Devil's Fruit (21+)

Kondisi Kritis Jovano



Kondisi Kritis Jovano

0Fruit 668: Kondisi Kritis Jovano     
0

Tinju Boronez yang berlapiskan logam Wurtzite Boron Nitride mengarah ke tulang dada Jovano, siap meremukkan tulang beserta jantungnya sekalian.      

"HA HA HA! Kau tamat, bocah bau ingus! HA HA HA!"     

WUOOSSHH!     

ZUUMMPPHH!     

"AAAARRRKKHHH!"     

Lengkingan itu muncul dari mulut Boronez. Tidak sampai dua detik sejak dia meraung, tubuh Boronez lenyap bersama dengan cahaya putih terang yang akhirnya memudar hilang.      

Sedangkan, setelah itu, Jovano menurunkan tangan kanannya dengan napas terengah bagai nyaris putus. Peluh deras mengalir di keningnya, rasa sakit luar biasa ada di kedua kakinya yang dipatahkan dan diremukkan Boronez sebelumnya.      

Namun, di detik-detik terakhir, ketika Jovano merasa nyawanya sudah diujung tanduk saat Boronez menerjang ke dadanya, dia hanya bisa julurkan tangan kanannya dan mengeluarkan cahaya surgawi dari sana dengan kekuatan terakhir yang dia punyai.      

Jovano tidak bisa apa-apa, tenaganya habis dan dua kakinya lumpuh. Untuk terbang pun dia sudah tidak sanggup. Maka, yang dia lakukan adalah berbaring telentang di atas salju dan tidak tau apakah setelah ini nyawanya masih bisa dia miliki ketika tenaganya sudah habis begini.      

Wuusshh!      

Ada yang mendekat ke Jovano.      

Bocah itu sudah mulai hampir mendekati limitnya, ia tidak bisa mengetahui siapa yang datang. Semua terasa kabur baginya. Jika dia memang ditemukan iblis lain dan mati di tangan iblis itu, maka dia memang tidak cukup kuat. Itu adalah kesalahan dia sendiri karena tidak memiliki cukup kekuatan di peperangan ini.      

Jovano pun menutup matanya, memasrahkan saja semua pada takdir yang terkadang memang kejam.     

Sebelum dia genap menutup matanya, dia hanya sayup-sayup mendengar suara seperti namanya dipanggil. Setelah itu, dia hanya menjumpai gelap saja.      

"Jo! Jo!" Andrea berteriak keras sambil mengguncang tubuh putranya. Ia panik karena Jovano malah tidak merespon. Ia lekas memeriksa nadi dan napas anaknya, ternyata masih ada. "Astaga, bocah ini pingsan. Jo! Kau dengar aku?! Oke, dia dalam keadaan gawat."     

"Andrea!" Dante juga tiba di dekat Jovano setelah terbang. "Kenapa dengan Jo?" Pandangannya panik menatap sang putra yang berlumuran darah dan salah satu kakinya hancur.      

"Aku gak tau! Aku gak tau, Dan!" Wajah Andrea penuh lelehan air mata. Ia segera masukkan Jovano ke Alam Cosmo. Dante juga ia masukkan ke sana untuk membawa Jovano ke pondok hunian.     

"Rea! Ada apa? Aku mendengar dari anting bahwa keadaan Jo gawat!" Giorge juga turun setelah dia terbang ke Andrea, namun yang dia dapati hanya tanah salju penuh lumuran darah dan istrinya menangis.      

"Ayo ke Cosmo, Gio!" Andrea langsung saja bawa Tuan Vampir ke Alam Cosmo menyusul Dante dan Jovano.      

Di angkasa, King Zardakh menghela napas. Meski dia menjanjikan dia tidak akan turun ikut berperang, tapi tentu saja dia berhak melakukan hal lain di luar itu, bukan? Misalnya, seperti mengabarkan ke Andrea dan Dante serta Giorge bahwa nyawa Jovano terancam.      

Sayangnya, Andrea agak terlambat sampai di medan pertarungan anaknya dengan Boronez, sehingga kondisi Jovano sudah sangat parah.      

Untung saja Andrea bisa datang lebih dulu sebelum kriminal iblis lainnya menghampiri putranya yang tergeletak tak berdaya di tanah.      

Di Alam Cosmo, Shelly sudah menyiapkan air panas dan apapun yang dibutuhkan untuk penanganan Jovano. Dante sudah membawa putranya ke kamar di lantai atas.      

Andrea datang dengan Giorge dan langsung ke kamar Jovano. Nyonya Cambion lekas saja keluarkan Pil Jiwa Dewa tingkat sempurna dan masukkan ke mulut sang putra.      

Putri Cambion berharap pil legendaris dan keramat itu bisa segera menyembuhkan tulang kaki Jovano dan memulihkan semua luka dalam di tubuh Jovano.      

"Beberapa organ dalam Jovano kacau." Andrea sudah memeriksa tubuh anaknya. Dante dan Giorge saling kepalkan tangannya.      

"Dan, aku akan buatin ramuan herbal, ntar kamu masukkan Jovano ke bak mandi sambil kasi ramuan itu, oke? Gio, tolong nanti bantu Dante, yah! Aku ke Pondok Alkimia dulu."     

Dante dan Giorge mengangguk. Andrea berlari ke Pondok Alkimia untuk segera membuat ramuan herbal untuk sarana berendam Jovano nantinya.      

Beruntung sekali bahan-bahan ramuannya semua ada sehingga Andrea bisa lekas membuatnya.      

Setelah dia selesai dengan ramuannya, ia melesat masuk ke kamar Jovano. Ia menuang ramuan herbal itu ke dalam air hangat yang sudah disiapkan Shelly di bak mandi.     

Dante dibantu Giorge, menggotong Jovano secara hati-hati, memasukkan bocah yang masih pingsan itu ke dalam bak mandi yang airnya sudah berwarna hijau pekat akibat ramuan dari sang Cambion.      

Andrea, Dante, Giorge dan Shelly mengamati Jovano yang rebah terbaring lemah belum sadarkan diri di dalam bak. Tubuh bocah itu terendam air hijau pekat.      

Berkali-kali Andrea menyusut air matanya, sementara Shelly terisak lirih melihat kondisi Jovano.      

"Dante, Gio, tetaplah di sini menjaga Jo. Jika airnya udah mulai bening, itu tanda ramuannya udah masuk ke tubuh Jo, buruan ganti air dan masukkan ramuannya lagi. Kalo udah gitu, tolong ganti airnya ke hangat lagi. Beb Shelly, tolong airnya dipantau, yah beb! Harus hangat, gak boleh terlalu panas atau dingin."     

Dua suami dan sahabat Andrea pun menganguk.     

"Rea, kamu akan ke mana?"     

"Aku mo balik ke Schnee. Kalian di sini aja rawat Jo untuk aku, oke?"     

"Sayank…"     

"Dan, plis! Jangan ngeyel dan nurut aja ma aku kali ini, oke?" Andrea sudah tau kira-kira apa yang akan dikatakan suami pertamanya. "Aku pasti akan waspada dan tidak sembrono, kamu bisa yakin itu, oke?"     

Dante tidak bisa bicara sanggahan lainnya lagi. Ia tau, Andrea sudah dalam mode keras kepala, tidak mungkin bisa ditahan lagi.     

"Kalian, aku titip Jo, yah! Ramuan udah aku siapkan banyak di meja kamar Jo. Aku dah bagi-bagi ramuannya sesuai dosisnya, tinggal kalian cemplungin aja kalo airnya dah diganti." Andrea usap air mata terakhirnya dan berdiri, hendak pergi.     

"Ndre…"     

"Ya, beb?"     

"Hati-hati, yah!"     

"Hu-um."     

"Ndre… satu lagi…"     

"Apa?"     

"Tolong jagain Gavin juga, yah untuk aku. Dan … tolong kalian semua kembali selamat."     

"Itu gak satu doang, beb."     

"Ha ha… maaf, Ndre… aku jadi banyak nuntut."     

Andrea menggeleng sambil peluk sahabatnya yang tambah menangis. "Iya, gak apa. Jangan khawatir, aku pasti jagain Gavgav dan yang lainnya." Ia pun kendurkan pelukannya dan tatap mata basah Shelly. "Oke, aku cabut sekarang."     

Usai itu, Andrea langsung menghilang dari hadapan Shelly.      

Di Alam Schnee, Andrea melepaskan amarahnya. Ia mengubah wujudnya menjadi sosok wanita iblis dan membantai para kriminal dengan brutal sebagai pembalasan atas apa yang terjadi pada anaknya.      

Kuro yang melihat wujud iblis mama angkatnya, langsung paham ada sesuatu yang buruk terjadi hingga sang mama memilih berubah wujud begitu.      

Revka sempat melongo melihat perubahan wujud Andrea yang sangat tirani penuh hawa membunuh dan kebrutalan tindakannya pada setiap kriminal yang ditemui.      

Jika dulu di Alam Feroz, Andrea susah mengendalikan dirinya dalam wujud iblis, kini dia sudah bisa kendalikan tubuh dan kekuatannya dalam wujud itu.      

Orang-orang yang belum pernah melihat perubahan wujud Andrea hanya bisa termangu sejenak dan mereka semakin yakin akan kekuatan besar Andrea.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.