Devil's Fruit (21+)

Ledakan Mengagetkan



Ledakan Mengagetkan

0Fruit 654: Ledakan Mengagetkan     
0

Kini, semua mata tertuju ke peti batu besar seukuran bilik toilet umum. Setelah tadi baginda King Zardakh memasukkan jimat hasil ukiran Jovano ke peti dan menutupnya, kini sang raja memejamkan mata sembari satu tangan terulur ke depan peti.      

DHUARR!!!      

Seketika, terdengar bunyi keras dari dalam peti batu usai King Zardakh menembakkan kekuatan energi murni Beliau menembus ke dalam peti.      

Ledakan itu cukup keras hingga banyak orang di sekitar situ lari berdatangan untuk melihat apakah ada sesuatu yang gawat. Namun, mereka hanya mendapati wajah cerah orang-orang di dalam Pondok Alkimia.      

"Apa itu tadi sebenarnya?" tanya Gavin dan dia lekas menghampiri ke Jovano. "Apa Kak Jo baik-baik aja? Nggak terluka, kan?" Ia tau Jovano akhir-akhir ini sedang berlatih menjadi ahli senjata dan ahli rune. Dengan bunyi ledakan keras itu, dia khawatir akan Jovano.      

Jovano tersenyum setelah dia selesai bersorak senang. "Tidak ada masalah apapun, Gav, justru aku berhasil! Aku berhasil mengukir rune di kertas jimat, Gav! Ha ha ha!" Ia tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan dia.      

Bocah lain yang mendengarnya pun mulai suka cita bersama Jovano. Sedangkan para orang dewasa tersenyum bangga pada Jovano. Kini, rekor ahli rune termuda ditembus oleh sang putra dari Cambion.      

King Zardakh sudah mengatakan sebelum ini bahwa ahli rune termuda dulu di jaman kuno di Tiongkok adalah pemuda berusia dua puluh tahun. Sedangkan ini Jovano bahkan belum usia akil baliq!     

Baginda King Zardakh terus mengangguk-angguk senang. Senyumnya penuh akan rasa bangga. Dia akan bisa dengan santai menyombongkan cucunya di depan rekan-rekannya nanti jika mereka mengobrol saat bertemu.      

Karena ini sudah larut malam, maka Andrea menganjurkan semua bocah kembali tidur, termasuk Jovano. "Kau harus banyak beristirahat, Jo. Besok kau bisa mulai lagi latihanmu."      

"Oke, Mom. See ya later!" Jovano pergi sambil merangkul Gavin dan berjalan beriringan dengan Zevo menuju kamar mereka di lantai atas pondok hunian.      

Andrea, dua suaminya, Rogard dan King Zardakh masih tinggal di Pondok Alkimia. Mereka seperti berdiskusi mengenai sesuatu.      

"Mendingan ketrampilan Jo dalam senjata dan rune jangan ampe keluar deh." Andrea mengerutkan kening sambil melipat tangan di depan dada, berpikir jelas.     

"Apa yang kau cemaskan, Andrea?" tanya sang ayah, King Zardakh.     

"Aku kagak kepingin dia nanti dikejar-kejar pihak tertentu yang kepingin ketrampilan dia. Bahkan, aku khawatirnya mereka bakalan ngancam nyawa Jo, Beh!" Andrea mengerang. Sudah wajar untuk mengetahui bagaimana para alkemis dan ahli inskripsi menjadi incara banyak kelompok kekuatan besar di dunia selain manusia.      

Ini karena para manusia biasa tidak tau menahu mengenai hal-hal luar biasa diluar kehidupan normal mereka, sedangkan banyak hal magis dan diluar nalar yang diketahui ras selain manusia.     

"Sepertinya aku bisa paham ketakutan Rea." Giorge memberikan pemikirannya. "Jika mereka tau Jo sangat kuat, ada dua kemungkinan yang akan terjadi. Pertama, mereka ingin merekrut Jo, namun aku yakin Jo tidak akan menerima tawaran mereka, dan jika mereka sakit hati ditolak, nyawa Jo akan terancam. Dan yang kedua, mereka tidak ingin ada jenius yang berkembang sebagai ancaman untuk mereka."      

Dante merenungi ucapan Tuan Vampir dan mengangguk. "Rasanya masuk akal ucapan Gio."     

"Bener!" seru Andrea. "Itu juga yang jadi kecemasan aku! Jadi, gak akan ada untungnya kalo keahlian Jo ini tersebar luas."      

Baginda Raja Incubus mengerang. Apakah ini berarti dia gagal dan tidak dapat menyombongkan cucu jeniusnya di depan rekan-rekan dan saingan dia nantinya? "Tapi... mau sampai kapan kalian akan menyembunyikan kehebatan Jo?"     

"Mungkin itu bisa menunggu sampai pondasi Pangeran Muda kuat terlebih dahulu." Rogard memberikan suara.      

Andrea dan dua suaminya menoleh ke Rogard yang duduk di belakang mereka.      

"Itu bagus juga, sih!" Andrea menjentikkan jarinya dengan wajah setuju. "Memang Jo harus tumbuh kuat dulu dalam beberapa aspek agar dia bisa terus aman dan mampu jaga diri dia sendiri dimana pun dia berada."      

Terlihat, Dante dan Giorge setuju juga dengan usul Rogard.      

"Hm... baiklah..." King Zardakh ikut setuju pada akhirnya. Tidak apa-apa, kegiatan memamerkan kehebatan cucu bisa dia tunda dulu sampai Jo menjadi lebih kuat dan dia akan bisa menyombongkan diri lebih banyak lagi di depan semua saingannya agar mereka berdarah-darah akan iri.      

"Untuk sementara waktu ini, biarkan saja Jo konsentrasi memperdalam ilmu penempaan senjata dan rune dia, sayank. Kita tau dia sudah lebih dari cukup mengenai bela diri." Dante menatap istrinya.      

Sang Cambion mengangguk setuju. Yang dikatakan Tuan Nephilim memang benar, putranya itu sudah menguasai seni bela diri berbagai macam hingga bisa menjadi pelatih untuk teman-temannya.      

"Jo bisa berlatih penempaan dan rune selama liburan ini. Masih tersisa berapa hari lagi sebelum kita kembali ke Alam Schnee?" Tuan Vampir bertanya.      

"Kira-kira masih tersisa 4 hari lagi." Andrea menyahut untuk suami keduanya.      

"Baiklah, Ayah pergi dulu. Jaga dan latih terus Jovano, dampingi dia dan bantu jika dia mengalami kesulitan. Jangan segan-segan menghubungi aku jika kalian membutuhkan sesuatu." Kemudian, King Zardakh pun menghilang setelah mengucapkan itu.      

-0-0-0-0-0-     

Sejak itu, selama 4 hari ini Jovano terus berlatih menempa senjata dan memperdalam rune. Ia bisa menguji kekuatan jimat yang berisi ukiran rune pada peti batu yang ditinggalkan sang kakek di Pondok Alkimia.      

Peti batu itu benar-benar sanggup meredam ledakan jimat di dalamnya, sehingga mereka tidak perlu menghancurkan gunung untuk menguji jimat yang baru saja dibuat Jovano.      

Andrea juga terus mendampingi anaknya selama Jovano berada di Pondok Alkimia. Ia membantu sang anak untuk menyempurnakan kulit hewan buas untuk keperluan Jovano berlatih rune.      

Karena ada banyak sekali kulit beast, maka Andrea menyarankan agar Jovano langsung berlatih menggunakan kulit beast saja ketimbang kertas jimat yang terbatas. Disamping Andrea tidak tau bagaimana mendapatkan kertas jimat jika kehabisan, dia juga belum tau cara membuat kertas jimat yang berkualitas.      

"Mom, kau tidak ingin sekalian belajar rune? Atau belajar membuat senjata?" tanya Jovano suatu sore usai mereka bekerja keras di Pondok Alkimia dan berendam bersama di kolam misterius.      

"Hm... entah." Andrea merentangkan kedua tangan di batu tepi kolam sambil duduk nyaman menikmati hangatnya air kolam yang membuat seluruh otot dan sendi di tubuhnya terasa membaik lagi, bagai di-regenerasi ulang.      

"Kok gitu jawabnya, Mom?" Jovano juga melakukan hal sama seperti ibunya. "Apakah Mom tidak ingin menguasai rune juga? Kayaknya Mom pernah bilang kalo Mom ingin belajar rune juga, iya kan?"     

Andrea mengangguk. Lalu dia berkata, "Mungkin aku akan lebih memilih belajar rune daripada mempelajari pembuatan senjata. Aku tidak akan kuat jika harus memukul-mukul logam selama berjam-jam nantinya."     

"Pfftt! Mom, nggak malu bicara gitu di depanku?"     

"Heh, kenapa?"     

"Liat deh, aku ini baru 11 tahun, loh! Tapi nyatanya, aku sanggup menempa besi sampai berjam-jam tanpa henti. Sedangkan Mom kan juga termasuk kuat. Kenapa tidak berani?"     

"Halah, jangan mulai takabur, Jo. Durhaka ntar kamu!"      

"Ha ha ha! Mom, itu nggak ada relevansinya antara ucapanku dengan takabur, apalagi durhaka. Kau ini cuma cari alasan, Mom! Pfftt-ha ha ha!"     

"Sini gue tenggelamin elu!" Andrea bangkit dan menekan kepala anaknya. Mereka malah jadi heboh sendiri di kolam.     

-0-0-0-0-0-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.