Devil's Fruit (21+)

Jangan Remehkan Gavin si Cambion



Jangan Remehkan Gavin si Cambion

0Fruit 1345: Jangan Remehkan Gavin si Cambion     
0

Ternyata, Gavin berhasil membalikkan keadaan. Yang awalnya dia begitu kacau karena serangan Gargadon, kini justru iblis kriminal itu yang kacau akibat serangan Gavin.     

Gavin menggunakan pertahanan sekaligus serangan dari cangkang berdurinya. Itu benar-benar metode combo yang dia temukan setelah berpikir keras.      

Ia memakai elemen miliknya, yaitu tanah, untuk membentuk cangkang keras dari elemen itu dan sekaligus menciptakan pasak duri di sekujur cangkang yang digunakan untuk menyerang Gargadon.     

Ini adalah babak terakhir di arena gladiator. Gavin sudah melalui 2 babak yang menyakitkan sebelumnya. Oleh karena itu, dia tidak ingin kalah di babak yang ini pula. Dia harus berjuang sangat keras, melebihi 2 babak tadi.     

Meski awalnya dia mengutuk dan memaki Alphegor keras-keras di hatinya, namun kini Gavin merasa diuntungkan dengan pertarungan-pertarungan yang dia miliki di arena gladiator ini.     

Berkat arena ini, dia jadi bisa mengeluarkan jurus-jurus baru dan memunculkan potensi-potensi dia yang selama ini tidak dia sadari.      

Berkat arena buatan Alphegor ini, Gavin jadi tahu dia bisa melakukan kloning menggunakan elemennya. Dia juga bisa menciptakan badai debu dan membunuh lawannya secara senyap dari dalam menggunakan debu yang terhirup masuk ke tubuh lawan.      

Dan ini pulalah yang dia sedang gunakan pula pada Gargadon. Memasukkan butiran debu-debu ke dalam tubuh Gargadon melalui hidung iblis itu saat menghirupnya tanpa sadar.     

Setelah dia berhasil membunuh iblis siluman Lyphm dengan cara tersebut, Gavin pun menyadari bahwa pembunuhan senyap ini merupakan metode paling baik dari elemennya. Yeah, dia bangga karena bisa menemukan cara ini.      

Saat ini, Gargadon tengah mendapatkan serangan senyap dari Gavin tersebut. "Arrghhh!" Gargadon memekik kesakitan dan berguling-guling di tanah dan dari segala lubang di tubuhnya, muncul darah hitam iblis.      

Apa yang terjadi dengannya? Tentu saja itu karena debu-debu yang berhasil masuk ke tubuh Gargadon, segera diubah Gavin menjadi pasak-pasak yang menusuk organ-organ dalam Gargadon.      

Anatomi tubuh iblis tidak begitu jauh berbeda dengan manusia. Memiliki berbagai organ yang kurang lebih sama, meski tampilan luarnya (wajah dan penampilan) berbeda.     

Meskipun iblis sangat kuat melebihi manusia biasa, namun tetap saja memiliki kelemahan, yaitu bisa dibunuh.     

Yang namanya makhluk hidup, apapun itu jenisnya, pasti bisa mati. Itu sudah hukum absolut dari alam. Mereka mungkin ada yang bisa berumur sangat panjang dan tidak tergerus umur, namun bisa mati jika mendapatkan bencana dan celaka terhadap dirinya.     

Karena organ-organ Gargadon ditusuk banyak sekali pasak duri dari dalam tubuhnya, maka tidak heran jika iblis kriminal itu terus mengeluarkan darah dari seluruh lubang di tubuhnya. Darah hitam terus saja meleleh keluar.     

Bahkan kini Gargadon menutupi kedua matanya yang juga sudah mengeluarkan darah hitam iblisnya, menandakan serangan pasak duri juga dilakukan pada matanya.      

Saat ini, Gavin menyaksikan lawannya yang masih berguling-guling kesakitan di tanah. Melalui cangkangnya, dia mengintip tribun khusus di atas sana. Alphegor terlihat geram, Molof kentara menggertakkan gerahamnya keras-keras, sedangkan Jovano duduk santai dengan senyum kecil di wajahnya.     

Jovano menyadari saat ini Gavin sedang menatapnya melalui cangkang itu, maka dia mengangguk kecil, seakan memberi persetujuan.      

Gavin menerima sinyal dari Jovano dan dia pun bergegas melanjutkan serangan cangkang berduri dia ke arah Gargadon, tidak perduli apakah iblis itu siap atau tidak.     

Ini bukan arena yang menjunjung keadilan dan fair play. Alphegor sendiri yang telah menyatakan bahwa siapapun yang bertarung di arena bebas melakukan apa saja untuk menang.     

Maka, Gavin tidak menunda lagi untuk menghajar Gargadon yang tengah sekarat. Dia tidak memerdulikan teriakan marah penonton yang menyeru bahwa dia tidak jantan karena menyerang lawan yang sedang kesakitan.     

Persetan dengan itu! Gavin berteriak di batinnya tanpa mengurangi hantaman serangannya pada tubuh Gargadon bertubi-tubi, mengabaikan apapun yang diteriakkan padanya. Memangnya mereka tadi protes juga ketika Gargadon membombandir dirinya dengan serangan meski dia sedang babak belur nyaris sekarat?     

Setelah hantaman serangan bertubi-tubi ke Gargadon, iblis kriminal itu mulai terkulai dengan darah hitam iblis menggenangi tubuhnya yang nyaris jadi perkedel daging. Napasnya mulai satu-satu dan pelan, sebelum akhirnya dia tidak bergerak sekaligus tidak bernapas lagi.     

"Gargadon mati!" seru salah satu penonton yang telah menyadarinya. Yang lain pun heboh. Mereka masih bertanya-tanya dan penasaran apa sebenarnya yang membunuh iblis kriminal kuat itu? Bagaimana sosok sekuat Gargadon bisa mati?     

"Trik licik apa yang kau gunakan?"     

"Hei, kau, setengah iblis! Bagaimana cara kau membunuh Gargadon! Aku yakin kau pakai cara kotor!"     

"Kau iblis gadungan busuk! Permainanmu kotor!"     

Berbagai cacian penonton terdekat hinggap di telinga Gavin. Namun, alih-alih membalas dengan emosi, Gavin justru berkata, "Kalau dia memang kuat, dia tak akan mati di sini di tanganku! Kalau dia memang hebat, aku yang tergeletak dan bukannya dia! Pemilik arena ini mengijinkan metode apapun untuk bertarung, kalau kalian ingin protes, sana protes ke dia saja!"     

Mendengar jawaban keras dari Gavin, para penonton pun mulai terdiam. Mereka tampaknya mulai menyadari kebenaran dari ucapan Gavin.     

Tapi, kemudian terdengar lagi teriakan dari salah satu penonton di saat suasana mulai sunyi. "Apa yang kau gunakan untuk membunuh Gargadon?"     

"Ya, ya, katakan agar kami puas bahwa kau memang layak menjadi pemenangnya!" Penonton lain mulai menimpali.     

"Benar! Katakan metode apa yang kau lakukan sehingga bisa membunuh si kuat Gargadon!" Terdengar teriakan lain dari arah berbeda.     

Mendengar semua itu, Gavin terkekeh santai dan menjawab, "Ingin tahu metode yang aku gunakan? Pfftt! Jangan harap. Ini adalah jurus rahasiaku." Ia meringis nakal dan melanjutkan, "Kalau kalian berani macam-macam padaku, akan aku pakai metode itu ke kalian, mengerti?" gertaknya sambil mendelik menakuti penonton.     

Banyak penonton terkesiap dan ciut mendengar ancaman Gavin. Mereka hanyalah iblis-iblis dan penyihir penggembira saja di situ. Bila membandingkan kekuatan mereka dengan Gargadon, mereka akan tahu diri dengan segera. Oleh karena itu, memang tampaknya mereka tak boleh macam-macam dengan Gavin jika tidak ingin berakhir menjadi perkedel daging seperti Gargadon.     

Di tribun khusus, Jovano melirik santai ke Alphegor sambil bertanya, "Apakah ini sudah bisa diumumkan bahwa temanku pemenang arena ini, Baginda Alphegor?"     

Menelan ludah dengan pahit, Alphegor menoleh ke Jovano dan menampilkan senyum palsunya, menjawab, "Ohh, tentu sudah, Pangeran Muda." Ia mengangguk sekali secara pelan meski itu tidak tulus dan dia tidak perduli jika Jovano tahu ataupun tidak akan itu.     

Sementara itu, Molof masih terdiam menahan geram. Ia heran kenapa Gavin yang hanya seorang cambion saja bisa berkekuatan sedemikian besar sehingga mampu membinasakan Gargadon dengan cara yang luar biasa misterius.     

Gavin memang sengaja tidak mengungkapkan metode yang dia gunakan. Memangnya dia orang tolol? Namanya senjata rahasia yah tentunya harus menjadi rahasia selamanya dari pihak lain!     

Dikarenakan kemenangan Gavin sudah mutlak, maka Alphegor pun meniadakan dinding formasi miliknya dari sekeliling arena. Gavin pun terbang ke arah tribun khusus tanpa khawatir dirinya dicelakai siapapun di sana. Dia bahkan menatap ke penonton dengan pandangan nakal seakan mengintimidasi mereka.     

Jangan remehkan Gavin meski dia hanya memiliki setengah darah iblis yang mengalir di tubuhnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.