Devil's Fruit (21+)

Kritis dan Sekarat!



Kritis dan Sekarat!

0Fruit 1209: Kritis dan Sekarat!     
0

Ketika Danang sedang mencoba untuk mencegah Andrea dari menyakiti Ivy, mendadak ....     

Sreettt!     

Ivy menepiskan Danang ke samping.     

Craasss!     

Dan tongkat di tangan Ivy itu pun ditusukkan ke dada ibunya.     

Danang dan Andrea sama-sama terkejut berbarengan dengan mencuatnya darah kehitaman dari dada Andrea.      

Meski begitu, Andrea sempat memegang tongkat itu yang mencoba merebut daya hidupnya. Dengan sisa kekuatan yang dimiliki, Andrea, ia berteriak seiring tangannya menyalurkan energi murni dan menyebabkan kristal di tongkat itu hancur berantakan.     

"Andrea!" Danang lekas menangkap tubuh limbung Andrea. Batang tongkat tersebut masih menancap di dadanya menembus ke jantung dia. Darah tak hanya terburai dari luka tusuk itu saja namun juga dari mulut sang Cambion Hera.      

"Mom!"     

"Sayank!"     

"Putri!"     

Mulai banyak orang yang berdatangan ke Andrea yang sudah terduduk lemah di tanah salju dengan Danang masih memegangi dia.     

Dante segera menggapai tubuh istrinya, sedangkan Jovano tidak memiliki pilihan lain selain memukul sang adik meski masih berusaha untuk tidak membunuhnya. Bagaimana pun, Ivy tetaplah adiknya.     

Tapi rupanya Shiro tidak sependapat dengan Jovano. Dia menyerang Ivy yang terpukul mundur oleh kakaknya dengan tembakan petir putihnya.     

Disambung Kuro yang juga turut memukul Ivy menggunakan ekor besarnya, membuat tubuh lemah Ivy langsung terpelanting ke tanah.     

Shiro masih belum puas, dia terlalu dendam dengan Ivy karena kematian Kiran. Dia mengejar Ivy lagi dan hendak memberikan eksekusi pada si gadis vampir yang telah tak berdaya di tanah.      

Tepp!     

"Kak, jangan! Tolong jangan bunuh dia!" Jovano sudah memegangi tangan Shiro yang berselimutkan energi petir hingga tangannya terasa sangat panas dan harus menahan sengatan tersebut.     

Mata Shiro nyalang menatap Jovano seakan dia tidak rela dihentikan ketika dia memiliki kesempatan untuk membalas dendam. "Jangan ikut campur, Jo!" geram Shiro menggunakan suara rendah menahan murka.     

Jovano menggeleng. "Maaf, Kak Shiro. Dia tetaplah adikku. Patut dihukum tapi tidak perlu dibunuh."     

"Bagaimana kalau dia membunuh Mama?" Kuro menjerit dan menerjang hendak meraih Ivy yang sudah tergeletak batuk darah.     

Jovano bergerak cepat menjulurkan cemeti buatannya dari cincin ruang untuk menangkap tubuh Kuro dan menarik menjauh dari Ivy sembari dia masih menahan tangan Shiro. Lalu, sekuat tenaga, Jovano melemparkan Kuro dan Shiro lebih jauh lagi.     

Setelah Kuro dan Shiro terpental mundur, Jovano secepat kilat meraih Ivy dan memasukkan gadis itu ke alam pribadinya. Karena Jovano masih ingat betapa Ivy lemah dan sengsara di alam Wadidaw dia, maka dia tidak khawatir Ivy berulah di dalam sana. Terlebih, adiknya sudah terluka berat dan tak bisa apa-apa.     

Tak lupa Jovano memberitahu Shona melalui telepati karena gadis itu masih berada di alam Wadidaw untuk menyembuhkan Voindra. "Sho, tolong jaga Ivy untukku, yah! Kalau dia hendak bertingkah macam-macam, kau bisa memukul untuk membuat dia pingsan, tapi tolong jangan lukai dia."     

"Oke, Jo." Shona menjawab dari dalam Wadidaw.      

Dalam hatinya, Jovano lega karena tadi sempat mengeluarkan Kanzo terlebih dahulu dari alam pribadinya sehingga Ivy akan tetap aman di Wadidaw.     

Kuro dan Shiro geram melihat ulah Jovano.      

"Aku mohon Kak Kuro dan Kak Shiro memahami keputusanku. Hidup atau matinya Ivy, nanti bisa kita rundingkan dulu." Jovano kemudian melesat menghampiri ibunya yang sudah beralih di dekapan ayahnya. "Bagaimana kondisi Mom, Dad?"     

Dante menggeleng tanpa menyembunyikan raut sedih dia.     

"Mama! Mama!" Kuro menghambur di dekat ibu angkatnya dan menangis keras melihat kondisi sekarat Andrea. "Mama tak boleh mati! Tidak boleh!"     

Andrea menatap sayu pada anak angkatnya dan memaksa tersenyum. "Kuro ...," ucapnya lemah. Kemudian, dia melepas ikat pinggang dunia tempat alam Cosmo ditempatkan.     

"Kenapa?" tanya Dante.     

Dengan sisa kekuatan yang ada, Andrea menghapus kepemilikan dia pada alam itu dan menyerahkan pada Dante. "Aku ... aku mungkin sudah tak bisa bertahan. Maka ini ... ini lebih baik jadi ... milikmu ...."     

Wajar saja apabila Andrea berkata demikian. Selain karena jantungnya sudah terkena tusukan dan dia sudah sekarat, begitu banyak makhluk hidup masih berada di dalam Cosmo. Ia tak ingin mereka di dalam sana terpenjara jika dia tidak bisa bertahan nantinya, oleh karena itu dia menghapus kepemilikan Cosmo.     

Dante menatap termangu pada ikat pinggang Cosmo yang diserahkan padanya. "Sayank! Tidak! Kau pasti selamat! Aku percaya kau bisa bertahan!" Air matanya luruh sambil memeluk sang istri lebih erat.      

"Dad, lekas beri darahmu pada ikat pinggang itu." Jovano tidak ingin menyia-nyiakan waktu. "Nanti kita bisa carikan siapapun ahli medis yang bisa menolong Mom."     

Mau tak mau, Dante menuruti anaknya dan dia memberikan tetesan darahnya untuk menjadi ikatan kontrak bahwa ikat pinggang dunia Cosmo kini beralih kepemilikan menjadi miliknya.        

Jovano kemudian mengirim telepati pada kakeknya untuk mengabarkan keadaan Andrea. Tak menunggu waktu lama bagi King Zardakh muncul di sana.     

"Kenapa anakku? Kenapa dia?!" King Zardakh nampak diliputi emosi ketika cucunya memberitahukan padanya bahwa Andrea sedang sekarat, di ambang pintu maut.     

"Ivy menusuknya! Gadis keparat itu ingin membunuh ibunya sendiri!" Kuro lantang menyerukan penyebab Andrea terluka.     

"Gadis itu!" geram King Zardakh. "Mana dia?!" Matanya melotot melihat ke sekeliling mencari Ivy. Sejak dulu dia memang kurang menyukai cucu perempuan yang itu. Sejak dulu dia pernah memiliki firasat tak baik mengenai Ivy dan tak menyangka akan benar-benar terjadi.      

"Jovano menyembunyikan dia di dalam alam pribadinya." Kini giliran Shiro yang membuka.     

Jovano seketika mendapatkan tatapan tajam dari kakeknya. Pemuda itu meneguk ludah karena merasakan dingin sampai ke tulang-tulangnya dari tatapan itu. "O-Opa ...."     

"Jo, serahkan adikmu padaku." King Zardakh menggeram dengan suara rendah, matanya mulai menyorotkan dendam dan kebencian.     

"Ti-tidak, Opa! Jangan gegabah dulu ke Ivy, Opa! Lebih baik kita cari cara mengobati Mom!" Jovano menoleh ke ibunya yang sudah bernapas pendek-pendek.     

"Kau ... Kau berani membantah aku, Jo?!" seru King Zardakh. Jovano gentar terkejut karena baru kali ini mendapati bentakan sang kakek.      

"Jo, lebih baik serahkan saja Ivy. Jangan terlalu lembek menangani dia." Vargana masih geram karena adiknya kritis gara-gara Ivy.     

"Jo, apakah Opa harus memakai cara kejam untuk membuat kau menyerahkan adikmu?" King Zardakh kini malah mengancam, membuat mata Jovano terbelalak.     

"Opa, aku mohon, jangan dulu memberikan eksekusi pada Ivy. Tunggu sampai Mom sembuh, oke? Tolong kalian jangan memaksaku. Aku benar-benar memohon, please!" Jovano bergantian menatap orang-orang di sekeliling dia yang seperti ingin melumat dan mencincang Ivy.     

King Zardakh menarik napas panjang dan kemudian dengan suara rendah, berkata, "Panggil Druana. Mana dia?"     

Segera Druana didatangkan dan iblis medis itu segera memeriksa Andrea. Ia mendesah.     

"Kau harus bisa menyelamatkannya atau ucapkan selamat tinggal pada kepalamu." King Zardakh mengancam Druana.     

Meski gentar setengah mati pada ancaman King Zardakh, Druana berusaha tetap tenang dan menjawab, "Ampun, Baginda Raja junjunganku ... ini ... kondisi Tuan Putri memang sangat parah dan begitu kritis."     

"Hm, tapi?" King Zardakh seolah bisa meraba apa yang selanjutnya hendak diucapkan Druana.     

"Tapi kita butuh tempat dan beberapa hal untuk mempertahankan jiwa Tuan Putri." Druana menatap takut-takut pada King Zardakh.      

"Katakan saja apa yang harus dipersiapkan agar nyawa anakku bisa tertolong." King Zardakh mulai tenang karena ternyata Druana sudah menemukan cara menyelamatkan putri kesayangannya.     

Dari dalam alam Wadidaw, Shona berkata pada Jovano melalui telepati, "Jo, kau tidak lupa kalau ada paman Noir di sini, kan?"     

"Astaga!" Jovano serta merta memekik. Dia melupakan itu!     

Sementara itu, perang masih berkecamuk meski sudah terlihat pihak mana yang akan meraih kemenangan.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.