Devil's Fruit (21+)

Pemikiran Positif Pangeran Djanh



Pemikiran Positif Pangeran Djanh

0Fruit 629: Pemikiran Positif Pangeran Djanh     
0

Revka menampar keras lengan sang suami. Ia mendelik beringas, ingin mencakar Pangeran Djanh. "Kamu kok gitu, sih Djanh?!" Ia meraung protes. "Aku dijadikan objek seks mereka, kok kamu malah sumringah gitu, sih tanggapannya?" Ia memukuli tubuh suaminya.      

"Tunggu, sayankku Kitty honey..." Pangeran Djanh berkelit ke kanan dan kiri agar tidak terkena pukulan gemas dari sang istri. Setelah berhasil menangkap dua tangan Revka, ia melanjutkan, "Bukan maksudku jahat padamu, Kitty sweetie... tapi daripada aku marah dan itu melelahkan... bukankah lebih baik mengambil dari segi positifnya saja?"     

"Maksudmu?" Revka berusaha menarik tangannya dari cengkeraman Pangeran Djanh, tapi ternyata sulit. Kekuatan si pangeran Incubus itu memang tidak main-main meski dia baru saja menyelesaikan puluhan orgasme dari istrinya.      

"Kalau kau tiba-tiba in heat, merasa terangsang, bukankah itu keuntungan tersendiri untukku tanpa aku perlu merayu-rayu dirimu, sweetie?"      

Jawaban barusan dari Pangeran Djanh sungguh mengakibatkan semua yang mendengar di situ melongo tanpa dikomando.      

Alih-alih dia marah atau mengamuk, si pangeran nyentrik ini justru senang dan merasa ini adalah keuntungan bagi dia.      

"DJANH! MAMPUS SAJA KAU!" Maka, sekali lagi Revka memusatkan semua tenaga dia ke tinju yang dilayangkan pada Pangeran Djanh. Sudah bisa dipastikan pria super mesum itu terpental lebih jauh dari sebelumnya.      

Sesungguhnya Pangeran Djanh bisa saja mengelak serangan dari istrinya. Itu adalah hal remeh untuk dia. Namun, dia rela menerimanya karena paham jika istrinya harus memiliki pelampiasan atas kekesalan yang dirasakan.      

Kalau dia mengelak pukulan Revka, Pangeran Djanh khawatir sang istri justru akan tambah frustrasi dan itu bisa berakibat ke penyakit dalam. Maka, dengan suka rela, dia menerima kemarahan istrinya dengan harapan setelah itu Nyonya Nephilim kembali tenang dan tidak perlu menumpukkan sampah emosi di benaknya.      

Pangeran, jadi bukan karena kau seorang masokis, yah?     

Sepertinya asumsi Pangeran Djanh benar. Setelah itu, Revka bisa mulai tenang dan terkendali lagi. Senyumnya mengembang dan bicara, "Maaf, yah! Suami gilaku itu memang kelakuannya memalukan."      

"A-ahh, tidak apa-apa, Rev!" Myren yang pertama kali memberikan sahutan setelah selesai melongo.      

Pangeran Djanh sudah kembali duduk lagi bersama mereka.      

"Pangeran... kau benar tidak marah karena serdaduku melakukan itu pada istrimu?" Myren ingin memastikan ini. Ia khawatir Pangeran Djanh hanya tersenyum di depan mereka dan mendendam di belakang. Mereka tidak ingin mengobarkan perang melawan Kerajaan Huvro yang kuat.      

"Aku bersungguh-sungguh dengan ucapanku tadi." Pangeran Djanh menampilkan wajah tenang. "Aku orang yang tidak ingin banyak meributkan hal-hal kecil. Aku lebih suka mencari keuntungan dari segala situasi yang aku dapatkan. Dan inilah yang berhasil aku dapatkan, istriku bakalan lebih gamblang jika dia menginginkan dipuaskan."      

"Djanh!" Revka sudah ingin memukul lagi, tapi suaminya mendadak dekatkan wajah mereka dan mengecup kening Revka penuh rasa sayang dan kelembutan. Ini mengakibatkan Revka tidak berkutik. Suaminya selalu saja bisa dengan mudah melumerkan hatinya.      

"Kalian..." Pangeran Djanh sudah kembali santai sambil menatap Andrea dan yang lain. "Apakah kalian akan marah jika istri kalian dibegitukan? Kalian tidak ingin mencoba mengambil sisi positif seperti yang kulakukan?"      

Dante, Gio, Ronh, dan Kenzo serempak menggeleng kencang. Bagi mereka, biarlah Pangeran Djanh saja yang memikirkan keuntungan semacam itu. Kalau mereka? Sudah pasti tinju mereka yang akan berbicara.      

"Ti-tidak, terima kasih, Pangeran..."     

"Aku... aku memilih tidak mendapatkan keuntungan seperti itu ketimbang membayangkan istriku disetubuhi pria lain."      

"Tinjuku yang akan berbicara jika istriku dikhayalkan secara cabul."     

"Aku akan mengejar pelaku yang berani menjadikan istriku objek seks-nya! Meski sampai ujung dunia, akan aku kejar dan akan kubuat menjadi gosong!"      

Raja Naga Iblis Heilong menelan ludah. Semoga saja Dante tidak mengetahui perbuatan Gazum waktu itu atau rajawali itu akan jadi burung panggang."      

"Wuah! Segar sekali berendam malam-malam begini!" Tak berapa lama, muncul Jovano dan keempat orang yang tadi terperangkap di hutan ilusi ciptaan Weilong.      

"Duh kalian ini! Lama sekali berendamnya?" Andrea geleng-geleng kepala. Lima orang itu bersama-sama mendatangi mereka yang sedang duduk melingkar.      

Di sekitar mereka, ada banyak bola api sebagai penerangan dan sekaligus penghangat. Jadi, meski sinar bulan meredup, mereka masih tetap memiliki cahaya dari bola api.      

"Maaf, Mom! Kami keasikan berendam dan bercerita. Bahkan tadi kami sempat berlatih sebentar di dalam kawah. Hanya melatih tenaga api kami." Jovano mengibaskan rambutnya yang masih setengah basah, belum sepenuhnya kering.      

Andrea menarik Jovano agar duduk di sebelahnya. Kemudian menggunakan apinya, Andrea mengeringkan rambut sang anak.      

Yang lain menatap Andrea dengan takjub. Nyonya Cambion ini memang sangat piawai mengendalikan api. Seorang alkemis memang pantas dengan reputasinya.      

Zevo mendekat ke orang tuanya, dan demikian juga dengan Vargana ke Myren dan Ronh.      

"Vava kepingin rambutnya dikeringkan?" tawar Andrea selesai mengurus rambut Jovano.      

"Tidak usah, Aunty. Aku bisa sendiri, kok!" Vargana mulai memunculkan pusaran anginnya dan mengarahkan ke rambut panjangnya. Tidak berapa lama, rambut itu sudah kering. Angin dari Vargana tadi berperan seperti hair dryer.      

"Zevzev mau?" Andrea beralih ke Zevo.      

"Tidak usah!" tolak Revka. Ia segera saja menggerakkan tangannya dan semua sisa air di rambut sang putra sulung bagai ditarik oleh magnet aneh dan disedot berkumpul di tangan Revka untuk kemudian dibuang begitu saja ke sembarang arah oleh Nyonya Nephilim.      

"Nah, kalian semua sudah kering." Myren menepuk pundak putri sulungnya. "Sana cepat pergi tidur. Ini sudah sangat larut untuk kalian."     

Tiga bocah itu pun mengangguk dan berjalan menjauh dari kumpulan Andrea untuk menemukan lahan yang akan digunakan sebagai tempat tidur. Tentu saja tidak keluar dari area tepi kawah.      

Vargana sudah diam-diam masuk ke kelompok bocah-bocah perempuan yang sudah lama lelap. Sedangkan Jovano dan Zevo menemukan lahan tidur Gavin dan Shiro, kemudian menggelar alas tidur mereka di dekat dua bocah lelaki itu.      

Para orang tua tiga bocah itu memandang anak-anak mereka sudah mulai merebahkan diri tak jauh dari mereka. Itu membuat lega.      

"Bree dan Noir juga tidur, gih!" Andrea menyuruh dua Big Cat itu untuk juga beristirahat. Sabrina dan Noir patuh dan undur diri dari sana untuk mencari tempat sendiri bagi mereka.      

"Sepertinya acara latihan untuk besok tidak bisa dilaksanakan." Myren berbicara.      

"Benar juga. Anak-anak tadi pasti sangat lelah. Bahkan Nyonya Revka juga pasti sangat kelelahan saat ini." Kenzo menimpali sambil menoleh ke istri Pangeran Djanh.      

"Mpok Kitty mau buah roh? Aku kasi keringanan deh karena yang udah bejibun keluar tadi, he he..." Lagi-lagi Andrea menggoda Revka. Mereka pun mulai debat dan saling ledek seperti biasa.      

"Sedang di sini rupanya. Pantas saja aku cari di hutan itu, tidak ada." Seketika, muncul Yang Mulia King Zardakh dari portal yang terbuka.      

Andrea dan Myren mendelik bagai singa menemukan mangsanya.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.