Devil's Fruit (21+)

Perjuangan Jovano 2



Perjuangan Jovano 2

0Fruit 647: Perjuangan Jovano 2     
0

"Ha ha ha! YESSSS!!!" teriak Jovano girang sambil angkat kepalan tangan kanannya. "Akhirnya! Akhirnya! Akhirnya jadi bubuk!" seru dia tanpa bisa menahan suka cita.      

Ternyata, Jovano menargetkan agar bubur tulang beast itu menjadi bentuk bubuk.      

Bubuk tulang. Itulah yang dia inginkan semenjak tadi. Sekarang, setelah dia berhasil, betapa senangnya dia. Seakan, perjuangan sejak pagi terbayarkan manis dengan kesuksesan ini.      

Andrea yang menunggui di depan Pondok Alkimia yang tertutup pun sunggingkan senyum bangganya. Persis begitulah reaksi dia dulunya ketika berhasil menciptakan pil obat sesuai yang dia harapkan.      

Rogard pasti tau betul bagaimana perjuangan Andrea kala itu, berikut juga dengan segala jeritan frustrasi yang menyertai setiap kegagalan menindih hatinya.      

Dan sekarang, dengan anaknya yang menyerukan kebahagiaan suksesnya, Andrea ikut senang, ikut bersuka cita, berharap setelah ini, Jovano akan menemukan banyak keberhasilan satu demi satu hingga akhirnya bisa menciptakan senjata seperti yang anaknya harapkan.      

Dante mendekat ke Andrea. "Bagaimana? Sepertinya tadi aku mendengar teriakan dia. Berhasil?"     

Andrea mengangguk ke suami pertamanya. Senyum belum menghilang dari wajahnya. Ibu mana yang tidak bangga jikalau anaknya sukses? "Tapi sepertinya itu bukan mengenai penciptaan pedang. Kalau aku tidak salah duga, dia sedang berusaha mengubah bubur tulang menjadi bubuk."     

"Ohh…" Dante mengangguk beberapa kali sebelum akhirnya dia mengajak Andrea untuk beranjak dari sana. "Ayo, jangan terus di sini. Kau bisa capek."      

Tapi, istrinya menggeleng. "Aku ingin tetap di sini untuk mengawasi agar tidak ada satupun orang yang mengganggu dia, sekaligus ingin menjadi orang pertama yang mendengar suka cita dia nantinya."      

Dante berpikir sejenak dan akhirnya tidak bisa berbuat apa-apa selain mengiyakan kemauan istrinya untuk tetap bertahan di sana. Maka, usai mengecup bibir dan kening sang Cambion, tuan Nephilim pun pergi dari depan pintu Pondok Alkimia.      

Begitu pula ketika Giorge mendatangi Andrea dan mengajak Putri Cambion untuk kembali ke pondok hunian dan makan sebentar karena ini sudah menjelang petang.      

Lagi-lagi, dengan setengah berbisik, Andrea menolak niat baik suami keduanya dan mengatakan ingin terus di sini menunggui putranya. "Aku bisa makan Buah Energi Roh, tenang saja. Udah sana, balik ke pondok ke yang lainnya, oke. Minta ma mereka untuk kagak mendekat ke sini biar Jo bisa lebih konsentrasi."      

Tuan Vampir pun mengangguk dan kembali ke pondok hunian untuk makan dan menyampaikan apa yang Andrea pesan baru saja.      

Jovano mulai menyalakan lampu ketika ia merasa senja mulai mendatangi Cosmo. Ia sudah menyimpan bubuk tulang beast pada sebuah wadah semacam mangkok dari giok yang sudah ada di situ. Mungkin dulu sebagai wadah untuk Pil Obat saban Andrea selesai membuat pil.      

Setelah menyeka keringat menggunakan handuk bersih yang ternyata ada di lemari Pondok Alkimia, Jovano kembali mengambil potongan tulang beast lainnya.      

Rupanya, dia ingin mengubah tulang-tulang itu menjadi bubuk sebanyak yang dia inginkan terlebih dahulu. Bubuk sebelumnya terlihat terlalu sedikit di mata Jovano.      

Maka, proses dimulai lagi seperti sebelumnya. Kini Jovano sudah lebih santai membakar tulang menjadi bubur, kemudian menjadi bubuk. Tidak setegang tadi. Dia sudah bisa memperkirakan temperatur api yang tepat.      

Tak berapa lama, ketika langit telah berubah sepenuhnya menjadi hitam, Jovano sudah merampungkan bubuk sesi keduanya. Ia kembali menempatkan bubuk ke wadah mangkuk giok.      

Setelah itu, ia pandangi bubuk tersebut. Senyumnya terkembang lebar melihat bubuk berwarna kuning gading itu. Ia sangat puas menyaksikan hasil perjuangan.      

Tapi, ini masih terlalu dini untuk menampilkan selebrasi. Ini baru tahap pertama. Masih ada beberapa tahap lagi hingga akan muncul sebuah pedang nantinya.      

Oke, ini bukan saatnya untuk buru-buru puas. Dan Jovano baru sadar bahwa sejak pagi dia berkutat di sini hanya sempat memakan satu Buah Energi Roh saja.      

Ketika pandangannya beredar secara iseng, dia ternyata mendapati ada dua buah Energi Roh yang sudah bertengger di dekat kusen jendela. Ia heran, kenapa ada buah di situ? Mana mungkin dua buah itu ada sejak lama.      

Apakah ada yang menaruhnya di situ? Siapa? Perasaan dari tadi tidak ada seorang pun yang mendekat ke Pondok Alkimia. Bahkan Weilong yang biasanya menempel di atas kepalanya pun tumben hari ini tidak mendekat ke dia.      

Ia pun mengedarkan indra-nya dan mendapati ibunya sedang berada di depan pintu Pondok Alkimia. Jovano terkejut, sejak kapan ibunya ada di sana? Berarti… dua buah ini….     

Jovano tersenyum dan mengambil salah satu buah untuk dia makan. Dia yakin, ibunya meletakkan di kusen jendela menggunakan tenaga Mossa-nya.      

"Thanks, Mom!" ucap Jovano sembari menggigit buahnya. Andrea di luar pintu hanya tersenyum saja dan meneruskan berdiri di sana. Ohh, tidak perlu dia akan mendapatkan varises karena berdiri seharian, dia bukan manusia biasa, jangan lupakan itu.      

Setelah mengunyah dua buah energi roh untuk menggantikan tenaga yang terbuang sejak tadi, kini Jovano mulai bersiap untuk memadukan atau mem-fusi bubuk tulang dengan bahan utama satunya, besi baja.      

Ia masih memilih baja damaskus seperti sebelumnya. Dia belum ingin beralih ke baja lainnya karena masih penasaran dan ingin tau persis bagaimana hasil formula yang dia temukan.      

Jika di dalam pembuatan pedang di dunia manusia, terkadang pasir dicampurkan ke dalam 'adonan' untuk melapisi baja saat ditempa.      

Namun, Jovano menggunakan bubuk tulang sebagai pengganti pasir. Ia yakin ini akan meningkatkan performa ketahanan pedangnya, apalagi, tulang beast yang dia gunakan bukanlah tulang binatang biasa, tapi binatang berusia ratusan tahun yang memiliki kekuatan elemen.      

Jangan samakan ini dengan tulang sapi biasa atau sejenisnya. Ini adalah beast jenis extra ordinary.      

Kali ini, Jovano mengumpulkan rasa percaya dirinya bahwa cara yang dia tempuh akan membuahkan keberhasilan seperti yang dia inginkan.      

Tak berapa lama, usai dia menyingkirkan mangkuk datar yang tadi sebagai wadah dua buah energi roh, ia mengambil sebongkah besi baja damaskus. Ia segera memanaskan baja tersebut menggunakan api yang ia tuang ke dalam tungku tempa.      

Setelah menyetabilkan api, ia mulai memukulkan palu tempa ke badan baja damaskus. Suara palu yang menabrak baja terdengar keras, berkali-kali, berulang-ulang, bunyinya memenuhi Pondok Alkimia.      

Setelah baja damaskus berhasil menjadi sebuah lempengan bilah sesuai yang diinginkan Jovano, ia mulai membaluri bubuk tulang beast ke bilah ramping tersebut.      

Meski begitu, dia tidak berhenti menempa dan memukulkan palunya ke bilah baja. Terus dan terus. Pukulan itu berlangsung selama hampir satu jam lamanya. Terkadang berjeda beberapa detik, lalu kembali sambung menyambung.      

Dan setelah Jovano selesai menempa dan memukul palu selama lebih dari satu jam, ia berhenti sepenuhnya, menyimpan palu ke cincin ruang dia dan mencelupkan bilah hasil akhir ke dalam kolam kecil di dekat meja ubin tersebut.      

Setelah bilah mulai dingin, ia menatap hasilnya. Cantik meski belum dibuatkan gagangnya. Warna perak berkilau tertimpa sinar bulan melalui jendela yang terbuka, menampilkan kecantikan bentuknya.      

Setelah ia memilitkan lap tebal pengganti gagang, ia kembali menguji pedang dengan mengadunya seperti sebelumnya.      

Dua bilah beradu. Jovano berdebar-debar. Tadi, pengujian kekuatan pedang yang pertama kali, hanya berhasil bertahan di pukulan kesebelas.      

Kini, sudah mencapai pukulan kelima belas, namun pedang buatannya masih bertahan. Harapan Jovano mulai melonjak tinggi.      

Ctakk! Trang!     

Sayangnya, dipukulan kedua puluh tiga, bilah buatan Jovano patah. "AARGGHHH!!!" raungnya tanpa ditahan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.