Devil's Fruit (21+)

Berunding Saat Anak-Anak Sekolah



Berunding Saat Anak-Anak Sekolah

0Fruit 944: Berunding Saat Anak-Anak Sekolah     
0

Kini sudah bisa dipastikan bahwa Ivy telah mengubah obsesi dia dari sang kakak, Jovano, pada Danang, teman masa kecil sang ibu, yang seharusnya lebih pantas menjadi ayahnya ketimbang sosok yang diidamkan oleh gadis itu.      

Namun, karena Ivy memang sudah sejak kecil sering bersikap dan berkarakter di luar kebiasaan manusia normal layaknya, dia tidak memerdulikan mengenai itu. Baginya, apapun yang membuat dirinya nyaman, maka ia lakukan.      

Sedangkan kasus mengenai tuduhan netizen atas pencurian suara Deandra yang dikatakan dilakukan oleh Ivy, masih juga memanas. Fans-fans fanatik Deandra menuntut agar Ivy meminta maaf pada Deandra.      

Andrea dan yang lainnya merasa bahwa ini tidak bisa dilakukan oleh Ivy. Selain bocah vampirnya sendiri juga belum tentu mau meminta maaf, sang Cambion juga berpikir jika Ivy meminta maaf seperti yang dituntutkan oleh para fans Deandra, maka itu sama saja jika Ivy mengakui perbuatan itu.      

"Gak, gak, aku pokoknya kagak setuju Ivy minta maaf." Andrea berkata di depan keluarganya siang itu ketika anak-anak sedang sekolah. Ivy, Gavin, dan Kiran tidak ada di mansion karena sedang bersekolah.     

Sedangkan Zivena belum siuman dari pingsannya sejak dia ke Osaka. Andrea sudah memeriksa bocah cilik itu dan yakin bahwa anak bungsunya tidak dalam kondisi bahaya, hanya kelelahan dan butuh tidur lebih lama lagi agar pulih tenaganya.      

Jovano yang baru saja pulang dari kampus dan diminta berkumpul di mansion pun datang dan memberikan opininya, "Ya, aku juga sependapat ama Mom soal itu. Bukannya kita mo berusaha mengelak atau melindungi Ivy, tapi jika warganet salah pikir mengenai maksud baik kita untuk meminta maaf, mereka akan lebih menindas kita lagi nantinya."     

"Tapi, Jo, sampai kapan ini bakalan berakhir? Bisnis kita masih saja kembang-kempis karena berita Ivy. Masyarakat masih saja kasi sanksi sosial ke kita." Kuro yang sengaja tidak pergi ke Joglo Fiesta seperti biasanya, juga mengucapkan opini dia.      

"Kuro, bukannya kamu udah berbaikan ama Ivy?" Shelly mengingatkan si hybrid hitam agar tidak lagi bersikap ofensif ke Ivy meski bocahnya tidak ada di situ.      

Kuro menoleh ke Shelly dan berkata, "Tante Shel, bukan maksud aku untuk ribut lagi ama Ivy, bukan loh! Di sini aku cuma ingin bicara fakta saja. Aku sayang dengan Ivy dan aku juga sayang dengan kalian semua. Kalau ini terus saja tidak berenti, terus berlarut-larut, tentu saja akan jadi hal buruk ke kita semua, ya kan?"     

"Menurutku apa yang dikatakan Mama dan Jo benar." Shiro ikut berbicara setelah dari tadi diam saja.      

Kuro menoleh ke kembaran dia dan mendecak kesal, "Kau ini bagaimana, sih? Kau lebih memihak yang mana?"     

"Aku memihak yang paling baik untuk kita semua. Kalau Ivy meminta maaf pada Deandra, itu memang sama saja Ivy sedang mengakui kejahatan dia dan kita tidak akan tau apalagi yang akan diperbuat para warga selanjutnya pada kita. Bisa saja lebih buruk dari yang sekarang ini." Shiro berbicara panjang, sangat diluar kebiasaan dia. Tapi memang begitulah si hybrid putih, bicara banyak ketika memang momen penting.      

"Jadi, ini enaknya bagaimana?" tanya Tuan Nephilim sambil menatap mereka satu demi satu.      

"Padahal aku udah minta ama Djanh cuwk untuk bantu bujuk Deandra, loh!" Andrea mendesah kecewa. "Hghh!"      

"Ya sudah, Ndre ... lebih baik kita gak usah terlalu ketergantungan dengan orang lain, yah!" Shelly memeluk sang sahabat agar Andrea tidak terus menerus kecewa ketika bantuan yang dia harapkan tidak datang.      

"Apakah kita datangi Deandra?" usul Kuro.     

"Jangan," sahut Jovano. "Aku khawatir kalau kita ke dia, nanti dia malah makin emosi atau bisa-bisa menuduh macam-macam ke kita sebelum kita mengatakan maksud baik kita."      

Andrea mengulum bibirnya dan berpikir terus. "Heran kenapa masih aja Deandra ngeributin soal Ivy dan suara dia, padahal dia udah dikasi karir baru dan karir dia yang sekarang juga gak jelek-jelek amat. Tsk!"     

"Mom, jangan malah kesal dengan Deandra, dong." Jovano mengingatkan ibunya untuk terus berpikir lurus. "Misalkan aja kalo Mom diambil kemampuan terbaik Mom oleh orang random, apakah Mom tidak akan mengomel siang malam?"     

Sang Cambion melirik putra sulungnya dan mendecih sebal karena tidak satu pemikiran. "Csk! Sebel, ihh Jo!" Sesudah itu, Andrea tidak lagi berucap mengenai hal seperti tadi, karena dia pun akhirnya merenungi ucapan sang putra dan memang andaikan saja itu terjadi pada dirinya, dia bisa kalang kabut dan murka sejadi-jadinya.      

"Halo." Tiba-tiba saja sebuah suara muncul dan hadir pula sosok dari kilauan cahaya bagai debu berlian, dan akhirnya wujud itu utuh di ruang tempat Andrea sekeluarga sedang berunding. Mereka sudah tau itu suara siapa dan menunggu saja. "Apakah kalian merindukan aku?"     

"Malas banget rindu kamu, ahh Djanh!" sungut Andrea pada Pangeran Djanh yang memang datang ke mansion, tapi kali ini dia sendiri saja tanpa istrinya. "Mana, katanya mo bantuin bujukin Deandra?" Sang Cambion tidak bisa menahan diri untuk tidak menagih pada si pangeran Incubus tersebut.      

Pangeran Djanh pertama-tama malah duduk elegan di salah satu sofa yang tersisa di ruang itu. "Wah, jika aku mengajak kitty, pasti dia akan duduk di pangkuanku. Fu fu fu ..." Alih-alih menjawab pertanyaan tagihan dari Andrea, si pangeran malah bergurau mengenai istrinya dan sofa.     

"Djanh! Please, deh!" Andrea makin kesal.     

"Relaks saja, Tuan Putri ..." Pangeran Djanh tersenyum ke Nyonya Cambion yang berwajah masam padanya.      

"Relaks gimana, hadeh! Ini bisnis aku udah gak karuan semingguan ini! Bentar lagi bisa-bisa gue bangkrut! Haaiihh!" Andrea tak bisa menahan keluhannya. Seperti yang dia ucapkan, bisnis rumah makan dia memang langsung terkena imbasnya berita Ivy secara parah.      

Dua rumah makan Tropiza, Joglo Feista, dan juga Schubert, kini bagai sedang menghitung waktu saja untuk kolaps. Aksi boikot yang dilancarkan oleh para fans fanatik Deandra masih saja manjur.     

Sang pangeran Incubus pun silangkan satu kaki ke atas pahanya dan berucap, "Aku sudah membujuk Deandra seperti yang diinginkan oleh Tuan Putri."     

"Lalu? Mana hasilnya?" tagih Andrea. "Atau jangan-jangan elu ngebujuk dia baru tadi pagi?" Andrea curiga dan itu ditandai dengan berkerutnya kening dia hingga dua alisnya nyaris menyatu di tengah dahi.      

"Ha ha ha ..." Pangeran Djanh terbahak lepas namun masih tetap terlihat keanggunan bangsawan dia. "Aku tidak bisa berkata lebih banyak lagi saat ini. Tapi aku bisa pastikan, kesabaran pasti akan membuahkan keuntungan."     

Setelah mengatakan itu, sosok Pangeran Djanh pun mulai memudar menjadi debu berlian dan akhirnya menghilang dari sana. Apakah si pangeran itu mengetahui bahwa sebelumnya dia sempat dibicarakan Andrea dan yang lainnya sehingga dia tiba-tiba bisa muncul di sana?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.