Devil's Fruit (21+)

Hadiah Dari Alphegor



Hadiah Dari Alphegor

0Fruit 1346: Hadiah Dari Alphegor     
0

Gavin telah meraih kemenangan mutlak di arena gladiator milik iblis penguasa tempat itu, Alphegor. Meski dia nyaris mati, namun kegigihannya yang menolak kalah membuat dia justru menemukan beberapa trik baru yang berkaitan dengan kekuatan elemen yang dia miliki.     

Kini, tidak ada lagi yang bisa menyulitkan Gavin setelah dia memenangkan ketiga pertarungan berbahaya itu.     

Bahkan, Alphegor yang tadinya meremehkan dirinya pun kini sedikit menatap segan pada Gavin saat pemuda itu berada di hadapannya di tribun khusus. Hanya Molof yang masih menatap benci ke Gavin.     

"Karena kau sudah menang secara mutlak, maka tentunya aku akan sangat terkutuk apabila tidak memberimu hadiah kemenanganmu, pejuang Gavin yang berani." Alphegor tersenyum penuh arti.     

"Terima kasih atas kemurahan hati Baginda Alphegor." Gavin mengucap itu hanya untuk basa-basi saja.     

Kemudian, jari Alphegor bergerak berputar saat sesuatu muncul dari ruang kosong di atas telapak tangannya. Itu merupakan sebuah kotak kayu yang cukup besar, seukuran kotak sepatu.      

Kotak itu melayang di atas tangan Alphegor dan kemudian diserahkan ke Gavin. "Ini hadiah dariku, semoga kau berkenan menerimanya."     

Gavin menerima kotak itu dan berkata, "Terima kasih, Baginda. Bolehkah aku buka di sini?"     

"Ohh, tentu saja, silahkan!" Alphegor menaikkan alisnya sambil tangannya menjulur ke depan mempersilahkan Gavin.     

Tak menunggu menit berlalu, Gavin segera membuka kotak kayu tersebut. "Sepatu?" Dia menatap sepasang sepatu boot sebetis dari bahan kulit berwarna keemasan.     

"Benar. Itu adalah sepatu kilat. Dengan memakai itu, maka kau bisa melesat cepat, sangat cepat bagaikan kilat tanpa memakai energimu, hanya cukup memikirkan saja kau ingin ke mana." Demikian penjelasan singkat dari Alphegor mengenai hadiahnya ke Gavin.     

"Sepatu kilat!" Gavin menaikkan dua alisnya sambil mulai mengambil sepatu dari kotak kayu tersebut, lalu menoleh ke Jovano, seakan sedang meminta persetujuan dari ketua kelompoknya.     

Jovano mengangguk kecil tanda persetujuannya.     

Gavin pun tersenyum lebar. Dia merasa sepatu kilat ini sangat keren dan berguna dalam pertempuran.      

Dalam sebuah pertempuran, pihak yang lebih diuntungkan adalah yang bisa lebih cepat bergerak dibandingkan lawannya. Sehebat apapun lawan, jika dia lambat, maka akan dikalahkan yang lebih cepat menyarangkan serangan terlebih dahulu.     

Maka dari itu, sepatu kilat ini sungguh berguna bagi Gavin. "Aku boleh mencobanya?" tanyanya pada Alphegor.     

"Itu sudah menjadi hakmu, pejuang Gavin." Alphegor mengangguk sekali.     

Segera saja, sepatu boot keemasan itu sudah melekat di kedua kaki Gavin. "Wo ho ho … ini terasa sangat ringan!" ucapnya riang. "Aku akan mencobanya!"      

Lalu, detik berikutnya, Gavin sudah melesat keluar dari tribun itu dan mengelilingi arena dengan kecepatan yang memang di atas rata-rata. Bahkan itu setara dengan kecepatan kaki Gargadon. Betapa senangnya Gavin dengan hadiahnya ini.     

"Yang Mulia, bukankah terlalu berlebihan jika memberi dia sepatu kilat itu?" dengus Molof dengan wajah cemberut, dia benar-benar tak terima jika Gavin mendapatkan barang sebagus itu dari Alphegor.     

"Molof, kendalikan hatimu dari dengki. Kalau kau juga ingin mendapatkan barang sebagus itu, kau bisa mencoba arenaku. Kau bersedia?" tanya Alphegor dengan lirikan matanya ke Molof.     

"O-Ohh, um, tidak usah, Yang Mulia. Tidak usah." Molof bergegas menjawab untuk menolak sebelum tiba-tiba dia sudah dilempar ke tengah arena nantinya. Meski dia terkesan hebat, namun itu hanya omong kosong saja. Aslinya, dia penakut dan hanya suka berlindung di belakang status dan nama-nama besar yang menyertainya. Yah, dia tipe hipokrit sejati. Nyatanya, dia hanyalah sosok inferior belaka.     

Jovano yang diam mengamati sejak tadi, kini berbicara, "Baginda Alphegor, aku sungguh berterima kasih atas kedermawanan Baginda pada saudaraku, Gavin."     

"Ahh, itu bukanlah apa-apa, Pangeran Muda Jovano. Dia mendapatkan apa yang memang pantas didapatkan setelah bertarung mati-matian dengan jagoan-jagoanku." Alphegor menoleh ke Jovano sambil menjawab.     

"Um, aku sungguh tidak enak hati karena saudaraku itu sudah membinasakan jagoan-jagoan milik Baginda." Jovano mengemukakan apa yang menjadi ganjalan di pikirannya. Dia tidak ingin ini menjadikan Alphegor memiliki alasan untuk mendendam pada Gavin.     

"Ohh, tenang saja. Anda bisa bertenang hati mengenai urusan kecil ini, Pangeran Muda Jovano." Alphegor lekas menyahut dan berkata, "Mereka kujadikan petarung di arenaku tentu saja sudah menanggung apapun resikonya. Kalau mereka sampai binasa, itu artinya mereka memang lemah dan tidak cukup layak aku pertahankan."     

Mendengar penuturan Alphegor, hati Molof bagai diremas lilitan duri. Ia memikirkan tentang Lyphm-nya yang tersayang. Bukankah ini artinya Lyphm dia merupakan sosok lemah dan pantas mati?      

Karena itu, Molof semakin benci pada Gavin, bukannya marah pada Alphegor yang telah merendahkan Lyphm secara terang-terangan di depannya. Mana mungkin dia marah pada Alphegor yang dia junjung tinggi?     

"Sepatu ini sungguh hebat!" seru Gavin saat dia sudah puas berputar-putar cepat di sekitar sana dan kembali ke tribun khusus itu. Senyumnya lebar menampilkan gigi depannya yang rapi dan terawat.     

"Aku lega jika pejuang Gavin menyukai hadiahku." Alphegor menyahut dengan diiringi senyum kecil. Lalu melanjutkan bicara, "Nah, sebagai penghormatan pada seseorang yang telah menang telak di arenaku, maka ijinkan aku untuk memberikan sebuah perjamuan besar bagi pejuang Gavin dan Pangeran Muda Jovano. Aku harap kalian tidak menolak persembahan kecilku ini." Ia sambil menunduk ke Jovano.     

"O-Ohh? Perjamuan?" Jovano mengulang dengan nada tanya. Ia tidak menyangka akan ada lagi hal yang harus dia lewati ketika berada di kastil ini. Pertarungan gladiator, dan kini perjamuan. Dia hanya ingin mengintai kastil ini saja untuk mengetahui keadaan di tempat ini, bukan hendak berpesta dan ikut menggila seperti yang lainnya.     

"Ya, semoga kalian berdua tidak membuat saya sedih." Ini sebuah pemaksaan halus dari Alphegor, tentu saja.     

Jovano mengetahui persis arti dari ucapan Alphegor. Dia menoleh ke Gavin. Padahal dia berjanji akan lekas kembali pada kedua wanitanya di rumah Egrima.      

Bagaimana jadinya jika dia malah tersendat di kastil ini dan harus melalui pesta perjamuan yang pastinya tidak akan kalem-kalem saja. Namanya juga pesta yang dihadiri para iblis.     

Gavin menelan ludah. Perjamuan … tentunya itu akan banyak berisi wanita cantik dan menggiurkan hasrat. Matanya menyiratkan dia tidak keberatan akan itu.     

Jovano yang paham pandangan bersedia sepenuhnya dari Gavin ingin sekali menggetok kepala pemuda di depannya itu. Apa Gavin sudah tidak ingat lagi apa yang dia janjikan pada Egrima sebelum pergi? Dasar Casanova iblis, rutuk Jovano di hatinya untuk Gavin.     

"Sepertinya pejuang Gavin ingin sekali mencoba perjamuan khusus untuknya." Alphegor semakin menuangkan bensin kea pi begitu dia juga bisa menerka tatapan bersemangat dari mata Gavin.     

Bagaimana ini? Apakah tidak apa-apa jika dia pulang terlambat? Jovano terus berpikir cepat mempertimbangkan segala kemungkinan. Dua wanita itu … akankah dia nantinya dijadikan perkedel daging oleh mereka berdua jika tahu dia malah berpesta di kastil ini?     

Jovano menelan ludah, menatap Gavin yang menatap memohon padanya.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.