Devil's Fruit (21+)

Kencan Rahasia di Pagi Hari



Kencan Rahasia di Pagi Hari

0Fruit 922: Kencan Rahasia di Pagi Hari     
0

Balasan dari Nadin tiba dan isinya: [Baiklah, ayo kita coba jalani ini. Tapi aku tak mau Ivy tau.]     

Membaca balasan tersebut, Jovano ingin berteriak tapi dia segera ingat bahwa ada Ivy di kamarnya. Yah, Ivy memang tidak boleh tau!      

Segera saja Jovano melakukan selebrasi tanpa suara. Hanya mengepalkan dua tangannya secara bergantian sambil tersenyum lebar. Semuanya tanpa suara agar tidak terdeteksi oleh Ivy.     

Ohh, hampir saja dia lupa membalas Nadin. Ia segera mengetik balasan untuk si gadis yang kini sudah menjadi pacarnya. Pacar, loh! PACAR! P A C A R!!!     

[GOOD! AKU BAHAGIA MEMBACA JAWABANMU, NAD! AKU BAHAGIA! Terima kasih! Terima kasih, Nad! Ups, maaf ... aku terlalu senang sampai mengetiknya dengan banyak capslock. Halo, pacarku ... he he he ...]     

Lalu dia send. Dan kini tinggal menunggu balasan lagi dari Nadin dengan hati penuh bunga serta kupu-kupu berterbangan di perutnya.      

[Ugh ... kau ini langsung saja panggil seperti itu. Dasar Jov ... he he, tapi aku suka.] Kemudian ada stiker kelinci melakukan blowing kiss dan muncul banyak love di ciuman jauh itu.      

Arrghh ... Jovano langsung saja gelundungan tak jelas melihat balasan dari si pacar. Yeah! Kini dia rasanya sudah resmi jika dia bucin pada Nadin. Sudah sah! Tidak perlu ragu-ragu jika memang hendak melakukan kegiatan perbucinan!     

-0-0-0-0-     

Esok harinya, sesuai dengan yang disepakati, Jovano berangkat sangat pagi.      

"Tumben, Jo?" tanya Shelly ketika dia melihat Jovano sudah rapi, hendak pergi ke garasi untuk mengeluarkan si Buck, jeep kesayangan dia.      

"Err ... ada kuliah pagi dan aku harus menyalin tugas milik teman dulu, Aunty." Jovano beralasan.      

"Tsk! Kenapa tidak mengerjakan tugas semalam? Kau ini seperti bocah SMA saja." Shelly menampilkan wajah menegurnya. "Kau tau, dulu jaman SMA, justru ibumu yang kerap ditodong teman-teman sekelasnya karena akan disalin buku PR-nya. Hi hi hi ... duh kenangan itu ..."     

Jovano melirik jam di dinding. "Errr ... Aunty, aku berangkat dulu, yah! Takut telat, nih!"      

"Iya, deh ... sana berangkat. Lain kali jangan kelupaan bikin tugas, yah Jo." Shelly pun melepas kepergian si sulung dari sahabatnya. "Kau tidak ingin membawa roti untuk sarapan atau apa, Jo?"     

"Tidak usah, Aunty. Aku bisa beli di kantin kampus nanti." Jovano terus berjalan sambil lambaikan tangan di udara tanpa menoleh. Ini masih jam 6 pagi. Belum ada kegiatan heboh di mansion seperti yang biasa terjadi.      

Jovano sudah mulai meluncur menggunakan jeep dia. Kemana lagi kalau tidak menuju ke gedung apartemen Nadin. Mereka sudah sepakat mengenai ini. Jovano akan datang pagi ke hunian Nadin untuk mengajak gadis itu sarapan di luar dan nantinya akan mengantar Nadin ke sekolahnya.      

Setiba di apartemen si gadis, Jovano tak sabar ingin melihat pujaannya. Melihat pacarnya. Kini dia datang ke sana dengan status baru! Sebagai pacar!     

Ketika dia dipersilahkan masuk ke hunian empat gadis itu, dia disuruh menunggu di ruang depan apartemen. Maka, Jovano pun duduk diam di sana sambil bernostalgia mengenai kedatangan dia dulu di tempat ini secara diam-diam. Bahkan yang membukakan pintu tadi adalah gadis yang pernah dia pergoki sedang ber"solo karir" di kamar.      

"Jov?" Nadin pun muncul dengan dandanan seragam sekolah dia. Gadis itu bersekolah di sekolah internasional yang tidak memakai seragam sailor seperti kebanyakan seragam di sekolah Jepang. Seragam Nadin saat ini adalah atasan putih dengan bawahan dari kain bermotif tartan alias kotak-kotak.      

Yah, intinya ... Nadin hanya mengatakan pada Jovano bahwa dia bersekolah di sekolah internasional, tanpa menyebut yang mana.     

Jovano menatap seragam gadisnya. Kenapa harus sependek itu? Bagaimana jika nanti ada yang nakal mengintip Nadin? "Seragammu tidak kependekan, Nad? Nanti kau gampang masuk angin."     

"Ohh, aku ini kuat, kok Jov, tidak mudah sakit meski pakai sependek ini." Nadin menjawab sambil duduk di sebelah Jovano.      

Sang pangeran bucin tidak berani berkata lebih jauh karena dia tidak ingin Nadin berpikir: baru saja jadian menjadi pacar, kenapa harus langsung meributkan seragam pendek?     

Karena Jovano tidak ingin terkesan bawel sebagai pacar, maka dia pun hanya bisa menelan apa yang ingin dia katakan. "Um ... kita pergi sekarang?"     

Kepala merah muda Nadin terangguk setuju. "Sarapan pagi, kan?"     

"Ya, tentu saja. Masih sangat pagi, kan?" Jovano lalu terkekeh gugup. Wajar bukan jika dia menjadi agak gugup begini karena berada di dekat orang tercintanya?     

"Oke, aku ambil dulu tasku lalu kita pergi." Nadin bangkit dari duduknya dan menuju ke kamar dia untuk mengambil tas. Setelah itu, keduanya pun keluar dari apartemen tersebut dan masuk ke dalam mobil Jovano.      

Jovano mengajak Nadin untuk bersarapan di sebuah kedai bubur. Nadin tidak menolak dan dia makan lahap sampai habis buburnya dan mengucapkan terima kasih pada Jovano.      

Setelah dari kedai bubur, mereka pun meluncur menggunakan Buck ke area sekolah Nadin sesuai dengan arahan si gadis.     

"Ohh astaga, ternyata kau bersekolah di sekolah khusus putri!" Jovano kini tau di mana gadisnya bersekolah. Ia seketika sangat lega akan itu. Dia tidak perlu lagi merasa khawatir adanya rival di sekolah sang pacar nantinya yang bisa mengganggu ketenangan hubungan mereka.      

"Kenapa, Jov? Apakah itu buruk?" tanya Nadin tanpa turun dari mobil Jovano. Masih sangat sepi di sana dan keduanya memilih untuk duduk saja dulu di mobil sambil menunggu agak ramai.      

"Tidak! Tidak! Tidak buruk! Justru sangat bagus!" Jovano menjawab cepat. Ya, dia memang sangat bersyukur gadisnya bersekolah di SMA khusus putri.      

Sekolah semacam itu memang ada beberapa di Tokyo. Biasanya jenis sekolah internasional, sama seperti sekolah tempat Vargana dan Voindra berada. Mereka sejak SMP dipilihkan sekolah oleh ibunya di sekolah khusus putri.      

Dan yang lucunya adalah ... sekolah pilihan Myren adalah sekolah yayasan katolik khusus putri. Seberapa ironis itu jika yang bersekolah di sana merupakan putri raja iblis?     

Oke, kembali fokus pada pasangan baru ini.      

Jovano bercakap-cakap sebentar dengan Nadin seputar hal-hal ringan saja sembari mereka menunggu sudah ada banyak murid sekolah itu berdatangan.      

"Sepertinya aku turun sekarang saja, yah!" Nadin berkata sambil bersiap keluar dari mobil dan meraih tali tas cangklongnya.      

Jovano rasanya ingin sekali menggapai gadis itu sekedar untuk membubuhkan kecupan ringan ada wajah Nadin. Entah itu pada keningnya, atau pipi. Walau harapannya sih di bibir.      

Tapi, bagaimana dia bisa melakukan itu ketika dia terus saja ragu untuk meraih tubuh atau tengkuk si gadis. Hingga Nadin membuka pintu mobil pun, Jovano masih beku di tempatnya, tidak berani bertindak seperti yang dia inginkan.      

Ketika Jovano sudah mengumpulkan semua tekad keberanian dia untuk menahan tubuh sang pacar, tangannya hanya menggapai udara karena gadis kepala merah muda itu sudah melompat turun dari kursinya. Jovano pun lekas menarik tangannya kembali sebelum ketahuan Nadin. Akan aneh nantinya jika terlihat si gadis.      

"Sudah, yah Jov, aku masuk dulu." Nadin sudah sepenuhnya menjejakkan kaki di tanah dan memutar tubuhnya menghadap ke Jovano yang masih termangu menyesali kelambanan dia.      

"A-ahh! Iya, Nad. Hati-hati di dalam sana, jaga dirimu, yah!" Jovano lekas tersadar dari lamunannya dan secepatnya mengucapkan kata yang pantas ke Nadin. Kalimat standar saja jika hendak melepas kepergian seseorang.      

Ayo, Jo ... ucapkan hal spesial lainnya yang biasa diucapkan sepasang kekasih! Ayo!     

Ketika Jovano hendak membuka mulutnya, pintu mobil telah ditutup si gadis kepala merah muda, menyisakan penyesalan pada sang pangeran muda yang tidak lekas bertindak.     

Ahh ... dalam asmara, pangeran muda yang biasanya gesit dan cerdas ini mendadak tolol. Jovano merutuki dirinya sendiri karena hal itu. Dia memang berubah menjadi idiot ketika berhadapan dengan Nadin.      

Mungkin Gavin juga seperti ini jika di dekat Ivy.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.