Devil's Fruit (21+)

Keluarnya Sinar Merah Pekat



Keluarnya Sinar Merah Pekat

1Fruit 1212: Keluarnya Sinar Merah Pekat      2

Ketika baru saja Andrea dan Dante sudah dibaringkan di dalam peti es abadi buatan King Zardakh, tiba-tiba saja ada yang bergetar dari tubuh Andrea.      

Segera saja Jovano terkesiap dan bertanya ke kakeknya, "Opa! Opa! Itu ... itu kenapa tubuh Mom ...." paniknya sembari menunjuk ke arah peti es ibunya.      

Mata King Zardakh lekas menajam dan melihat memang tubuh putrinya bergetar di bagian kepalanya. "Astaga! Apa-apaan itu? Apakah dia sudah bisa sembuh? Cepat sekali!"     

"Opa, cepat buka petinya! Mungkin saja Mom memang sudah sembuh dan hendak bangun!" Jovano tak sabar sampai menampar-nampar lengan kakeknya.     

King Zardakh pun mengibaskan lengannya dan peti es itu membuka bagian atasnya dan berubah menjadi ranjang kembali. Semua yang ada di sana mendekat ingin mengamati Andrea yang masih terpejam.     

Baru saja langkah King Zardakh dan Jovano yang paling depan mendekat ke ranjang es Andrea, mendadak saja dari dahi pucat Andrea memancarkan keluar sinar kemerahan.      

"Hah? Apa itu?" Jovano sampai heran meski tak berani berbuat apa-apa karena belum begitu yakin apakah yang sedang terjadi kepada ibunya, apakah benar sang ibu hendak bangkit usai sinar kemerahan itu selesai memancar?     

Kening King Zardakh berkerut, sepertinya dia meyakini sesuatu meski tidak seratus persen. Ia hanya sedikit mengenali aura sinar kemerahan tersebut.      

Kian lama, sinar itu semakin terang dan akhirnya cahaya merah pekat pun menembus keluar dari dahi Andrea dan mengambang di udara dan kemudian kabut kemerahan pekat itu membentuk suatu bentuk, tepatnya ... suatu sosok.     

"Burung?" Jovano dan yang di sana terbelalak bingung.      

Sosok seperti burung berwarna merah darah dan bersinar terang di sekujur tubuhnya bagai itu sebuah lidah api, mulai mengepakkan sayapnya setelah wujudnya benar-benar absolut nyata.     

"Hm, ternyata kau." King Zardakh akhirnya kini yakin seratus persen mengenai sosok burung merah di hadapannya.      

"Skriiiii!" Burung merah itu bersuara lantang dan tiba-tiba berbicara menggunakan bahasa yang mereka pahami. "Rasanya aku sudah begitu lama tidak menghirup udara luar! Skrriiiii! Hei, kalian para makhluk jelata, lekas sembah aku yang mulia ini! Skriiiiii!"     

Mata King Zardakh memicing dan satu tangannya terjulur ke depan dan segera saja burung itu terhisap hingga menempel ke telapak tangan sang raja Orbth. "Berani sok mulia di hadapanku, heh? Sudah bosan melihat dunia?"     

"Skriiiii! Skrrrkkhh! Ampun! Ampun, kaaagghh!" Karena lehernya dicengkeram oleh King Zardakh, burung merah itu terpaksa memohon ampun meski sebenarnya harga diri dia begitu dijunjung tinggi oleh dirinya sendiri.      

Tapi, burung merah itu langsung tersadar siapa yang mencengkeram lehernya, oleh karena itu dia menelan seluruh harga dirinya untuk meminta ampun. Dia tidak menyangka akan bertemu sosok raja iblis sesungguhnya, dan dia juga bisa merasakan kekuatan King Zardakh, sehingga tak bisa lagi sombong.     

Setelah mendengar si burung merah memohon ampun, barulah King Zardakh melepaskan burung itu. Si burung segera terbatuk-batuk dan tetap melayang di udara sambil sesekali mengepakkan sayap. Burung itu tidak terlalu besar, hanya seukuran elang biasa di dunia manusia. "Uhuk! Uhuk!"      

"Ke-kenapa dari kepala Mom keluar burung?" Jovano tak bisa menahan rasa penasarannya. Ia lekat memandangi burung merah tersebut.      

"Huh! Jangan tanyakan padaku mengenai itu. Tanya saja pada orang yang kau sebut mom tadi." Burung itu masih bisa sok angkuh terhadap Jovano.     

"Hei, burung sialan, jangan sembrono pada cucuku, atau kau sudah ingin merasakan dekapan mesra tanganku lagi?" King Zardakh menyeringai sambil memberikan ancaman halus ke si burung merah.     

Burung merah itu menelan ludah bagai menelan pasir dan terpaksa menjawab lebih sopan pada Jovano, "Bocah, aku ini tidak sengaja terhisap masuk ke dahi ibumu dan bercokol lama di kepala dia. Dan entah kenapa, hari ini tiba-tiba saja ada semacam energi kuat yang mendorong aku keluar dari kepalanya. Huh, padahal aku sudah nyaman di sana."     

Mendengar penjelasan dari si burung merah, Jovano dan yang lainnya, kecuali King Zardakh, tidak bisa menyembunyikan raut terkejut mereka.      

"Memangnya, kau ... kau jenis burung apa, sampai bisa bersemayam di kepala mom?" Jovano masih belum puas dan terus bertanya.      

"Ketahuilah, Bocah ... aku ini burung surgawi, burung terhebat yang pernah dimiliki alam. Aku ... burung Vermilion, namaku Hong Wang alias Raja Merah." Dagu burung itu terangkat sembari dia menyampaikan jati dirinya.     

Mata King Zardakh memutar jengah mendengar ucapan Hong Wang. "Jangan melebih-lebihkan dirimu. Kau hanyalah burung api kecil yang tidak berarti."     

Hong Wang sudah ingin membakar King Zardakh yang menghinanya, namun dia ingat bahwa sosok di depannya adalah raja iblis dan tentunya kekuatan api King Zardakh melebihi miliknya.     

Jovano menatap burung yang seluruh tubuhnya diselimuti nyala api lembut. "Kau cantik sekali," pujinya.     

Burung Vermilion itu mendadak menatap sengit pada Jovano dan berkata menyuarakan protesnya, "Hei Bocah, seenaknya saja kau menyebutku cantik! Aku ini gagah dan tampan! Paling menawan di seluruh khayangan! Bahkan banyak dewa memuji kerupawanan diriku!"     

Jovano terkekeh kecil. "Baiklah, baiklah, burung api yang tidak cantik."     

"Hei!" Burung Vermilion menghardik Jovano yang masih terkekeh.     

"Loh, kenapa? Bukankah tadi kau tidak mau disebut cantik? Oleh karena itu, ucapanku tidak salah, kan? Kau burung yang tidak cantik, benar bukan?" Jangan nekat bersilat lidah dengan Jovano atau kau hanya akan menderita sakit hati hingga baper parah nantinya jika tak bisa menanggungnya.     

Burung Vermilion sudah hendak mengucapkan protes lainnya ketika King Zardakh menyela, "Kapan kau berjumpa putriku? Di mana kalian bertemu?"     

"Um ... kapan, yah? Sepertinya sudah sangat lama dan sepertinya saat itu aku juga berada di sebuah alam aneh. Aku sempat ditangkap paksa seseorang yang kurang ajar dan membuatku harus berhibernasi menjadi sebongkah batu mutiara ruby dan menempel pada langit-langit sebuah gua. Di sanalah aku bertemu dia dan aku masuk ke kepalanya." Hong Wang menjelaskan perihal pertemuan dia dengan Andrea.     

Memang, waktu itu adalah ketika Andrea masih berada di alam Feroz milik Pangeran Djanh. Saat itu, Andrea dan rombongan kecil dia menjumpai sebuah gua dengan mata air aneh berwarna merah yang disebut Kolam Darah.     

Pada saat itu, Andrea, Kyuna, Kuro dan Sabrina sedang berendam di Kolam Darah dan melihat sang mutiara merah menempel di langit-langit kolam. (chap. 204 - 205)     

"Huh! Saat itu bisa-bisanya aku disalahpahami sebagai Mutiara Scarlet Penghisap." Hong Wang masih ingin berceloteh. "Enak saja membandingkan aku yang mulia ini dengan benda kacangan seperti itu! Meruntuhkan wibawaku saja."     

"Tapi bukankah wibawamu memang sudah runtuh semenjak kau diculik dan disekap di sebuah alam, ya kan?" sindir King Zardakh membuat si burung api Vermilion berdehem karena tak bisa memberikan sanggahan.     

"Opa, kalau begini, apakah artinya mom tidak jadi bangkit dan sembuh sekarang ini?" Jovano mengalihkan perhatian pada tubuh ibunya yang masih diam terbaring di atas ranjang es.     

Hong Wang si Vermilion ikut menoleh ke Andrea dan berkata, "Hm, sepertinya hawa es abadi sialan itu yang membuat aku terdorong keluar dari kepala bocah itu. Es sialan! Hampir saja membuat bulu indahku kusut karena kedinginan!"     

"Hei, burung kecil, es sialan itu ciptaanku." King Zardakh menyahut.     

"Uhuk! Uhuk! A-aha ha ha! Ohh, ha ha ha! Hm, es itu sedikit membuat nyaman tubuhku, kok! Tidak buruk!" kilah si Vermilion.     

"Kalau begitu, tidak masalah kalau aku kurung kau di sana bersama putriku, ya kan?" goda King Zardakh.     

"Jangan! Aku ... aku jauh lebih nyaman lagi apabila di luar begini!" Hong Wang menggeleng kuat-kuat.     

"Memangnya apa kegunaanmu kalau berada di luar, hah?" tanya King Zardakh dengan tatapan meremehkan Hong Wang.     

"Aku ... aku bisa membantu mencarikan pecahan energi jiwa putrimu!" seru Hong Wang.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.