Devil's Fruit (21+)

Pondok Pemakaman



Pondok Pemakaman

1Fruit 1214: Pondok Pemakaman      1

Setelah peperangan selesai dan tentu saja dimenangkan pihak Blanche, Jovano berkata, "Sekarang, kita berkumpul dulu di Cosmo, oke?" tawarnya.     

"Lalu mayat Ivy?" tanya King Zardakh.     

"Um ... itu bisa dibicarakan juga nanti di Cosmo, Opa." Jovano menjawab sambil berharap kakeknya mau bersabar mengenai Ivy.     

"Hm, oke." King Zardakh pun mengangguk santai.     

Setelah itu, tim Blanche dan yang lainnya dibawa Jovano ke alam Cosmo yang kini menjadi miliknya. Sedangkan serdadu Myren kembali ke alam milik Myren.     

Di Cosmo, mereka segera mendatangi pondok es untuk melihat Andrea dan Dante.     

Kuro, Vargana dan Kyuna tidak bisa membendung kesedihan mereka dan menangis di sebelah peti es Andrea.      

"Mama, hiks!"     

"Aunty ... Aunty, kasihan Aunty ... hiks!"     

"Noniku ... hiks ... tidak, Noniku tidak boleh mati. Noni ...."     

Kemudian, suami mereka pun merengkuh tubuh para wanita itu sehingga mereka bisa bebas melanjutkan tangis di dada dan pelukan suami masing-masing.     

Myren mendekat ke peti es adiknya dan menatap sedih, berusaha menahan agar tidak perlu ada buliran bening jatuh dari pelupuk matanya. Bagaimana pun, dia adalah jenderal utama kerajaannya, harus terlihat tegas dan tegar. "Andrea ... tunggu kami mencarikan energi jiwamu, yah!"     

Shiro beralih ke Dante dan menatap lekat tubuh beku sang ayah angkat yang tenang tertidur di peti es transparannya. Dia tidak berkata apa-apa. Tapi, tak berapa lama kemudian, dia menoleh ke King Zardakh.     

Tanpa disangka-sangka siapapun, Shiro langsung berlutut di depan King Zardakh sambil berkata, "Baginda Raja, junjungan kami ... bisakah hamba hina ini memohon sesuatu pada Anda, Tuanku?"     

"Kak Shiro ...." Jovano terkejut, sama seperti yang lainnya saat melihat tindakan Shiro. Perhatian mereka pun tertuju pada Shiro.     

King Zardakh tidak menampilkan reaksi berlebihan ketika melihat Shiro tiba-tiba berlutut di hadapannya dengan pengajuan sebuah permohonan. "Apa yang kau inginkan?"     

Shiro menaikkan pandangannya ke King Zardakh, mempertemukan tatapan dengan sang raja Orbth. "Hamba hina ini memohon sudilah Baginda Zardakh membuatkan peti es juga untuk Kiran, dan mungkin juga untuk Sabrina."     

Semua orang di ruangan itu terkesiap mendengar permohonan Shiro. Mereka sama sekali tidak kepikiran untuk hal seperti yang diminta Shiro.      

Ini juga sebenarnya membuat King Zardakh terperangah. Namun, karena sang raja pandai menguasai diri di depan publik, maka baginda menarik napas panjang terlebih dahulu sembari dagunya terangkat. "Hm ... sepertinya tidak masalah mengenai itu."     

Kemudian, tanpa menunggu Shiro bangkit dari berlututnya, King Zardakh keluar dari ruangan tersebut dan dia melambaikan tangan dengan enteng dan muncullah pondok es lainnya di sebelah pondok berisi Andrea dan Dante.     

"Di sini ... bisa ditempatkan anggota kalian yang sudah meninggal." Demikian King Zardakh membuat keputusan. "Mana mayat Kiran dan Sabrina?"     

Jovano segera mengeluarkan dua jasad kaku milik Sabrina dan Kiran ke hadapan King Zardakh. Melihat itu, para liger yang mengamati dari jauh langsung meraung dan menggeram marah, tidak menyangka bahwa ibu mereka ternyata tewas.     

Noir segera menghampiri anak-anaknya dan menyuruh mereka untuk tenang dan bersikap pantas di hadapan King Zardakh. Para liger muda itu pun hanya bisa menangis lirih.     

Cukup dengan lambaian sederhana dari tangan King Zardakh, muncullah dua ranjang es di salah satu ruang pondok itu. Dan kemudian mayat Sabrina dan Kiran diletakkan di masing-masing ranjang sebelum akhirnya diubah menjadi peti mati es.     

"Nah, pondok ini anggap saja merupakan makam." King Zardakh menoleh ke cucunya.      

"Terima kasih, Opa." Jovano mengangguk dan hatinya terharu pada Shiro yang telah meminta ini.     

"Baginda, terima kasih. Hamba hina ini sungguh berterima kasih." Shiro kembali berlutut dan bersujud menyentuhkan dahinya beberapa kali ke tanah di depan King Zardakh.     

"Hm, ya." King Zardakh hanya melirik sekilas saja pada si hybrid putih, lalu beralih ke cucu lelakinya dan bertanya, "Lalu, bagaimana dengan mayat Ivy?"     

"Um, itu ... nanti bisa kita bicarakan, Opa. Biarlah ini kita di sini dulu untuk berkabung dan sekaligus menjenguk Mom dan Dad." Lagi-lagi Jovano seperti mengelak dari topik mayat Ivy.      

King Zardakh menahan emosinya dan bertanya hal lainnya. "Lalu, dimana adikmu, Zivena?"     

"Putri Zizi masih tertidur di kamarnya di pondok, Baginda Raja." Kyuna menjawab sembari menghapus sisa air matanya. Dia bersama Shelly yang biasanya merawat Zivena yang sedang dalam masa tidur panjang seperti hibernasi usai melakukan tindakan yang sangat menguras tenaganya.     

"Hm, baiklah kalau memang begitu. Tugas kalian nantinya harus memberitahukan kepada bocah itu mengenai semua yang sudah terjadi. Usahakan jangan sampai membuat dia syok atau depresi." King Zardakh mengangguk. Meski kadang direpotkan dengan ulah Zivena, namun sang raja tentu lebih memilih dan sayang Zivena ketimbang Ivy.     

Sedari awal, King Zardakh tidak menyukai Ivy, entah kenapa. Dan peristiwa peperangan kali ini mungkin bisa dianggap sebagai jawaban dari insting sang raja.      

.     

.     

Malam harinya di Cosmo, mereka mengadakan acara makan-makan meski tidak menyebutnya itu sebagai pesta karena tewasnya beberapa anggota mereka dan juga ada yang koma.      

Shelly tadi sore sudah mengunjungi 'makam' putrinya meski sempat pingsan dua kali setelah meraung dalam tangis memilukan. Bagaimana pun, ada 2 anak dia yang harus mati mengenaskan. Ibu mana yang bisa santai dan tenang saja menghadapi hal demikian?     

Sementara itu, Gavin terus membisu sedari awal sebelum masuk ke Cosmo hingga kini. Dia terus tertunduk, antara sedih, malu dan merasa bersalah. Jovano sudah berusaha merangkul Gavin agar pemuda itu bisa kembali bersikap biasa, namun belum bisa.     

Voindra dan Shona sudah bisa bergabung. Luka berat pada Voindra telah berhasil disembuhkan Shona meski Druana sempat hendak membantu, tapi ternyata Shona bisa menuntaskan pengobatannya sendiri.     

Pangeran Djanh sudah pergi dari Kutub Selatan sejak peperangan mulai memperlihatkan kemenangan berada di pihak Blanche. Sedangkan Revka dan sepupunya, Serafima, menikmati acara di Cosmo.     

Serafima berkali-kali berucap, "Aku benar-benar iri dengan para iblis kaya yang bisa punya alam pribadi seperti ini! Orrghh! Rasanya aku ingin terlahir jadi anak bangsawan iblis saja kalau begini!"     

"Mulut busukmu!" Revka menjejalkan sepotong besar daging pada Serafima. Sepertinya posisi Andrea sebagai lawan debat dan frenemi akan digantikan Serafima karena sang Cambion Hera sedang koma.     

"Ha ha ha! Terima kasih, kakak sepupu yang tua!" Serafima yang tomboy pun malah makin menjejalkan daging setengah matang itu ke mulutnya dan melahap nikmat. Revka mendelik kesal.     

Di bagian meja panjang lainnya, ada Kyuna yang masih memeluk dan menenangkan Shelly yang masih terisak sedih. Selain karena Andrea koma, juga karena tewasnya Kiran. Itu masih memukul perasaannya.      

Sementara itu, King Zardakh masih mengejar topik mengenai mayat Ivy. "Jo, kau belum lupa mengenai pembahasan mayat Ivy, kan? Atau kau masih ingin berkelit lagi sekarang?"        


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.