Devil's Fruit (21+)

Menyelinap Diam-Diam Mencari Kristal Jiwa



Menyelinap Diam-Diam Mencari Kristal Jiwa

0Fruit 1347: Menyelinap Diam-Diam Mencari Kristal Jiwa     
0

Iblis tua pemilik kastil mewah di alam penyihir ini menawarkan sebuah jamuan pesta untuk merayakan kemenangan Gavin sebagai pemenang mutlak dari arena gladiator miliknya.     

Jovano gamang. Jika dia mengiyakan paksaan yang diselubungi tawaran itu, kedua wanita yang menunggu di rumah bisa mengamuk jika mereka mendeteksi adanya bau wanita lain di tubuhnya. Tapi jika dia menolak, maka selain Alphegor akan mendendam, Gavin pun sepertinya sangat menginginkan pesta itu.     

Ingin sekali Jovano menggetok kepala Gavin, mengingatkan apa yang dia sudah janjikan kepada Egrima sebelum pergi tadi.     

Tapi … Gavin tetaplah Gavin dengan karakter barunya sebagai lelaki berdarah panas, maksudnya … berhasrat panas.     

Ya ampun, bagaimana ini?     

"Um, Baginda Alphegor, itu merupakan undangan yang sangat menyenangkan. Tapi, mungkin kami hanya akan menghadirinya sebentar saja, karena kami masih memiliki tugas yang diberikan tetua kami selama kami di sini." Jovano hanya bisa memberi alasan itu untuk menengahi semua permasalahan di kepalanya.     

Jovano sangat paham bahwa pesta yang diadakan kaum iblis biasanya minimal dilakukan seharian penuh dan gila-gilaan. Dia hanya bisa menyeret tetua dia untuk dijadikan tameng.     

"Ohh! Tugas dari tetua!" Alphegor menaikkan alisnya seraya berkata, "Apakah itu tugas berat? Aku bisa mengirim bawahanku untuk membantu Pangeran Muda."     

"Ahh, tidak perlu merepotkan Baginda Alphegor mengenai itu. Tugas ini hanyalah sederhana saja, sekedar menyuruhku untuk menjelajahi alam penyihir ini dan memiliki pengalaman di sini. Yah, kadang tetua memiliki keinginan yang aneh dan seenaknya. Ahh, jangan katakan pada mereka bahwa aku mengatakan ini mengenai mereka, he he …." Jovano berlagak sedang menggosip tentang tetua kerajaannya.     

Alphegor meledakkan tawanya, "Ha ha ha! Jangan khawatir mengenai itu, Pangeran Muda. Mulutku langsung terkunci untuk hal tersebut, karena aku sudah pernah mengalami sendiri seberapa menyebalkannya diperintah ini dan itu oleh tetua."     

.     

.     

Maka, sudah diputuskan bahwa Jovano dan Gavin akan menghadiri pesta itu sebentar saja dan akan segera keluar dari kastil itu secepatnya.      

Namun, ketika Jovano memiliki kesempatan untuk berbicara berdua saja dengan Gavin, dia berbisik ke Gavin, "Bro, kau sudah bisa membuat kloning dirimu sendiri, kan?"     

Jovano teringat akan metode kloning Gavin untuk mengelabui Lyphm di arena gladiator waktu itu. Oleh karena itu, dia memiliki rencana tertentu.     

Gavin mengangguk dan menjawab, "Iya, Kak Jo, aku bisa. Bagaimana? Apakah Kak Jo punya rencana tentang itu?"     

Kini ganti Jovano yang mengangguk dan berkata pelan, "Nanti, terserah apakah kau atau kloningmu, cobalah salah satu dari kalian menyelinap ke bagian atas kastil ini dan temukan letak Kristal Mom berada tepatnya di mana. Aku hanya bisa mendeteksi bahwa itu ada di atas kastil, entah di bagian mananya."     

"Ohh, oke kalau begitu, Kak Jo. Nanti biar kloningku saja yang menyelidiki itu karena dia tidak terlalu membawa aroma iblisku." Gavin sudah memutuskan bahwa dia akan mengirim kloningnya saja untuk tugas penyelidikan.     

Jovano mengangguk puas. Yah, mumpung mereka masih berada di sini, tentu saja harus memanfaatkan kesempatan sebanyak mungkin. Dia tidak ingin pulang tanpa hasil apapun.     

"Pangeran Muda, silahkan," tutur lembut salah seorang penyihir cantik kepada Jovano dan Gavin, membimbing keduanya ke ruangan atas untuk menghadiri pesta.     

"Ahh, ya, terima kasih." Jovano mengangguk.     

Sedangkan Gavin, dia sudah main mata pada penyihir cantik itu ketika mereka berjalan menyusuri lorong. Jovano hanya memutar bola matanya melihat tingkah Gavin.     

Ketika mereka tiba di depan pintu besar dari tembaga tebal, penyihir itu mengetuk dan kemudian pintu pun terbuka.     

Di dalam sana, sudah ada banyak iblis dan penyihir saling bercengkerama dan bermesraan sesuka hati. Masing-masing dari mereka ada yang menempati sofa, kursi makan, ataupun peraduan kecil yang banyak tersebar di ruangan itu.     

Jovano memilih duduk di kursi makan saja, sedangkan Gavin secara otomatis memilih peraduan kecil sambil menggandeng tangan penyihir cantik tadi.     

"Hghh … sudah kuduga …," keluh Jovano sambil membiarkan Gavin berduaan dengan penyihir tadi. Ia pun mencoba beramah-tamah dengan siapapun yang berada di dekatnya, mengobrol tak jelas mengenai topik apa saja, yang penting ringan dan tidak terkesan kesepian.     

Lalu, ada penyihir yang mendekati Jovano dan dengan genit menaruh pantat pada pangkuan Jovano, matanya mengedip genit pada pemuda itu.     

Dengan tawa canggungnya, Jovano menepikan tubuh penyihir itu, berkata lembut, "Maaf, cantik, saat ini aku sedang tidak bersemangat untuk hal itu. Lain kali saja, yah!" Lalu dia mengedipkan satu matanya hanya untuk basa-basi penolakan halus.     

Penyihir itu memusnahkan senyum di wajahnya atas penolakan Jovano. "Apakah aku kurang cantik? Kurang seksi, Tuan Muda?" tanyanya dengan raut sedih.     

"Tentu saja kau cantik dan seksi, siapapun bisa melihat itu, sayank." Jovano mengelus pipi penyihir itu agar mengesankan dia tidak terlalu kejam dalam penolakannya. "Aku hanya sedang tidak memiliki hasrat itu. Ahh, bagaimana jika kau duduk di sebelahku saja dan kita mengobrol biasa?" Ia sembari menepuk kursi kosong di sampingnya.     

Penyihir itu tersenyum dan kemudian mengangguk. "Baiklah, meski tak bisa mencicipi ketangguhan Tuan Muda, tapi mengobrol sambil menatapmu juga bukan sebuah kerugian bagiku."     

Dengan begitu, Jovano pun bisa menghindari bencana bagi dirinya. Dia pun mengobrol lagi dengan siapapun yang ada di dekatnya. Dia pemuda yang pandai bicara dan orang-orang di situ pun senang mengobrol dengan Jovano yang berwawasan luas.     

Sementara itu, Gavin diam-diam sudah menyelinapkan kloning dia semenjak mereka belum mencapai ruangan tadi.     

Saat ini, kloning Gavin sudah bergerak diam-diam dalam bentuk gumpalan debu yang tentunya lebih tidak kentara meski lewat di dekat iblis atau penyihir di sana.     

Hanya tiupan debu saja, tentu tidak terlalu mencolok, bukan?     

Hingga debu kloningan Gavin itu terus merayap dan menyelinap ke ruang atas. Di sana ada ruang Alphegor.      

Alphegor dan Molof baru selesai berbincang dan keduanya hendak pergi dari ruang itu.     

Namun, mendadak saja Alphegor berhenti melangkah ketika keduanya sudah mencapai pintu. Matanya memicing dengan kening berkerut.     

"Ada apa, Yang Mulia?" tanya Molof ketika langkah Alphegor terhenti saat mereka hendak melewati pintu.      

Alphegor terdiam sejenak, seperti sedang berpikir. Tapi, kemudian dia pun tersenyum kecil pada Molof dan berkata, "Ahh, tidak. Ayo kita ke aula pesta, pasti mereka sudah menunggu kita."     

"Tsk! Aku masih saja tak mengerti kenapa Yang Mulia begitu bermurah hati pada dua pecundang itu!" Molof cemberut saat mengeluhkan apa yang ada di kepalanya. "Untuk apa menyelenggarakan pesta untuk mereka?"     

"Ha ha ha, Molof, hentikan dengkimu itu, kau terlihat sangat menggemaskan ketika begitu."     

"Y-Yang Mulia! Aku … aku …."     

"Ayolah, jangan lupa bahwa mereka merupakan tamu yang tak bisa kita remehkan."     

Lalu, dua iblis bangsawan itu pun benar-benar meninggalkan ruangan itu.     

Setelah merasa semuanya aman, onggokan debu yang tersebar di ruangan itu pun mulai berkumpul dan membentuk Gavin, itu adalah kloningnya. Dia tidak menyia-nyiakan waktu dan bergegas mencari di segala sudut ruangan, siapa tahu Kristal Jiwa Andrea ada di sana.     

Ceklek!     

Pintu terbuka. Kloning Gavin terkejut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.