkan satu lagi sibuk bercumbu dengannya seraya membiarkan tangan pemuda cambion itu meremasi kedua payudara yang disodorkan secara suka rela.     

Melihat dua penyihir melayani Gavin, beberapa penyihir lain juga ingin bergabung. Mereka sudah menyaksikan bagaimana Gavin berlaga di arena gladiator dan itu memukai mereka. Di mata para penyihir wanita, Gavin merupakan sosok kuat dan tangguh, dengan bonus wajah tampan dan kemudaan yang menggiurkan.     

Maka, tanpa ragu-ragu, para penyihir itu pun mengerubungi Gavin dan meminta ikut serta dalam permainan nakal pemuda itu.     

"Ha ha, ayo, ayo sini. Berikan aku gerakan terbaik kalian." Gavin meraih salah satu penyihir yang mendekat dan tanpa ragu-ragu menurunkan pakaian atas penyihir itu sebelum meremas payudara penuh wanita yang terkekeh genit padanya.     

Sementara tangan Gavin sibuk meremas payudara dua penyihir di kanan dan kirinya ketika dia merebahkan tubuh di peraduan, selangkangan dia masih diurus dua penyihir yang bergantian mengulum benda jantan miliknya.     

Lalu, penyihir lainnya naik dan menduduki wajah Gavin sembari menyibakkan gaunnya, menuntut mulut Gavin beraksi di area khususnya.     

Gavin menerima semuanya sekaligus. Dia lagi-lagi menjalani aksi sebagai raja harem dadakan. Mulut, tangan, dan selangkangan semuanya bekerja agar bisa memunculkan erangan dan lenguhan manja para penyihir yang sedang dia sentuh.     

Dua tangan Gavin mulai disodori bagian lembab dua penyihir tadi dan tanpa sungkan, tangan itu mulai mengelus dan menggosok di bagian itu mengakibatkan erangan para penyihir terdengar lebih keras lagi, tak kalah dengan erangan manja penyihir yang menduduki wajah Gavin.     

Gavin sepenuhnya melupakan Egrima atau siapapun yang pernah dia sukai sebelumnya. Dia menenggelamkan dirinya dalam kubangan haremnya.     

Molof melihat adegan itu dengan wajah sengit penuh kebencian.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.