Devil's Fruit (21+)

Tidur Bertiga di Satu Ruangan Darurat



Tidur Bertiga di Satu Ruangan Darurat

0Fruit 1298: Tidur Bertiga di Satu Ruangan Darurat     
0

Saat Liliac ditanya apa yang terjadi setelah Dante, ayah kandung Jovano, sembuh dari lukanya sesudah dirawat para peri di desa tersebut, Liliac memberikan jawaban yang sedikit banyak sudah ditebak Jovano dalam hatinya.     

"Tentu saja, ratu kami dan Dante saling menyukai! Bahkan mereka bagai suami istri di sini!" Perkataan Liliac cukup mengejutkan Serafima dan Shona, namun ini sesuai prediksi Jovano.     

"Hghh! Dasar lelaki!" Serafima hanya bisa mendesah dan menggelengkan kepala, seakan sedang berduka cita untuk Andrea. Dan ia hanya bisa mengutuk sepupu jauhnya yang masih saja senang tebar pesona meski sudah beristri.     

"Tapi … saat itu, Dante bahkan tidak mengetahui jati dirinya." Liliac kembali berbicara.     

"Heh? Dante tak tahu jati dirinya?" Serafima terkejut.     

"Ohh, rupanya Uncle Dante menderita amnesia ketika dilempar ke alam ini." Shona bisa menyimpulkan ini sekarang. "Pantas saja dia bisa menerima ratu peri menjadi pasangannya. Aku yakin jika Uncle tidak amnesia, dia takkan mau mengkhianati Aunty Andrea."     

"Kau begitu yakin, Sho." Serafima menatap keponakannya dengan takjub. Setinggi itukah kepercayaan Shona terhadap Dante?     

Shona mengangguk. "Aku bisa yakin itu, Sis. Karena aku tahu sendiri dan melihat dengan jelas betapa cintanya Uncle Dante pada Aunty Andrea."     

"Yah, ini memang tidak bisa sepenuhnya menyalahkan ayahku." Jovano berkomentar setelah dia diam beberapa saat. Dalam hatinya, dia hanya bisa berseru: 'Jangan sampai mom tahu ini!'.     

Membayangkan sang ayah yang terluka dan amnesia, dirawat dengan baik oleh ratu peri yang cantik, pasti sebagai lelaki normal, sang ayah akan terpikat pada ratu peri dan wajar jika ayahnya mengawini ratu peri selama dia di sini.     

"Lalu, pada akhirnya, Dante sadar akan identitasnya, kan?" tanya Serafima. "Karena, tidak mungkin dia kembali ke istri aslinya jika dia tidak tersadar dari amnesianya."     

"Humph! Yah, begitulah!" Liliac menjawab dengan sikap acuh tak acuh. "Suatu hari, Dante tidak sengaja memakan jamur memori dan dia mendadak saja gusar, membuat ratu kami bingung. Ternyata dia teringat siapa dirinya."     

"Saat ayahku ada di sini, apakah dia memiliki nama lain?" tanya Jovano.     

"Tentu! Ratu kami saat itu memberi dia nama Leodaz." Liliac mengingat itu. Dia merupakan orang yang cukup dekat dengan ratu peri itu.     

Kini, Jovano dan 2 wanita itu sudah mengetahui kisah Dante di desa peri ini. Meski cukup mengejutkan, tapi tak bisa sepenuhnya menyalahkan Dante mengenai apa yang terjadi dengan suami Andrea bersama ratu peri desa ini.     

"Ayo kita kembali dulu ke pusat desa." Shona memberi saran. Rasanya tak nyaman jika membicarakan Dante ketika ada anak kandungnya di sini. Seperti seorang anak yang harus mendengar kisah perselingkuhan ayahnya dengan wanita lain, meski itu tidak sepenuhnya perselingkuhan.     

Ketika mereka berjalan kembali ke pusat desa, suasana di sana sungguh membuat Jovano dan yang lainnya membelalakkan mata.     

Gavin dan Miloz sedang berpesta harem dengan para peri yang mengerubungi mereka. Gavin rebah dengan seorang peri molek berada di atasnya, dan Miloz rebah sambil membiarkan batang jantannya dimanjakan oleh dua peri sekaligus.     

"Astaga, rupanya ada orgy di sini." Jovano mendesah dan tidak jadi melangkah lebih jauh agar tidak mengganggu Gavin dan Miloz. Ia menoleh ke Shona dan Serafima, berkata, "Ayo kita membuat perkemahan sendiri saja di tempat tadi."     

Shona terkekeh dan mengangguk. "Ayo. Kita harus memberikan kesempatan pada Gavin dan Miloz agar mereka tidak terus-menerus hijau."     

Akhirnya, mengalah membiarkan Gavin dan Miloz menguasai desa peri itu, menjadi duo raja penjantan di sana, Jovano dan 2 wanita itu kembali ke tempat tadi mereka berbincang dan mendirikan hunian darurat di atas pohon besar yang dilubangi batangnya untuk menjadi kamar.     

Setelah ruangan di batang pohon itu tercipta, Jovano mengeluarkan 3 alas tidur dari bulu beast simpanan Andrea.     

Ini benar-benar mengingatkan akan cara Andrea dan Dante dulu bertahan hidup di alam Feroz milik Pangeran Djanh. Jovano memang mendapatkan ingatan dari ibunya mengenai ini.     

Karena lubang itu cukup besar dibuat Jovano, dia meminta mereka bertiga bersama-sama tinggal di situ.     

Untuk meminimalkan kecemburuan Serafima, maka Jovano akan tidur di paling ujung dekat mulut lubang, sebelahnya adalah Serafima, barulah setelah itu Shona di paling ujung dalam lubang.     

Beberapa kali, Serafima menggoda dia dengan wasiat dari Pangeran Zaghar. Meski Jovano sudah menjelaskan ke kekasihnya bahwa dia tidak memiliki niat untuk menjalankan wasiat itu, tapi Serafima akan menyindir mengenai itu.     

Malam ini, adalah malam pertama mereka di Fairyland, tidur di dalam lubang pohon berjajar bertiga.      

"Kau tidak memiliki niat melangkahi aku, kan Jo?" tanya Serafima sambil berbisik saat dia menghadap ke Jovano dalam rebahnya.     

"Tsk, sayank … berapa kali aku harus mengatakan padamu, sih?" jawab Jovano sambil menoleh ke Serafima. Dua tangan dia jadikan bantal meski sudah ada alas kepala dari tumpukan bulu beast. "Tidurlah, tak usah berpikir macam-macam. Aku tidak kemana-mana selain di titik ini saja."     

"Hm, yah … semoga." Serafima pun tidur menghadap ke Jovano, seakan dia ingin mengawasi Jovano dengan sikap itu.     

Ketika akhirnya mereka bertiga terjatuh dalam lelap ….     

"Hm? Siapa?" Shona merasa heran ketika dia merasakan ada sosok lain yang mendekat ke arahnya.     

"Uh-umm … Sho." Jovano muncul dari balik kabut tebal dan tiba di depan Shona.     

"Jo?" Shona terkejut mendapati Jovano ada di depannya. "Ini … kenapa kau ke sini? Bagaimana dengan Sis Sera?" Ia tidak ingin menambah kecemburuan pada Serafima.     

"Itu … dia tidak tahu, aku yakin." Jovano mengusap tengkuknya dengan gugup dan bicara lagi, "Anu, Sho … apakah kau baik-baik saja?"     

"Aku? Ya, tentu saja aku baik-baik saja, tidak terluka sama sekali." Shona sedikit bingung dengan kedatangan Jovano yang tiba-tiba begitu.     

"Tidak begitu, Sho. Maksudku … itu … perasaanmu. Kak Za … sejak Kak Za tak ada … apakah kau baik-baik saja?"     

"Um, itu yah … hm … yah aku memang sedih dan … jujur saja merasa kesepian dan merana. Aku … aku tak tahu harus menangis ke siapa, Jo."     

"Menangis saja padaku!" Jovano meraih Shona yang tertunduk sedih, memeluk Shona, membawa janda molek itu ke dadanya.     

Shona terkejut menerima sikap Jovano, tapi ketika dia hendak mengatakan sesuatu, saat dia mendongak, Jovano malah menatap lekat padanya dan entah siapa yang memulai, bibir mereka saling berpagut.     

Dan pada akhirnya, cumbuan pun terjadi antara mereka, saling melumat dan memagut bibir satu sama lain.      

Ketika cumbuan mesra itu disudahi, napas mereka sama-sama terengah, namun tatapan keduanya memiliki kesamaan: hasrat libido.     

Segera saja, cumbuan diulang kembali, namun kali ini Jovano lebih berani dengan tangannya.      

Tangan itu tidak lagi diam dan mulai merayap ke lekuk-lekuk spesial di tubuh Shona. Sang janda bukannya mendorong Jovano, tapi malah mendesah, menimbulkan libido Jovano kian tinggi dan menginginkan lebih lagi.     

Dalam sekejap, mereka sama-sama telanjang dengan Shona berada di bawah Jovano. Keduanya saling tatap sesaat, Shona berbisik, "Jo … bagaimana dengan Sis Sera?"     

"Biarkan ini mengalir begini saja, Sho …."     

Shona hendak mengatakan sesuatu lagi, ketika matanya terbelalak ketika benda tegang Jovano sudah melesak masuk ke liang intimnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.