Devil's Fruit (21+)

Kekuatan Shona



Kekuatan Shona

0Fruit 604: Kekuatan Shona     
0

Tak berapa lama, Myren pun tiba bersama Sabrina di tebing seberang melalui jalur bawah dengan berbagai cara, bahkan walau harus menyeberang sungai menggunakan batang besar pohon yang ditebas terlebih dahulu oleh cakar Sabrina.      

Setelah Myren sampai di tebing, dia lekas memburu ke putri bungsunya. "Gimana kondisi Voi?" Sang Jenderal turun dari punggung Sabrina dan berlari ke Voindra yang masih dipeluk Andrea.      

Sang anak ketika melihat ibunya, ia langsung saja menerjang ke sang ibu dan meneruskan tangisnya. "Mama... uhuhuhuuu..."      

"Udah aku kasi Buah Energi Roh, Kak," jawab Andrea.      

"Tapi... tapi lenganku masih sakit banget, Ma... huhuhuuu..." keluh Voindra. Ketika ayahnya tiba bersama Noir, ia pun berlari menubruk sang ayah dan meluapkan kemanjaan dia di Ronh.      

Panglima Ronh yang memang terbiasa lembut ke bungsunya, segera memeluk dan mengelus sayang kepala si anak. "Kenapa, sayank? Lenganmu masih sakit?"      

Voindra menengadah untuk mempertemukan pandangannya dengan tatapan sayang sang ayah. Ia mengangguk dengan wajah basah bercucuran air mata. Sesekali manja tidak apa, kan? Ini sudah sekian minggu dia berlaku sangat tabah di Alam Schnee yang kejam ini.     

"Coba... coba aku periksa..." Tiba-tiba, Shona melangkah mendekat ke Voindra. Ia duduk bertumpu dengan dua lututnya di sebelah Voindra yang sedang duduk di peluk sang ayah.      

Putri bungsu Myren belum sempat menjawab ataupun bereaksi atas ucapan Shona, ketika bungsu dari Pangeran Djanh itu sudah menjulurkan telapak tangannya di atas lengan Voindra.      

Seketika, cahaya berwarna hijau keluar dari telapak tangan Shona, bersentuhan dengan lengan Voindra.      

"Itu-" Myren sampai melongo dan tidak mampu melanjutkan kalimatnya ketika melihat cahaya hijau yang melingkupi telapak tangan Shona. Revka dan yang lain juga sama terkejutnya. Hanya Pangeran Djanh yang tetap tenang sembari tersenyum tipis.     

Tak berapa lama, Voindra sudah melengkungkan sudut mulutnya ke atas dan matanya membola. "Wuaahh... sakitnya sudah hilang! Sudah tidak gemetaran lagi!"      

"Tadi... sinar apa tadi?" Andrea masih terkejut.      

"Healer..." Ronh berucap secara otomatis sambil mengamati Shona yang perlahan-lahan menarik kembali tangannya setelah meredupkan cahaya hijau tadi dari telapaknya. "Pangeran Djanh! Putrimu seorang Healer!"     

Dengung takjub para Iblis di sana pun terdengar. Andrea dan yang tidak paham terpaksa bertanya. "Maksudnya seorang Healer gimana, sih?"     

"Tuan Putri, Healer adalah seorang penyembuh, sesuai dengan namanya. Dia mempunyai cahaya hijau yang berisi kemampuan penyembuh." Ronh menjelaskan pertanyaan Andrea.      

Mata Andrea melebar. "Ciyusan?! Wow! Shosho, kau seorang penyembuh! Hebat, oi!" Andrea seketika menatap kagum ke Shona.      

Revka yang telah tersadar dari tertegunnya pun segera menepuk bahu putrinya yang sudah berdiri kembali. "Hah! Kau pikir hanya anakmu saja yang hebat, Cambion? Anakku juga tidak bisa diremehkan! Ho ho ho ho..." Ia tertawa seanggun mungkin sambil menutupi mulutnya dengan punggung tangan.      

"Beuh! Siapa juga yang ngeremehin anak-anak elu, Mpok Kitty! Ge-er amat ampe ngira gitu!" balas Andrea.      

"Wah! Shona seorang Healer! Seorang penyembuh!" Jovano menoleh ke ayah Shona. "Pangeran Djanh, melihat dari reaksimu, sepertinya kau tidak terkejut mengenai kemampuan Shona, benar?"      

Senyum Pangeran Djanh semakin melebar. "Keturunan istimewa dari King Zardakh memang terbukti sangat jeli dan cerdas, fu fu fu..."      

"Djanh? Apa maksudmu? Kau sudah tau kekuatan Healer milik Shona?" Revka berhenti tertawa dan tatap tajam suaminya.      

"Ehem!" Pangeran Djanh berlagak berdehem membersihkan tenggorokan terlebih dahulu sebelum menjelaskan. "Aku akui, aku memang sudah mengetahui mengenai kekuatan Healer milik Shona."     

"Sejak kapan?" kejar Revka.      

"Mungkin sekitar sebulan lalu ketika dia selesai berlatih di hutan. Sepertinya tangannya terluka terkena batang pohon dan dia menyembuhkan dirinya secara diam-diam. Aku langsung mengenali sinar hijau khas dari seorang Healer."      

"Papa, kau mesum." Shona berkata datar.      

"Heh?" Revka menatap putrinya dan sang suami bergantian.      

"Waktu itu aku sedang di kamar mandi di kamarku," ucap Shona tanpa menutupi apapun.     

Seketika wajah Revka berubah mengerikan sambil menatap Pangeran Djanh.      

Sang Pangeran Incubus pun lekas paham makna tatapan mencabik dari sang istri. Ia gelagapan sambil dua tangannya bergerak-gerak di depan, memberikan gestur sangkalan. "Swe-Sweetie... ini... ini tidak seperti yang kau bayangkan! Aku tidak bermaksud mengin-"      

"MATI SAJA KAU IBLIS CABUL!!!"      

DHUAAAKKK!!!      

Sambil meneriakkan itu sepenuh jiwa, Revka juga memberikan pukulan bogem dahsyat ke sang suami sehingga Pangeran Djanh langsung melesat ke belakang dan menabrak pepohonan yang jauh dari tempat mereka berdiri.      

Namun, semua pohon yang diterjang punggung Pangeran Djanh malah rubuh satu demi satu tanpa memberikan luka sedikitpun pada sang pangeran.      

Revka tersengal-sengal usai menerbangkan suaminya menggunakan pukulan dahsyat tadi. Sedangkan Pangeran Djanh sudah kembali mendekat ke sang istri.      

"My dear Kitty honey... dengarkan dulu..." Pangeran Djanh menampakkan wajah canggung. Apalagi semua orang juga memandang bagai dia adalah pedofil pada anaknya sendiri. Memalukan! "Aku waktu itu menangkap gelagat aneh Shona selepas latihan. Aku hanya menguntit untuk tau apa yang terjadi padanya! Sama sekali tidak bermaksud cabul atau apa pun yang ada di pikiranmu, sweetie..."      

"Grrrhhh... aku masih tak percaya, Djanh..." geram Revka dengan suara rendah bermuatan bahaya.      

"My sweet Kitty... aku ini seorang ayah yang sangat perhatian dengan anak-anakku... tidak hanya Shona yang aku kuntit, tapi Zevo juga a-AARRGHHH!!!" Pangeran Djanh tidak sempat melengkapi kalimatnya ketika tinju dahsyat istrinya kembali menerjang rahangnya dan mengakibatkan dia melambung jauh ke angkasa menjadi titik kecil yang tidak kelihatan lagi.      

"Astaga, Mpok... itu lakik elu kalo ampe matek, ntar elu sendiri yang rugi loh gak ada yang wikwik-in elu." Andrea mengingatkan Revka dengan segala ketulusan hati.      

"Bodo amat!!!" seru Revka. Ia masih geram mengetahui suaminya jauh lebih memahami anak-anaknya ketimbang dia. Sebenarnya ini alasan kenapa dia geram.      

"Papa menyedihkan..." Shona berpendapat.      

"Huff... siapa suruh Papa malah mengintip anak-anaknya..." imbuh Zevo dengan wajah iba. "Memangnya Mama kurang memuaskan untuknya, yah?"      

"Zevo!!!" teriak Revka gahar. Putranya langsung bergidik ngeri jika sang ibu sudah seperti itu.      

"Duhaaiii... kenapa aku terus disalahpahami, sih?" Pangeran Djanh pun muncul di antara mereka dengan rahang memerah. Ia mengelus rahang bekas gamparan Revka tadi. "Shona sayank, bisakah kau sembuhkan rahang Papa? Ini sakit sekali, huhu..." Ia bertingkah manja seakan benar-benar mendapatkan musibah yang sangat menyakitkan.      

Shona pura-pura tidak mendengar. Ia memalingkan pandangan ke arah lain. Pangeran Djanh seketika suram dan menampilkan wajah sangat berduka.      

"Makanya, Pa... jangan seenaknya bertindak. Apalagi sampai mengintipku juga. Aduh duh, Pa... kau ini pemakan segala, yah?" Zevo seolah menggarami luka.      

"Zevo, dear... Papa melakukan itu untuk kalian juga. Papa ini terlalu sayang pada kalian... Papa tak mau ada sesuatu buruk menimpa kalian..." Pangeran Djanh berkata sambil bolak-balik berkelit dari tinju istrinya yang berkali-kali ingin disarangkan ke dirinya. Ia pun sibuk berkelit di udara.      

"Grrrhhhh! Tidak ada jatah sebulan!" teriak Revka tanpa menahan diri.      

Pangeran Djanh seketika bagai ditimpa bom atom.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.