Devil's Fruit (21+)

Bantuan Curang



Bantuan Curang

0Fruit 676: Bantuan Curang     
0

Segera saja Jovano mengangguk tegas dan menjawab, "Siap, jenderal! Aku akan melawan Zevo besok! Akan aku kalahkan dia dan pergi ke Kutub Selatan!"      

"See?!" Myren miringkan kepala sambil julurkan tangan ke Jovano dan menoleh ke adiknya.      

Andrea hanya bisa hela napas melihat kekeras kepalaan sang putra yang terkadang melebihi dirinya. "Oke. Ingat loh yah, syaratnya itu, gak boleh ditawar lagi."     

"Oke, Mom!" Jovano beri penghormatan singkat menggunakan tangan kanannya ke sang ibu dan Myren juga. "Terima kasih, Jenderal!"      

Di sore harinya, ketika Jovano duduk santai di balkon kamarnya sambil memandang panorama lembah dan bukit di kejauhan, ia menengok ke kanan dan kiri, dan kemudian mengusap cincin di jarinya.      

Tak berapa lama, kakeknya pun muncul di depannya.      

"Jo!" seru sang kakek, King Zardakh ketika melihat cucunya.      

"Ssshh! Jangan keras-keras, Opa!" Jovano lekas tempelkan jari telunjuknya ke bibir dia sendiri.      

King Zardakh lekas menutup mulutnya dan berkata pelan, "Kenapa Opa harus bisik-bisik di sini denganmu?"     

"Tidak boleh ada yang tau kalo Opa ke sini sekarang." Jovano terus mengawasi keadaan, memastikan tidak ada siapapun di kamarnya.      

"Ohh, oke, Opa tau." King Zardakh pun memahami kemauan Jovano untuk merahasiakan kehadiran sang raja di Cosmo. "Ayo sini, Opa peluk, Opa kangen padamu. Bagaimana keadaanmu?" Tuan Raja merentangkan dua tangannya lebar-lebar menunggu pelukan dari cucunya.     

Jovano karuan saja mengubah raut wajahnya dan cemberut. "Bohong banget kalau Opa bilang kangen aku. Buktinya, Opa tidak pernah menengok aku di sini!" Ia menolak memeluk kakeknya.     

"Haiyaa, Jo… Opa punya begitu banyak urusan di luar. Mempersiapkan ini, merencanakan itu, sangat sibuk!" King Zardakh beralasan.      

Jovano yang paham bahwa kakeknya hanya memburaikan alasan semata, akhirnya menyerah dan memeluk sang Opa.      

"Apalagi… kau harus ingat bahwa ini alam milik mommy kamu, Opa tidak bisa seenaknya masuk ke sini kecuali mendapatkan ijin dari mommy kamu." King Zardakh memeluk cucunya kuat-kuat.      

Jovano pun menceritakan mengenai kondisinya. "Ini benar-benar aku cuma butuh memulihkan organ dalamku saja, Opa. Kakiku sudah sembuh total."      

"Lalu?" King Zardakh sadar bahwa Jovano memanggil dia secara rahasia begini tentu ada maunya.      

"He he… bisakah Opa melakukan sesuatu padaku agar organ dalamku sembuh total? Misal pakai energi magis Opa atau apapun agar besok aku bisa menang melawan Zevo dan bisa ikut ke Kutub Selatan." Jovano menumpahkan keinginannya secara jujur ke kakeknya.      

Tuan Raja Kerajaan Orbth itu pun pandangi cucunya yang tersenyum nakal selama beberapa menit sampai Jovano jadi cemas apakah sang kakek marah atas kecurangannya.      

"Kenapa tidak?!" seru King Zardakh dengan suara tertahan dan penuh semangat. "Opa paling suka hal-hal licik seperti ini, he he he…"      

"Opa, kau tidak sedang mengajari aku sesuatu yang buruk, kan?" Jovano picingkan matanya.     

King Zardakh ikut-ikutan memicingkan mata ke cucunya, "Kau mau atau tidak?"     

"Mau, Opa!" sahut Jovano dengan senyum gemilang.      

Sang raja pun segera ulurkan tangannya untuk ditempelkan ke perut sang cucu. Sebuah kabut hitam keluar dari telapak tangan itu dan masuk ke dalam perut Jovano.     

"Apa itu, Opa?"     

"Katanya kau ingin lekas sembuh organ dalammu? Tidak jadi?"     

"Jadi, dong Opa. Kan cuma tanya. He he…"     

"Ini kekuatan magis Opa yang hampir mirip dengan Energi Healer, hanya ini bisa berfungsi untuk keadaan yang tidak begitu parah, jauh lebih lemah dari Healer."     

"Tidak apa-apa, Opa, asalkan bisa membuat kondisiku kembali sempurna." Jovano terus melihat ke arah perutnya. Perlahan-lahan dia merasakan lambung, usus, dan banyak organ dalamnya menjadi terasa kuat dan nyaman.     

"Bagaimana kondisimu sekarang?" tanya sang kakek.     

"Sudah jauh lebih enak dari pada tadi, Opa. Kekuatan magis Opa memang hebat!" rayu Jovano untuk membuat senang sang kakek.      

"Ho ho ho… ini bisa sesempurna ini memulihkan organ dalam kamu karena kamu sudah mendapatkan pengobatan herbal dan healer sebelumnya. Jika tidak, ini tidak akan bekerja secuilpun, karena ini hanya bisa untuk luka kecil dan remeh." King Zardakh kemudian hentikan kabut hitam dan menarik tangannya dari perut Jovano.     

"Terima kasih, Opa. Kau memang yang terhebat." Jovano menurunkan kaos yang tadi dia naikkan waktu diobati sang kakek.      

"Huh, kau ini sekarang sudah pandai bermulut gula, Jo."     

"Ini berarti menandakan pengajaran dari Opa berhasil, iya kan?"     

King Zardakh mendecih sambil tersenyum geli. "Luar biasa cucuku ini kalau bicara, ha ha ha… tidak sia-sia aku memiliki cucu sepertimu, Jo."      

"He he…" Jovano usap hidungnya.     

"Opa pergi dulu. Bersenang-senanglah dengan Zevo. Kalahkan dia, oke?"     

"Oke, Opa!"     

Maka, sang raja pun menghilang begitu saja tanpa jejak apapun.      

Baru saja Jovano hendak berbalik kembali ke kamar, dari arah pintu balkon sudah muncul ibunya.     

Jovano kaget, hatinya berharap sang ibu tidak melihat kemunculan si Opa tadi.      

"Jo, kok di sini terus?" tanya Andrea.     

"Ohh, anu Mom… sedang liatin bukit di sana. Apa di tempat itu Weilong dan Paman Heilong berkultivasi?" Jovano mencari-cari topik untuk menjawab ibunya.      

Andrea menatap arah yang ditunjuk putranya. "Bukan yang itu, tapi yang di sana." Ia menunjuk ke arah lain.     

"Ohh…" Jovano manggut-manggut. "Mom, ada apa ke sini?"     

"Heh! Mama ini berhak khawatir padamu, ya kan? Atau kau tidak suka Mama cemaskan?" Andrea picingkan mata.     

"Tsk! Bukan begitu, Mom! Tentu saja aku bahagia sekali dicemaskan oleh Mommy."     

"Ya sudah, kalau begitu, kau tidak usah ikut misi untuk Ivy."     

"Kalau yang itu aku memandang Mommy meremehkan kekuatanku."     

Andrea memutar bola matanya, sang putra ini terlalu lihay untuk hal berdebat dan mencari alasan.      

"Oh ya Mom, kapan pertarungan aku dengan Zevo?" Jovano mulai masuk ke kamarnya, diikuti oleh Andrea.     

"Besok pagi." Ibunya menjawab. "Kenapa? Apa kau takut tidak bisa melawan Zevzev?"     

"Sebaliknya, Mom. Aku justru sangat siap!" Jovano meringis ke Andrea. "Bahkan, jika harus bertarung sekarang pun, aku siap!"     

"Memangnya kau sudah tidak merasa sakit di perutmu?" Andrea menatap sang anak yang berpaling menghadapnya.      

Jovano menggeleng. "Sudah mulai terasa enak hari ini, Mom."     

"Coba sini." Andrea mengambil tangan kiri anaknya dan memeriksa nadi di sana, lalu keningnya berkerut. Setelah itu, dia menyentuh perut Jovano sambil pejamkan mata.      

"Gimana, Mom?" tanya sang anak.      

"Kok…" Andrea sampai heran dan tidak bisa berkata-kata.     

"Kenapa, Mom? Apakah ada sesuatu yang buruk?" Jovano bertanya dengan wajah santai karena dia bisa menebak apa yang ada di benak sang ibu.      

"Kamu… kok udah sembuh total begini, sih?" Mata Andrea menyipit curiga.      

"Loh, Mommy ini aneh. Anaknya luka, Mommy susah hati dan panik. Giliran anaknya sembuh, Mommy malah natapnya gak enak gitu. Mommy maunya yang gimana, sih? Aku tetap luka apa sembuh?" Jovano berlagak sedih.      

Putri Cambion menghela napas. "Ya udah, baguslah kalo kamu dah sembuh total gini."     

-0-0-0-0-0-      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.