Devil's Fruit (21+)

Ide Tuan Vampir Mengenai Restoran



Ide Tuan Vampir Mengenai Restoran

0Fruit 680: Ide Tuan Vampir Mengenai Restoran     
0

Setelah puas berbelanja, Andrea mengajak mereka untuk makan di sebuah restoran cepat saji yang menurut Andrea paling enak.      

Ketiganya bercengkerama sambil memakan hidangan yang sudah dipesan. Andrea banyak menyarankan makanan ini dan itu. Minuman pun dipesan banyak olehnya agar Kuro serta Shiro mencicipi hidangan Alam Bumi.     

Sementara itu, troli belanja mereka yang berjumlah dua sudah diletakkan di dekat kursi mereka, sehingga itu aman-aman saja. Apalagi Andrea sudah menaruh rune sederhana untuk membuat benda apapun tidak bisa keluar dari troli itu.      

Beruntung benar Andrea sudah mulai bisa menguasai beberapa rune. Nantinya, dia ingin belajar mengenai ilmu Array, ilmu untuk membuat penghalang yang pasti berguna untuk berbagai hal.     

"Ma, ternyata Alam Bumi ini sangat menarik!" Kuro mengunyah pancake dengan topping es krim di atasnya. "Lihat, makanan ini rasanya manis dan ada dingin-dinginnya, seperti mengunyah salju saja! Tapi salju kan tidak manis begini!"      

Andrea terkekeh dan menjelaskan mengenai es krim. "Mama dan Papa punya kafe yang seperti ini. Bahkan makanan di kafe Mama lebih lezat daripada di sini."     

"Oh ya?" Shiro tertarik. "Kenapa kita tidak makan di sana saja, Ma?"     

"Saat ini kafe sedang tutup karena renovasi, dibuat supaya lebih besar lagi karena terlalu laris, he he…" Andrea mengaduk bumbu teriyaki ke nasinya sambil memasukkan potongan ayam tepung ke mangkuk.     

"Wah, tempat makan milik Mama sudah tentu laris!"     

"Ya, apalagi yang memasak adalah Papa kalian."     

"Wuaahh! Pantas saja kalau begitu!"     

Usai makan, Andrea pun mengajak mereka keluar dari Mall dan memindahkan belanjaan mereka ke bagian belakang mobil.      

Untung saja Andrea membawa SUV, sehingga dia bisa lebih banyak menyumpalkan belanjaan mereka ke dalam mobil tanpa kesulitan.     

Sesampainya di mansion, Kenzo dan Rogard keluar dari pintu utama mansion untuk membantu membawakan semua kantung belanjaan ke dalam.      

Sebenarnya, Kenzo saja yang membawa semua kantung itu menggunakan tenaga magisnya, membuat semua kantung keluar dari mobil secara ajaib dan melayang masuk satu demi satu ke dalam mansion.     

Rogard hanya menatap saja dalam diam. Dia tidak akan terkejut dengan apa yang dibeli Andrea karena dia merupakan sosok yang sudah hidup sejak lama hingga sekarang.      

Di ruang keluarga yang sangat luas, mereka membuka satu demi satu kantung belanja. Termasuk bagian untuk Kyuna dan Rogard.     

"Aiiihhh! Ini cantik sekali!" Kyuna mengangkat gaun yang dibeli Andrea untuknya. "Sungguh cantik, Noni Putri! Terima kasih!"     

"Ini juga ada untuk Ro." Andrea menyerahkan kantung lain ke Rogard. "Biar Ro makin ganteng en keren!"     

"Noni Putri, tolong jangan buat dia tampan, aku… aku tidak ingin memiliki rival lagi…" Kyuna lirih berujar sambil tertunduk. Dia teringat akan insiden perkelahian dia dengan Ra sebelumnya di Alam Feroz hanya karena memperebutkan Rogard.     

"Ha ha ha!" Andrea tertawa lepas. "Tempeli saja dia mantra yang membuat dia terlihat jelek di mata orang lain."     

"Noni Putri punya rune untuk itu?" Mata Kyuna berbinar senang. Ia sampai bertepuk tangan karena lega tidak akan ada yang mengusik suaminya lagi.     

Andrea mengangguk. "Oh ya, mana anak-anak kalian? Aku juga beli beberapa baju untuk mereka, coba apakah mereka suka pilihanku."     

"Mereka sedang tidur, Noni Putri, setelah mereka terlalu bersemangat bermain di taman belakang." Kyuna menjawab.      

"Oh, kalau gitu, berikan saja ini ke mereka kalo udah pada bangun." Andrea menyerahkan beberapa kantung belanja ke Kyuna.     

"Terima kasih atas kebaikan Nyonya." Rogard menundukkan kepala sekali sebagai tanda hormat ke Andrea.     

"Tidak masalah. Aku senang kalau melihat kalian senang." Andrea menepuk lengan Rogard secara ringan. "Oh ya, mana duo suamiku? Apa mereka semua lagi tidur?"     

"Mereka pergi berdua," jawab Rogard. "Katanya akan mengurus mengenai kafe."     

"Ohh, oke." Andrea paham. Ia menatap Rogard. Padahal, dia berencana ingin menjadikan pria jiwa pedang itu salah satu pelayan di kafe-nya karena penampilan menarik Rogard.     

Tapi, setelah tau Kyuna tidak ingin suaminya disukai orang lain, maka Andrea harus meniadakan rencana itu dari daftarnya.     

Mungkin nanti Shiro saja.     

Petang hari, Jovano pulang dari sekolah dan mulai bermain dengan bocah lainnya sesudah ia mandi.      

Bahkan, Jovano mengajak Kuro dan Shiro mengenal permainan modern seperti playstation.      

Bahkan Jovano memberikan Nintendo Switch dia untuk Shiro dan Nintendo DS untuk Kuro. Dia pelan-pelan mengajari kedua hybrid cara menjalankan game-game di dalam sana.     

Sesekali Gavin juga menemani duo hybrid untuk bermain game online di laptop miliknya. Bocah itu lebih tertarik ke game online ketimbang berbentuk konsol seperti yang biasa disukai Jovano.     

Mengetahui itu, Jovano berniat untuk membelikan laptop ke Kuro dan Shiro.      

Ketika ini dibicarakan pada ibunya, Andrea justru ingin dirinya yang membelikan duo anak angkatnya masing-masing laptop agar mereka bisa lebih bisa menjadi manusia modern.      

"Kau simpan saja uang hasil bisnismu, Jo. Urusan Kuro dan Shiro, biar Mama yang menangani. Gunakan uangmu untuk kehidupan kamu kelak." Andrea menasehati anaknya.      

"Oke, Mom." Meski begitu, Jovano masih bandel dan membelikan Nintendo Switch dan Nintendo DS untuk Shiro dan Kuro secara diam-diam tanpa sepengetahuan ibunya.      

Jovano juga ingin bisa memberikan sesuatu pada saudara angkatnya. Ia bisa melihat dua saudara angkat ini sangat sayang dan memuja ibunya, dan Jovano menghargai perasaan duo hybrid pada kedua orang tuanya.     

-0-0-0-0-0-     

Andrea masih berbincang dengan Dante dan Giorge di taman samping mansion mengenai kafe.      

"Jadi, tinggal sebulan lagi, maka kafe Tropiza baru bisa beroperasi di daerah sana?" tanya Andrea.     

"Ya. Tempatnya sangat strategis dan rasanya akan memikat banyak orang kalau kita buat dekorasinya lebih unik dan bernapaskan semangat muda." Dante menyahut.      

"Kupikir nanti kita juga harus mempunyai restoran yang bernapaskan orang dewasa." Giorge ikut menyumbang ide.     

"Jadi semacam resto elit yang didatangi orang-orang yang pake jas en gaun, gitu yak?" tanya Andrea sambil menatap suami keduanya.     

"Semacam itu. Karena orang-orang seperti itu tidak akan mau datang ke kafe macam Tropiza yang lebih berkonsep kafe gaul dan keluarga muda." Tuan Vampir menambahkan.      

Andrea manggut-manggut. "Ide yang bagus juga. Tapi nanti dulu, melihat bagaimana perkembangan Tropiza selanjutnya."     

Dua pria itu setuju.     

Sore harinya, Dante mengajak Rogard, Kenzo dan Giorge untuk bermain tenis di daerah Roppongi Hills. "Ayo kita bersenang-senang sejenak sebagai pria sebelum dua hari lagi kita mulai misi untuk Ivy." Ia berkata demikian.     

Dante tau Giorge akhir-akhir ini terlihat gelisah dan tidak tenang. Ini tentu saja berkaitan dengan semakin dekatnya hari penyelamatan untuk Ivy.      

Sebagai sesama bapak, Dante bisa memaklumi suasana hati Tuan Vampir dan ia sengaja sering mengajak Giorge pergi keluar untuk berkegiatan apapun agar Giorge tidak terpaku terus pada Ivy.     

-0—0—0—0—0-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.