Devil's Fruit (21+)

Mengukir Rune di Kertas



Mengukir Rune di Kertas

0Fruit 652: Mengukir Rune di Kertas     
0

Di depan Jovano sudah ada kertas kosong dan spidol hitam.      

"Jo, kau siap?" tanya sang kakek, King Zardakh. Ia bisa melihat cucunya gugup entah karena tidak percaya diri atau karena terlalu bersemangat.      

Jovano mengangguk sekali dan tegas. "Siap, Opa!"      

"Bagus! Sekarang, coba kamu torehkan rune apapun yang menurutmu paling mudah!" King Zardakh sudah duduk tenang di samping cucunya.      

Sementara Jovano berpikir sejenak untuk mengingat ukiran rune yang sudah dia ketahui, Andrea dan yang lainnya menanti dalam diam di depan Jovano.      

Tidak berapa lama kemudian, Jovano sudah mulai menunduk melihat ke kertas di atas meja sembari dia memegang spidol hitamnya, siap memulas kertas putih itu dengan coretan bermakna.      

Sreett! Sreettt… sreettt!     

Jovano sudah menorehkan spidolnya ke kertas putih. Hanya empat detik saja dan beberapa lekukan garis sudah ada di sana.     

King Zardakh menatap hasil pekerjaan cucunya dan keningnya berkerut. "Apa kau puas dengan garis-garis yang kau bentuk ini, Jo?"     

Dari reaksi wajah sang kakek, Jovano sepertinya bisa meraba bahwa King Zardakh tidak begitu terkesan dengan hasilnya. Ia menggeleng dan menyahut, "Tidak, Opa."     

"Kenapa tidak, Jo?" Sang kakek bertanya lagi dengan tatapan tajam.     

Mengalahkan kegugupannya, Jovano menjawab dengan berdehem terlebih dahulu sebelum mengucapkan, "Karena… sepertinya hasil goresanku… tampak… umm… kurang mantap? Seperti… ragu-ragu. Benar, kan Opa?"     

King Zardakh manggut-manggut kecil sambil katupkan mulut sebelum memberikan jawaban, "Baguslah kalau kau langsung mengetahui dimana kesalahan yang kau perbuat sendiri. Karena, Jo, mengukir rune itu harus dengan perasaan yang yakin secara penuh agar hasilnya maksimal. Kalau kau ragu-ragu, itu bisa berimbas pada garis rune-nya dan jika dalam keadaan yang berbahaya, itu bisa meledak atau kacau."     

Jovano menghembuskan napas pendek seolah melepaskan beban yang dia tahan berusan. "Ternyata sebesar itu efek rune, yah Opa?"      

Sang raja mengiyakan dengan anggukan dan melanjutkan bicaranya, "Seni rune itu tidak bisa dilakukan dengan ragu-ragu, atau iseng, atau ceroboh. Itulah sebabnya, para ahli pengukir rune biasanya para lansia yang mengabdikan dirinya pada rune."     

"Berarti jika Jo bisa mengukir rune dengan baik dan benar di usia ini, dia bakalan jadi ahli rune paling muda, iya kan Beh?" Andrea memberikan pertanyaan yang diharapkan akan membuat hatinya menggelembung bangga.     

"Setau Ayah… yah, begitulah. Karena seingat Ayah, dulu ahli rune paling muda, muncul dari jaman Cina kuno. Ahli rune sekarang sudah teramat langka, sama seperti alkemis. Jika Jovano berhasil, maka akan ada banyak pihak yang ingin merekrut Jo nantinya." King Zardakh menampilkan wajah penuh asa.      

"Oke, Opa!" Jovano menampar ringan meja di depannya dan wajahnya kembali cerah. "Ayo kita lakukan lagi!"     

Setelah itu, Jovano kembali mengulangi penggoresan spidol pada kertas putih, membuat beberapa garis lengkung dan lurus.      

Lima detik berikutnya, dia selesai mengukir rune. "Bagaimana, Opa?" tanyanya ke sang kakek, berharap.     

"Menurutmu?" King Zardakh justru bertanya balik ke Jovano.      

"Oke, sepertinya belum memenuhi syarat untuk lolos uji, ya kan Opa?" Jovano sadar diri dan lebih baik mengakui karena dia bisa mengerti dari air muka kakeknya ketika mengernyit.      

Ternyata bocah ini memiliki pemahaman yang dia hasilkan dari bertahun-tahun mengamati kakeknya, bahwa jika sang kakek mengerutkan kening dengan wajah kurang yakin, itu pasti berarti bahwa sang raja tidak menyetujui hal yang di depan wajahnya.      

Jovano adalah tipe pengamat yang teliti.      

King Zardakh manggut-manggut sambil pejamkan mata dan silangkan lengan di depan dada. Jovano paham bahwa dia harus langsung mencoba lagi sembari kakeknya menunggu.      

Sreett! Sreett! Sreeeeett!     

"Opa, sudah!" Suara Jovano tampak penuh percaya diri.     

King Zardakh membuka matanya dan menatap kertas baru yang dicoret-coret oleh spidol hitam di tangan Jovano sebelumnya.      

Ting!     

Jovano berhasil menangkap sebuah reaksi singkat dari mata kakeknya.      

"Hm… bagaimana menurutmu, Jo?" King Zardakh seperti tadi, malah menanya balik ke cucunya, seolah sedang ingin menggoyahkan keyakinan Jovano.      

Tapi karena tadi Jovano sempat menangkap naiknya dua alis King Zardakh meski itu sangat singkat usai sang raja melihat hasil dari Jovano, bocah itu yakin kakeknya tidak perlu meragukan dia lagi.     

"Aku yakin dengan hasil ini, Opa."     

"Kau yakin?"     

"Ya."     

"Benar-benar yakin?"     

Jovano mengangguk. "Sangat yakin!"      

"Kenapa bisa seyakin itu, Jo?"     

"Karena garis lengkung dan goresan tanganku tidak lagi terlihat ragu-ragu. Ini sebuah goresan penuh percaya diri dan aku percaya ini akan memberi efek jika dituliskan di media yang tepat." Jovano memaparkan pendapatnya.      

King Zardakh angguk-anggukkan kepalanya sambil menatap santai kertas tadi. "Rune apa memangnya ini?"     

"Rune api." Jovano menjawab. "Ini rune yang paling mudah aku hafal goresannya dan paling sederhana bentuknya."     

"Apa kau tau cara membuat ukiran rune menjadi memiliki efek, Jo?" King Zardakh masih bersidekap tangan, menampilkan aura wibawanya.      

"Cara membuat rune menjadi memiliki efek adalah dengan menuangkan tenaga murni kita pada setiap goresannya." Jovano menjawab sesuai dengan yang dia baca di buku panduan seni rune.      

"Tidak buruk. Pengetahuanmu tidak buruk, Jo." Anggukan kepala sang kakek makin dalam. "Coba kau terapkan itu di kertas seperti ini. Buatlah satu lagi rune api yang kau bubuhkan tenaga murni kamu."     

"Oke, Opa." Jovano patuh dan mengambil kertas baru seukuran memo dan mulai menggoreskan spidol hitam pada kertas putih, namun kali ini, dia juga menuangkan energi murni dia melalui spidol itu.      

Pertamanya terasa aneh dan susah. Tapi, hal susah adalah tantangan bagi seorang Jovano. Ia terus mengerahkan tenaga murninya agar bisa keluar, mengalir ke spidol.     

Setelah percobaan keempat, Jovano merasa adanya sebuah aliran tenaga transparan yang mengalir dari tangannya ke spidol, mengakibatkan setiap goresan yang dia buat diselubungi cahaya samar.      

Tak lama kemudian, Jovano berhenti dan menyerahkan dua buah kertas yang sudah dia beri ukiran rune api menggunakan campuran tenaga murninya ke King Zardakh.      

Kakeknya hanya menerima satu dan satunya lagi diberikan kembali ke Jovano. Lalu, Beliau berkata, "Opa akan mengujinya. Kau juga bisa ikut menguji dengan memukul kertas itu menggunakan tenaga murnimu. Tapi, hati-hati, jangan terlalu dekat."     

Setelah bicara demikian, King Zardakh melemparkan kertas di udara dan memukul kertas yang melayang itu menggunakan tenaga murninya.      

Dhuar!     

Jovano dan juga ibu serta yang ada di ruangan itu mendadak berseru terkejut, tidak menyangka ledakan dari hasil pemukulan terdengar bagai mercon kecil.      

Kini giliran Jovano mencoba. Ia melakukan seperti yang kakeknya lakukan, namun dia memakai tenaga telekinesis untuk melayangkan kertas tersebut sebelum memukul memakai tenaga murni saat kertas masih melayang diam di udara.     

Dhuarr!     

Wajah Jovano begitu sumringah melihat apa yang terjadi. "Berhasil! Ini berhasil, ya kan Opa?"     

King Zardakh tidak bisa menahan kuluman senyumnya dan mengangguk.      

"Yiihhaa! Mom! Kau liat sendiri, kan tadi? Itu bisa meledak! Meledak, Mom! Bayangkan!" Jovano tenggelam dalam eforia keberhasilan.      

Andrea dan yang lainnya di sana, mengangguk senang. "Jo memang yang terbaik! Rekor dunia manapun, iya kan Beh? Rekor ahli rune termuda sepanjang jaman!"     

"Ha ha ha! Jangan lekas berpuas diri. Masih panjang jalan untuk Jo menjadi ahli rune." King Zardakh mengelus jenggot imajinernya meski ditatap jijik oleh putrinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.