Devil's Fruit (21+)

Kali Ini di Kertas Jimat



Kali Ini di Kertas Jimat

Fruit 653: Kali Ini di Kertas Jimat     

Malam sudah datang ke bumi Cosmo, dan Jovano masih terus membuat ukiran rune di kertas biasa.      

Setelah menyelesaikan beberapa dari mereka, maka King Zardakh membagikan kertas-kertas yang berisi rune itu ke Andrea dan yang lainnya di Pondok Alkimia.      

Mereka bergantian meledakkan kertas itu untuk membuktikan bahwa rune buatan Jovano berhasil.      

Andrea sampai melongo menatap kertas yang baru saja dia ledakkan. "Woaahh… rune memang hebat, yah! Cuma goresan sret sret sret aja bisa bikin ledakan gitu. Bayangin kalau ini digunain teroris, udah kacau balau dunia."      

"Mungkin ini alasannya kenapa ahli rune langka, supaya dunia tidak lekas hancur. Ha ha ha!" King Zardakh mengucapkan kalimat acak sesuka hati saja.     

"Berarti, setelah Pangeran Muda Jo sudah terampil mengukir di kertas, sekarang dia bisa mengukir di kertas jimat, bukan?" Rogard bersuara. Jujur saja, dia terkejut dengan kemampuan jenius anak dari sang majikan.      

"Tentu saja bisa." King Zardakh menepuk lengan cucunya. "Jo, kau sanggup mengukir rune di kertas jimat, iya kan?"     

Sudah pasti, Jovano mengangguk dengan mantap. Ia pun mengambil satu kertas jimat milik ibunya yang diletakkan tidak jauh darinya.      

Ketika Jovano hendak menggoresi kertas jimat menggunakan spidol di tangannya, King Zardakh mencegah. "Kenapa, Opa?"     

"Itu adalah kertas jimat. Tidak boleh diperlakukan sembarangan." Sang kakek mengingatkan. "Coba apakah kau bisa menuang energi murni kamu melalui ujung jarimu ke kertas jimat itu."     

Oh astaga, ini lagi-lagi sebuah tantangan. Tapi Jovano menyukainya! Sekarang, dia ditantang mengukir rune hanya dengan menggunakan ujung jemarinya saja, tidak menggunakan alat lainnya lagi.      

Seberapa sulitnya itu?     

Ternyata sulit. Cukup bisa dikatakan sulit, karena dengan hanya mengandalkan aliran energi murni yang menetes dari ujung jemari, itu tidak terlihat jelas di atas kertas jimat.     

Dengan kata lain, Jovano harus menghafal lekukan garis dari rune dengan secara tepat tanpa boleh melakukan sedikit pun kesalahan atau akan menyia-nyiakan kertas jimat yang digunakan.      

Kertas jimat tidak begitu saja mudah dibuat. Itu ada yang terbuat dari kertas biasa yang direndam dalam darah hewan buas selama setahun, kemudian dikeringkan menggunakan api alkimia sehingga esensi dari darah beast tadi bisa meresap masuk dan kertas tidak lagi menjadi kertas biasa.     

Sedangkan jenis lainnya lagi adalah kertas jimat yang terbuat dari kulit hewan buas. Kulit itu dibersihkan dan dimurnikan menggunakan api alkimia hingga semua kotoran hilang, kemudian dipipihkan setipis kertas menggunakan sistem penempaan ringan.      

Kertas jimat dari kulit beast tidak membutuhkan darah beast untuk perendaman, karena esensi beast sudah melimpah di kulit dan jaringan-jaringan yang menempel di kulit beast tersebut.      

Jimat yang terbuat dari kulit adalah jenis yang lebih kuat efeknya dari jimat yang menggunakan kertas.     

Kemudian, ada juga ukiran rune yang diberikan ke bidang lain selain kertas dan kulit beast yang disempurnakan. Bidang lain itu bisa berupa tulang beast, senjata, baju, dan banyak lagi.     

Asalkan ahli rune berhasil mengalirkan energi murni untuk mengukir rune, maka di mana pun, terjadilah.     

Ini menyebabkan Jovano musti sangat fokus memandangi kertas jimatnya sembari dia mengukir rune di sana. Tangan tidak boleh gemetar, jari harus stabil tanpa ragu dan lekukan rune WAJIB benar dan tepat!     

Menelan saliva-nya, Jovano mulai mengukir rune di kertas jimat. Ia agak kesulitan mengikuti jejak torehan jarinya di sana.      

Tentu saja, percobaan pertama adalah sebuah kegagalan. Demikian juga percobaan kedua. Hingga kelima. Ia berhenti sejenak sebelum menghabiskan sia-sia kertas jimat milik ibunya.      

Dalam hati, Jovano terus merapalkan sugesti untuk dirinya sendiri: "Ini bukan kegagalan, hanya tantangan lain untukku agar aku mengetahui seberapa hebat diriku."     

Jovano terus melantunkan itu di benaknya sebagai penyemangat untuk dirinya sendiri.      

"Kau mau istirahat, Jo?" tanya King Zardakh. "Ini sudah cukup larut."     

Jovano menggeleng. Mana mungkin dia lekas menyerah begini? Ia masih kuat dan meyakini akan keberhasilan dia setelah ini. Jangan tidur terburu-buru. "Aku akan melanjutkan ini dulu, Opa. Setelah berhasil, aku akan bisa tidur nyenyak."     

"Baiklah," King Zardakh sudah paham kebiasaan cucunya, semakin ditantang kemampuannya, maka bocah itu bisa lupa segalanya.      

Anak sulung Putri Cambion ini termasuk ke orang yang kompetitif. Ia tidak suka dikalahkan, meski oleh dirinya sendiri yang gagal melakukan sesuatu.      

Maka, disertai tekad besar membara, Jovano mengukir lagi rune di atas kertas jimat. Ia melipat gandakan konsentrasinya, tidak berbicara apapun, bahkan ia harap ia tidak perlu bernapas agar tidak mengganggu.      

Nyatanya, kegagalan masih terjadi.      

Jovano mengeluh dan balikkan badannya sejenak sebelum akhirnya kembali lagi mengukir rune pada kertas jimat. Jika dalam 3 jimat lagi dan dia belum berhasil, maka mungkin dia memang harus menerima ide mengenai istirahat.      

Siapa tau rasa lelah mengakibatkan dia kurang bisa berkonsentrasi.      

"Santai saja, Jo. Rileks. Jangan terlalu takut gagal. Kau harus mantap dan yakin pada kemampuan hebatmu!" King Zardakh memberikan nasehat dan sekaligus kalimat penyemangat.     

Sang cucu anggukkan kepala dan mencoba sekali lagi. Jari telunjuk Jovano menari meliuk di atas kertas jimat dengan kecepatan yang stabil.      

Sebuah cahaya selubung energi murni ikut meliuk sebentar meski langsung memudar hilang hanya dalam hitungan sepersekian detik mengikuti liukan jari Jovano.      

Setelah itu, Jovano menyerahkan kertas jimat yang telah dia beri ukiran rune api. Garis-garis rune itu tampak sangat samar di atas kertas jimat. Jika orang tidak memperhatikan dengan seksama, tidak akan bisa melihatnya.      

King Zardakh mengeluarkan sebuah peti batu yang cukup besar dari cincin ruangnya.      

"Apa itu, Opa?" Jovano penasaran akan peti dari batu berwarna putih susu.      

"Opa mendapat ini dari seorang ahli rune jaman kuno berates ribu tahun silam. Dia bilang ini adalah alat untuk menguji kekuatan jimat." King Zardakh menaruh peti batu sebesar bilik toilet umum di sudut kosong dan menaruh jimat di dalamnya dan menutup peti itu.     

"Apakah akan aman saja, Beh?" Andrea sepertinya paham bahwa peti batu itu yang berfungsi sebagai penguji jimat pasti karena kekuatan ledak dari jimat jauh lebih besar dari kertas biasa tadi.      

"Katanya sih aman. Kalau ternyata pondok ini hancur berkeping-keping, maka aku akan bisa menyeret dia dari neraka untuk meminta ganti rugi, ha ha ha!" seloroh King Zardakh seenaknya. "Kebetulan aku tau di sel mana dia berada di neraka."      

Andrea dan yang lainnya melongo. Benarkah ucapan dari sang raja Incubus? Beliau sampai hafal sel di neraka?     

"Memangnya neraka punya banyak sel, Beh?"     

"Hm? Kenapa, Nak? Kau tertarik ingin menengok ke sana? Atau bermalam satu hari saja di sana?"     

"Caranya gimana Beh biar bisa bermalam di sana barang satu hari doang? Bunuh bokap sendiri? Atau bikin bokap jadi perkedel?"     

King Zardakh pun terkekeh masam. Putrinya selalu saja bisa membalas ucapannya dengan tingkat keasaman beberapa level lebih tinggi darinya.     

"Tsk! Ayo sekarang kita uji jimat Jo dulu!" King Zardakh berdehem dan lekas mengembalikan topik ke hal semula.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.