Devil's Fruit (21+)

Melawan Emanuela



Melawan Emanuela

0Fruit 687: Melawan Emanuela     
0

Cakar tetua vampire sudah mengejar lawannya. Myren berkali-kali mengelak sambil dia terus waspada dan mengimbangi kecepatan kilat Evrom.      

Cakar Evrom bergerak dinamis ingin ditorehkan pada tubuh Myren. Cakar itu berselubung kabut hitam yang pastinya akan berbahaya jika terkena Myren.      

Myren berkelit, merunduk dan berputar ke samping untuk menghindari cakar Evrom, lalu cambuk duri apinya melecut di udara, memukul cakar tersebut dan membelitnya.     

Evrom terkejut Myren berhasil menangkap pergelangan tangannya. Selama ini belum pernah ada lawan yang berhasil melakukan demikian pada dia.     

Myren menyeringai ketika berhasil melingkari pergelangan tangan Evrom menggunakan cambuk durinya. Lalu, dia menyentak kuat-kuat cambuk duri api dia.     

"Arrgkhh!" Terdengar jeritan pilu dari Evrom ketika tangan tersebut putus begitu saja. Darah tertumpah ruah di atas tanah salju.      

Belum lagi Evrom lebih banyak menangisi tangannya, tangan lain dia sudah kembali dililit cambuk duri api Myren dan pergelangan tangan itu mendapat nasib serupa dengan satunya. "Aaarrghhh! Tanganku!"      

Myren tersenyum lebih lebar melihat keberhasilan dia membuntungi dua pergelangan tangan Evrom. "Ha hah!" tawa Myren.      

Evrom sudah mendelik sarat akan kebencian mendarah daging pada Myren. Namun, apa daya dia jika sesuatu yang dia andalkan untuk bertahan sudah ditebas semua oleh Myren?     

Zreepp!     

Evrom belum sempat memikirkan apa langkah berikutnya untuk melawan Myren, dada kirinya sudah ditembus cambuk duri itu hingga dalam detik ketiga, ketika cambuk itu dicabut lagi keluar dari dadanya, ia pun berubah menjadi kabut darah kehitaman.      

"Evrom!" pekik Emanuela ketika mendapati nasib yang menimpa salah satu tetua vampire level lebih rendah darinya.     

Andrea melirik sang kakak yang berhasil membereskan lawannya meski sendirian. Ia mengakui kekuatan Myren memang mengerikan.      

Saat ini, Andrea sedang berjuang dengan tetua vampire level rendah bersama Dante. Entah dia yang lebih lemah dari Myren atau vampire ini kekuatannya lebih banyak ketimbang Evrom, ia merasa kesusahan menangkap vampire ini.     

Gerakan vampire terlalu gesit bagai belut. Dante juga terus mempelajari pola gerakan vampire ini. Ia dan Andrea bertelepati bersama untuk saling mengkoordinasikan serangan mereka.      

Kemudian, Andrea menerjang untuk menebaskan pedang es dia ke depan vampire, dan sang lawan berkelit ke kiri, sehingga Andrea harus menebaskan pedang satunya, pedang Ra yang ada di kirinya, vampire menghindar ke kanan.     

Dan…     

Zraakk!     

Dante sudah sigap menembuskan petir kuatnya menembus ke jantung vampire tersebut sesuai dengan aba-aba dari Andrea melalui telepati.      

"Errkkhhh… kau…" Vampir itu tidak menyangka Dante sudah menunggu dia di sisi dimana dia memutarkan kelitannya dan menangkap dengan cambuk petir tadi.      

Pooffthh!     

Vampir itu pun segera menjadi kabut darah yang menghilang di udara.      

"Lyor!" jerit Emanuela setelah melihat satu lagi tetua level rendah dikalahkan. "Kalian tidak termaafkan!" teriak Emanuela yang sedang bertarung dengan Jovano.     

"Arrghh!" Kini terdengar lagi jeritan pilu dari arah pertempuran Karin dan putranya, Giorge. Rupanya tetua vampire yang menjadi lawan ibu dan anak juga berhasil ditembus jantungnya oleh cakar Giorge.     

"Morgano!" jerit Emanuela dengan mata sakit melihat satu lagi korban dari pihaknya tumbang.      

"Hei, jangan perhatikan selain padaku, Nue." Jovano sudah berkomentar.      

Emanuela menatap benci pada Jovano dan mata merahnya semakin mengkilat. "Aku takkan melupakan kebiadaban bangsamu ini, Iblis!"     

"Hei, dalam perkelahian, menang kalah itu sudah biasa, jangan terlalu dimasukkan ke hati, dong…" Jovano terkekeh sambil menembakkan banyak jarum yang terbuat dari api hitam ke Emanuela.      

Gadis vampire itu berkelit dengan cepat ke samping secara zig zag, membuat jarum api hitam Jovano menjadi sia-sia saja.      

Myren dan yang lainnya ingin membantu tapi Jovano melarang. "Ini bagianku." Demikian kata Jovano.     

Ia kembali menyemburkan banyak jarum api hitam secara sporadis. Emanuela merasa ini sungguh buruk. Serangan Jovano semakin melebar, membuat dia lebih susah lagi berkelit.     

Emanuela mengerti jika api hitam Jovano sangat mengerikan. Terkena sedikit saja maka akan terbakar dan tidak bisa dipadamkan kecuali dia menjadi abu.     

Makanya, rumor api hitam neraka itu sungguh tidak bisa dianggap main-main efeknya.      

Emanuela bertanya-tanya dalam hatinya, kenapa Jovano bisa memiliki api hitam neraka ini? Yang dia ketahui, ibu Jovano hanyalah Cambion, ayahnya seorang Nephilim. Meski kakek Jovano seorang raja iblis, tetap saja tidak mungkin mewariskan api hitam neraka ke cucunya.     

Api hitam neraka konon hanya dimiliki para kaisar Iblis dan itupun tidak semuanya. Mereka mewarisi ini secara acak dari para pangeran kegelapan, 7 Iblis sejati.      

Mana mungkin seorang Jovano terkait dengan kaisar iblis atau bahkan salah satu dari pangeran kegelapan?      

Namun, yang pasti… Emanuela harus lekas menghindari semua terjangan api hitam Jovano yang dibentuk menjadi jarum besar bagai pasak ramping sepanjang dua puluh hingga tiga puluh sentimeter.      

Gerakan berkelit Emanuela kembali zig zag karena jarum-jarum itu menyerang secara beruntun kanan dan kiri.      

Ketika Emanuela merasa dia akan berhasil berkelit di jarum terkahir Jovano, tiba-tiba saja perutnya sudah ditembus oleh cambuk duri api milik Myren.      

Zooppphh! Craasshh!     

Bunyi daging ditembus sebuah benda tajam pun terdengar jelas. Emanuela tak percaya. Ia menatap ke perutnya, berharap ini hanya khayalan dia saja.      

Sayangnya, itu memang terjadi, dan perut itu sudah dijejali cambuk duri api milik Myren. Emanuela ternganga dan mengeluarkan darah pada mulutnya, ia menatap nanar ke Myren. Apakah nasibnya selesai sampai di sini saja?     

Ketika Emanuela hendak melesat terbang, sayang sekali Myren sudah semakin membelitkan cambuk dia, menggulungkannya di seluruh pinggang Emanuela sekaligus masih mendekamkan cambuk itu di perut si vampire cilik.     

Ini terlalu menyedihkan bagi gadis vampire ini. Sudah perutnya ditembus cambuk, dan sisa cambukpun membelit pinggangnya hingga tangan Emanuela pun ikut terlilit.      

"Jangan pernah berpikir untuk kabur seenaknya dulu, nona kecil." Myren menyeringai.      

"Kalian…" Mulut berdarah Emanuela tampak mengerikan ketika gadis vampire itu berbicara dengan emosi. "Cepat bunuh aku! Jangan lecehkan aku!"     

Myren dan yang lainnya hanya mendengus remeh ke Emanuela.      

"Melecehkanmu? Apakah kau sedang berhalusinasi dilecehkan dengan cara dibelit begini, atau apa sih nona?" Myren berkacak pinggang menggunakan satu tangannya sedangkan tangan lain masih erat memegang pangkal cambuk apinya. "Lebih baik kau diam saja agar tidak semakin merasa sakit, bocah."     

"Jadi kau ingin mati? Sungguh?" Andrea mengeluarkan pijar bola api Cero. Tapi, kemudian dia memadamkannya. Ia menoleh ke suami pertamanya dan berkata, "Dante, beri dia rasa petirmu, tapi jangan terlalu kejam padanya, oke?"     

Dante menangkap kedipan satu mata sang istri dan paham apa maksud ucapan Andrea. Ia pun menjulurkan cambuk petirnya untuk membelitkannya pada leher Emanuela.     

"Aaaaarrgghhh!" Emanuela menjerit keras ketika sengatan listrik dari petir putih Dante mengalir dari leher dan menyebar ke seluruh tubuhnya.      

Kemudian, Dante berhenti menyengatkan petirnya setelah satu tangan Andrea terangkat tanda berhenti.      

"Ayo kita bawa sekalian dia ke tempat Ivy." Andrea berkeputusan. "Mama Karin, tolong tunjukkan tempatnya."     

Hagemori Karin mengangguk dan memimpin lagi rombongan Andrea sambil Myren tetap membawa Emanuela bagai sandera.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.