Devil's Fruit (21+)

Noir Versi Baru



Noir Versi Baru

1Fruit 1200: Noir Versi Baru     0

Ketika keadaan mulai memanas antara kelompok Andrea di alam Cosmo dengan Druana yang teguh tidak membolehkan siapapun menerobos masuk ke ruangan Pangeran Djanh, tibat-tiba terdengar suara dari belakang Druana.     

Pintu ruangan itu terbuka dan secara mendadak, Pangeran Djanh bergerak sangat cepat mendorong Mason hingga liger remaja itu pun terhempas ke belakang. "Hei, hei ... jangan bertindak anarkis pada anakku atau kau akan aku buat tak bisa mempunyai anak. Mau?"      

Semua pandangan tertuju pada Pangeran Djanh. Namun, mata mereka lebih melebar lagi ketika melihat sosok di belakang Pangeran Djanh.      

Di belakang si pangeran Incubus tersebut berdiri gagah di 4 kakinya sesosok singa hitam bersurai keemasan yang memiliki sayap emas. Sekilas, itu mirip seperti Griffin (singa berkepala dan bersayap rajawali dalam mitos sebagai lambang atau simbol keagungan dan kekuatan Yunani), tapi kepalanya masih tetap berbentuk kepala singa pada umumnya. Hanya memiliki sayap saja.     

"Ayah!"     

"Noir!"     

Andrea dan para liger di belakangnya pun segera berteriak dengan wajah terpukau dan terharu. Tanpa perlu dikomando lagi, mereka segera menubruk dan memeluk Noir.      

"Hei, hei, kalian ini!" Noir berseru sambil melotot ke anak-anaknya. "Ini masih sakit, hei!" Ia memaksudkan pada sepasang sayapnya.      

Segera, kerumunan liger itu pun mulai melangkah mundur dari Noir karena mereka khawatir akan menyakiti ayahnya.      

Sementara itu, Andrea masih berdiri di tempatnya sambil menahan tangis dan tersenyum penuh bahagia dan haru memandang ke Noir.      

Singa petir yang kini memiliki sayap rajawali itu menoleh ke Andrea dan berkata, "Nyonya, kemarilah."     

Hati Andrea serasa ingin meledak dan dia menghambur ke Noir, memeluk singa hitam tersebut sambil meluapkan tangis yang ditahan-tahan. "Hu hu huuu ... Noir ... Noir, syukurlah kamu selamat. Hu huuu ... tadi aku dan anak-anak sudah hampir perang lawan Druana karena dengar kamu meraung kesakitan."     

"Nyonya, aku sudah baik-baik saja." Noir menyahut menggunakan bahasa manusia yang dipahami Andrea tanpa perlu menggunakan telepati atau perantara Dante. Itu berkat sesuatu yang dimasukkan Pangeran Djanh ke kerongkongannya. "Tadi memang sangat menyakitkan ketika sayap ini ditanamkan padaku, tapi Tuan Pangeran sangat terampil."     

Mendengar itu, Andrea teringat akan Pangeran Djanh dan dia melepas pelukan pada Noir untuk menoleh ke ayah Shona. "Unghh ... Djanh ... ehh, maksudku ... Pangeran ... terima kasih. Maaf kalo tadi aku hilang kesabaran ampe hampir tarung ama Druana."     

Pangeran Djanh menyeringai geli sambil menyentil ujung hidung Andrea dan menjawab, "Lain kali Tuan Putri harus lebih memercayai aku dan patuh pada apa yang aku katakan, yah!"     

Andrea mengusap singkat hidung yang disentil Pangeran Djanh sambil berkata, "Ungh, yah nggak bisa dong kalau aku harus manut ama kamu, Pangeran. Nanti lakik aku bisa ribut, deh!"     

"Ha ha ha!" Pangeran Djanh hanya tertawa lepas mendengar sahutan dari Andrea.      

Menyebutkan mengenai suaminya, Andrea pun teringat akan Dante. Ia mengirim telepati pada suaminya dan kemudian menghadirkan Dante di alam Cosmo.      

Ketika Dante melihat sosok baru Noir, matanya berkaca-kaca terharu dan lekas memeluk singanya dan berkata, "Syukurlah semuanya lancar dan baik-baik saja." Lalu dia menepuk-nepuk leher tebal bersurai keemasan Noir, menatap Singa Petir itu dengan rasa bangga. Noir terlihat sangat gagah dengan tambahan sayap begitu.      

Kemudian, Dante menoleh ke Pangeran Djanh untuk berkata, "Pangeran, sungguh aku mengucapkan terima kasih kepadamu." Ia sedikit membungkukkan badan ke Pangeran Djanh.     

"Ahh, Pangeran Dante tidak perlu sesungkan itu padaku. Ini hanya hal remeh saja untukku." Pangeran Djanh berlagak merendah meski akhirnya meroket dengan hatinya membengkak akan rasa bangga yang tercermin dari kalimatnya.      

"Pangeran, lalu Gazum?" tanya Dante ketika dia teringat akan Gazum.      

"Tentu saja jiwanya sudah melebur menyatu dengan jiwa Noir." Pangeran Djanh menjawab dengan mantap.      

Dante dan yang lainnya segera menoleh ke Noir, seolah mereka ingin kepastian dari apa yang dikatakan Pangeran Djanh.      

Noir mengangguk. "Sekarang aku dan Gazum sudah menjadi satu. Di tubuh ini seperti ada 2 jiwa dan kami saling berbagi pemikiran juga."      

Druana yang telah merubah dirinya menjadi seperti sedia kala, berucap, "Teknik tingkat tinggi milik Yang Mulia Pangeran sungguh tidak ada duanya. Biasanya ahli yang melakukan fusi pada beast hanya akan mengambil salah satu jiwa beast karena mereka tidak sanggup untuk menaruh dua jiwa pada satu tubuh saja."     

Mendengar apa yang dikatakan oleh Druana, mau tak mau Andrea dan yang lainnya pun mengakui kemampuan Pangeran Djanh.      

Kemudian, Andrea melangkah maju ke Druana dan memeluk tanpa ragu. "Dru, aku minta maaf tadi aku sangat tidak sabaran, yah! Kamu nggak dendam atau baper gara-gara tingkahku tadi, kan?"     

"Tuan Putri kenapa harus mengkhawatirkan hal kecil seperti itu? Hi hi hi ...." Druana membalas sambil saling melonggarkan pelukan masing-masing untuk memunculkan senyum berbarengan.      

Meski Dante tak paham apa yang tadi terjadi di sini sampai istrinya berkata demikian, tapi dia sedikit banyak bisa meraba kira-kira apa yang terjadi dikarenakan dia paham bagaimana karakter dari Andrea.      

"Nah, karena Noir dan Gazum sudah bersatu, tentunya kita bisa kembali ke medan perang, kan?" Dante segera mengembalikan topik penting.      

"Apakah Noir sudah bisa bertarung saat ini?" tanya Andrea sambil melirik ke Pangeran Djanh.      

Si pangeran Incubus pun menjawab santai, "Tentu saja bisa. Jangankan bertarung, bahkan jika singa itu ingin mengawini seratus betina sekaligus pun dia pasti bisa."     

"Djanh cuwk!" Andrea tak kuat lagi dan berteriak ketika dengan entengnya Pangeran Djanh mengatakan mengenai hal sevulgar itu. "Masih ada banyak anak-anak, tauk!" Ia mendelik gahar yang ditimpali derai tawa Pangeran Djanh.      

Beberapa menit berikutnya, muncullah beberapa sosok di medan perang dengan tambahan seekor singa hitam gagah yang bersayap keemasan.      

Anggota tim Blanche terpukau ketika Noir muncul di medan perang.      

"Wuaahh! Itukah paman Noir?" Jovano sampai melongo dengan senyum lebar ke Noir.     

"Paman Noir keren!" Vargana juga berseru disela-sela pertarungannya.     

"Penampilanmu luar biasa, Paman!" Voindra berteriak kagum.     

"Rasanya aku jadi lebih bersemangat hanya dengan melihat Paman Noir!" Gavin tak ketinggalan bersorak ke Noir.      

Sementara itu, dua pangeran kembar yang melihat Noir versi baru itu saling tersenyum dan merasa kagum atas pekerjaan Pangeran Djanh. Entah kapan mereka bisa sehebat dia.      

Sedangkan Revka dan Serafima yang bertarung berdekatan melirik ke Noir yang mulai terbang mengepakkan sayap barunya, dua wanita itu juga kagum pada sosok gagah Noir. Revka lebih kagum lagi karena mengetahui itu adalah hasil kerja suaminya.      

"Wow! Singa itu jadi terlihat berkali lipat gagah, yah Rev!" Serafima tak bisa menyembunyikan pujiannya.      

"Kak Revka! Panggil aku yang benar, bocah nakal!" Revka melotot pada sepupunya yang tentu lebih muda darinya.      

Serafima hanya terbahak saja sembari terus bertarung menggunakan pistol energi dia. Senjata di tangan gadis itu bukan pistol biasa milik manusia, tapi merupakan senjata yang bisa mengeluarkan energi Zephoro seperti laser.      

Noir terbang berputar di atas kerumunan musuhnya dan ia kepakkan sayapnya sehingga muncul angin badai yang bisa mencabik-cabik tubuh lawan. Ia merasa kagum pada kemampuan barunya.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.