Devil's Fruit (21+)

Evolusi



Evolusi

Fruit 567: Evolusi     

"Berevolusi?" Bara dan Andrea sama-sama berujar menanggapi ucapan Jovano.      

"Ya, berevolusi menjadi lebih kuat dan tahan pada kekuatanku. Jiwa pedang adalah sesuatu yang sangat sensitif. Mereka bisa cepat merasakan kekuatan pemiliknya dan bersinkronisasi dengan sang pemilik." Jovano mulai menjabarkan apa yang dia ketahui.      

"Bersinkronisasi..." gumam Andrea.      

"Alasan kenapa selama ini aku berlatih pedang menggunakan bilah biasa, karena aku sadar akan kekuatan aku sendiri. Jika senjata yang kupegang memiliki jiwa senjata, pasti kemungkinan besar tidak akan kuat menahan hawa kekuatanku. Kecuali sudah berevolusi," lanjut Jovano.      

"Ternyata begitu..." bisik Kuro sambil menatap kagum ke Jovano.      

"Makanya, aku menyurutkan keinginan aku untuk memegang Rogard karena khawatir hawa kekuatan aku akan menyakiti dia," imbuh Jovano sambil berikan tatapan ke jiwa pedang milik Tuan Nephilim.      

"Aku baru tau ternyata hawa kekuatan Jo bisa berefek ke pedang yang punya jiwa senjata. Dan... beneran nih pedang bisa berevolusi?" Andrea kernyitkan kening.      

"Bisa, Nyonya." Rogard bersuara. "Kami memang bisa berevolusi melalui banyak cara. Bisa dengan menyerap kekuatan elemen yang sama dengan milik kami, seperti yang biasa saya lakukan untuk menambah kekuatan saya."      

"Oh, iya benar!" pekik Andrea. "Aku ingat! Ro kan dulu biasa nyerap kekuatan elemen dari Beast petir, ya kan? Supaya level petir kamu bisa naik." Kini dia sudah ingat itu.      

Rogard mengangguk. "Saat ini... petir saya sudah berevolusi ke level putih, Nyonya."      

Andrea belalakkan matanya dengan rasa suka cita. "Wuaahh! Ro sekarang udah punya petir putih! Berarti Noir juga pastinya udah berevolusi, iya kan?" Ia menoleh ke singa hitam Noir.      

Noir yang mendapat tatapan penuh harap dari istri tuannya hanya bisa menunduk dan kemudian berkata, "Aku... aku belum berevolusi, Nyonya. Elemen petirku masih putih seperti sebelumnya, belum berubah ke petir hitam. Tapi... petir putihku semakin kuat sekarang, Nyonya!"      

Sang Cambion mengangguk. "Tak apa, Noir. Yang penting kau sekarang lebih kuat dari sebelumnya, itu bikin aku lega dan puas. Kalian pasti rutin menyerap kekuatan dari Kristal dan makan Buah Roh, ya kan?"      

Para anggota Andrea mengangguk.     

Sang Cambion juga bisa melihat perubahan evolusi yang terjadi pada Sabrina, si macan sabertooth. Dulu, bulu Sabrina berwarna kelabu dengan totol merah. Kini, macan cantik itu memiliki bulu warna merah terang dengan totol emas dengan tepian hitam.      

"Syukurlah kalo gitu," sambung Andrea. "Berarti gak sia-sia aku tanam begituan di sini."      

"Kristal?" Myren bertanya penuh ingin tau. "Apa maksudmu... Kristal Jiwa, Andrea?" Keningnya berkerut.      

Adiknya pun mengangguk mengiyakan dugaan sang kakak. "Benar, Kak Myren. Aku punya kebun yang ditanami Pohon Inti Kristal."      

"Bukankah pohon seperti itu sudah punah sejak lama?" Kenzo ikut penasaran. Tidak menyangka putri majikannya memiliki salah satu pohon super langka tersebut.      

Sebagai jawaban, Andrea hanya menyeringai penuh makna. Ia pun mengajak rombongannya ke belakang pondok untuk bertandang ke kebun yang dia punyai.      

Mata Kenzo, Myren, dan Ronh seketika terbelalak lebar menyaksikan berhektar-hektar tanah yang berhiaskan pohon Inti Kristal warna warni hingga warna kristal-kristal itu berkilauan terkena cahaya rembulan.      

"Perasaan dulu kagak seluas ini deh kebunnya sewaktu terakhir aku di sini." Andrea menggumam, lalu melirik ke Rogard yang berdiri tenang di dekat Dante. "Ro, apa kamu nambahin lagi?"      

Sang jiwa pedang itu tidak menampik dugaan istri tuannya. "Benar, Nyonya, Saya memang memperbanyak mereka lagi."      

"Astaga... ini bisa untuk kasi asupan jutaan pasukan!" Myren sampai tercengang takjub. "Rogard, bagaimana caramu memperbanyak ini?"      

Maka, Rogard segera membagikan ilmu membudidayakan Pohon Inti Kristal.      

"Hm... rupanya si bedebah Djanh itu berhasil mengamankan satu pohon kristal ke alam buatannya." King Zardakh menggumam.      

"Sepertinya demikian, Baginda Raja." Kenzo setuju akan dugaan rajanya. "Dulu sempat terjadi kekisruhan ketika di pelelangan akbar di Underworld memunculkan pohon kristal ini. Dan aku yakin pohon itu dimenangkan Pangeran Djanh melalui tangan lain."      

"Kau benar, Kenz." Baginda Zardakh menyambung. "Dulu aku sudah curiga bahwa Huvr yang memenangkan pohon ini. Pantas saja pasukan kerajaan dia sangat kuat, ternyata dia menguasai pohon ini."      

"Aku yakin Kerajaan Huvro juga punya ladang seperti ini di tempat mereka." Myren menambahkan.      

Andrea tidak begitu paham dan hanya mendengarkan. Tapi, akhirnya dia bersuara juga karena penasaran. "Apa kristal kayak gini penting juga untuk bangsa iblis?"      

"Tentu saja, Andrea!" sahut Myren seraya tatap intens adiknya. "Ini juga merupakan sumber asupan tenaga yang mudah untuk diserap para iblis. Dengan memiliki pohon kristal begini, maka tidak lagi diperlukan berburu Beast elemen untuk mendapatkan inti kristalnya. Sangat menghemat tenaga dan waktu."      

Andrea pun manggut-manggut paham. Dia bisa langsung paham dan setuju pada perkataan Myren bahwa memiliki pohon kristal memang menghemat tenaga dan waktu.      

"Dik, bisakah kamu berikan setengah dari hasil kebun pohon kristal ini ke pasukan Kakak? Supaya pasukan kerajaan kita makin kuat, Dik! Ini bisa juga diberikan ke prajurit agar mereka lebih kuat ketika misi penyelamatan Ivy!" Myren menggenggam tangan adiknya.      

"Gak masalah, Kak. Pohon ini mayan gampang ditumbuh kembangkan di sini, kok! Kakak sediain aja cincin ruang untuk nampung kristal ini ntar." Andrea bukan orang pelit kalau menyangkut kepentingan dia dan keluarganya.      

"Ayah tidak ingin secara gratis mengambil panen kristal dari kebunmu, Nak." King Zardakh pun berkata.      

Nyonya Cambion melirik ayahnya. "Jadi... kira-kira bakalan dibayar apa, nih? Jangan yang kaleng-kaleng loh yah!"      

"Kaleng-kaleng?" tanya sang ayah dari Cambion.      

"Maksudku, jangan yang remeh recehan, gitu!" Andrea menjelaskan istilah kekinian pada sang ayah.      

"Ohohoo... mana mungkin benda yang kuberikan pada anak cucuku menjadi barang remeh temeh?" King Zardakh menatap putrinya penuh rasa bangga pada dirinya sendiri.      

Kemudian, sang raja iblis pun melambaikan tangan kanannya dan muncullah sebuah zirah perang berwarna merah menyala.      

Mata semua orang di situ saling membola lebar.      

"Zi-zirah perang Kaisar Api!" Kenzo ternganga kagum.      

"Astaga... ternyata selama ini zirah itu dikuasai kamu, Bapak bodoh!" Tentu saja ini Myren.     

"Wah, tidak kusangka zirah legenda ini masih bisa kulihat dengan mata kepala sendiri dan begitu tampak hebat." Ronh juga mengagumi zirah perang tersebut.      

"Itu apaan, sih?" Andrea malah menjadi pihak yang tidak tahu menahu mengenai zirah perang yang dikatakan bernama Zirah Perang Kaisar Api.      

"Itu zirah komplit buatan Kaisar Api, Andrea." Myren berikan jawaban atas ketidaktahuan sang adik. "Lihat aja, ada pelindung kepala, bahu, lengan, tangan, dada, kaki." Ia menunjuk satu demi satu bagian dari zirah yang melayang di udara di depan Andrea. "Ini dinamakan zirah komplit."      

"Zirah Perang Kaisar Api merupakan benda yang diidam-idamkan banyak tentara iblis, Tuan Putri." Kenzo menambahkan. "Untung saja Baginda Raja sudah mengamankan zirah legendaris ini."      

King Zardakh tertawa bangga. "Ha ha ha... ini kudapat dengan sangat susah payah di pelelangan sampai kantungku berdarah-darah."      

"Dasar pelit!" rutuk Myren. "Punya berapa zirah seperti ini kau, Bapak bodoh?"      

"Kak Myren, kalo Kakak mau, mendingan zirah itu untuk Kakak aja yang lebih paham gimana gunainnya." Andrea jadi tak enak hati sendiri.      

Tapi, Myren menggeleng. "Aku sudah punya zirah perangku sendiri, Andrea. Jangan khawatir. Aku hanya ingin Bapak bodoh ini tidak hanya memberimu saja tapi juga dua suamimu dan Jovano juga!"      

"Oh tidak... kantung Ayah bisa berdarah-darah lagi, Nak..." King Zardakh seolah sedang dikuliti.      

"Cepat usahakan mendapatkan zirah perang yang bagus lainnya untuk Dante, Gio, dan Jo!" Myren malah memberi titah ke ayahnya.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.