Devil's Fruit (21+)

Persiapan



Persiapan

0Fruit 483: Persiapan     
0

Ketika jam mulai menunjukkan ke angka empat, Giorge turun dari ranjang setelah mereka bercinta sebanyak lima kali. Dalam artian, hitungan ini mengacu pada jumlah ejakulasi Giorge. Kalau Andrea, tentu seluruh jari tangan bisa dijadikan hitungan. "Aku akan jemput Jovano. Kamu istirahat saja, Rea."     

Andrea terkulai lemas berselubung selimut. "Terserah." Lalu dia mulai pejamkan mata akibat lelah. Giorge menggila. Ia mengusap perutnya sebelum benar-benar jatuh lelap.     

Ketika bangun membuka mata, Andrea kerjap-kerjapkan mata. Silau karena sinar lampu kamarnya. Rupanya sudah malam. Tapi, mana sang anak?     

Pelan, ia turun dari ranjang sambil membungkus tubuh menggunakan selimut, berjalan lemas ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Ia tak punya tenaga untuk berendam. Maka, hanya membilas tubuh dengan kucuran air hangat di bawah shower saja.     

Setelah itu, ia keluar memakai mantel mandi.     

"Wah, Mommy sudah bangun, tuh Jo!" Tiba-tiba pintu kamar dibuka dan muncul Giorge beserta Jovano di atas bahunya.     

Andrea heran, kenapa Giorge masih berada di rumahnya? Ia melirik jam dinding. Sudah pukul sembilan malam lebih. Lama juga dia tertidur. "Lu napa masih di sini?"     

Giorge turunkan Jovano ke kasur si bocah yang ada di seberang kasur Andrea. "Aku kan sedang menjaga kalian. Kamu tidur nyenyak sekali, Jo tak ada yang menemani, makanya aku di sini."     

Andrea pun maklum. Kafe Tropiza tutup jam sembilan malam. Sebentar lagi pasti Shelly dan anak-suami dia datang. "Ya udah, sono lu balik ke alam lu sendiri. Huss, huss!" Ia kibaskan tangan seperti mengusir ke Giorge.     

"Kau makanlah dulu. Aku sudah buatkan pasta di meja makan. Jo dan aku sudah makan," pinta Tuan Vampir karena tau Andrea pasti sudah lapar setelah melakukan aktivitas seks gila-gilaan dan tertidur lama.      

"Iye, ntar gue makan. Gih pulang." Andrea masih bersikeras menyuruh Giorge lekas pulang.     

"Kau makan, aku akan bacakan cerita ke Jo sampai dia tidur. Aku sudah berjanji pada dia tadi. Ya, kan Jo?" Rupanya Tuan Vampir lebih keras kepala dibandingkan Nyonya Cambion. Yah, sekarang Andrea memiliki saingan dalam aspek itu.     

Anak berumur lima tahun itu mengangguk mantap. Andrea putar bola mata. Percuma melawan dua pria itu. Maka, ia pun melenggang ke bawah, ke ruang makan. Perutnya kelaparan minta segera diisi. Tentu saja. Siapapun pasti akan mengalami kelaparan seperti halnya Andrea.     

Membuka tudung saji, sudah ada spageti yang di puncaknya terdapat banyak daging cincang dan tak lupa saus serta bumbu yang tampak sangat menggiurkan. Andrea lekas duduk dan mulai makan. Dia manggut-manggut, mengakui buatan Giorge enak.     

Tepat ketika Andrea selesai makan, Shelly dan keluarga kecilnya pulang. Gavin sudah tertidur di gendongan ibunya.     

Usai baringkan Gavin ke kamarnya, Shelly bergabung dengan Andrea di ruang makan. Tidak untuk bersantap. Ternyata dia malah membawakan kue untuk Andrea. Sahabatnya segera melahap kue tersebut meski baru saja menandaskan spageti porsi besar.     

Apakah seks berkali-kali bisa membuat kelaparan tingkat galaksi? Atau efek hamil? Entah. Mungkin perpaduan keduanya.     

Giorge pulang ketika Jovano benar-benar terlelap. Ia sempat mengobrol sebentar dengan Andrea sebelum pulang ke hunian dia sendiri.     

Esok paginya, Andrea bangun dengan tubuh segar dan pikiran jernih. Semalam dia sudah banyak diskusi dengan Giorge dan juga Shelly serta Kenzo.     

Mengenai rencana ke depannya, ia sudah memutuskan akan menikah dengan Giorge. Selain untuk memberikan kehidupan keluarga yang jelas pada anak-anaknya, juga agar dia bisa mulai menata hidup baru usai kehilangan Dante.      

Andrea akui, keputusan ini bukan sebuah hal yang mudah bagi perasaan dia, namun dia tidak bisa terus menerus egois. Dia punya Jovano dan ada anak lain yang akan hadir tak lama lagi di dunia ini. Ia tak mungkin memberikan contoh buruk pada anak-anaknya mengenai tanggung jawab.     

Shelly terus-menerus menyemangati Andrea supaya memulai lembaran baru dengan pernikahan dia nanti. Tadinya Andrea bermaksud menggelar pernikahan sesudah melahirkan, tapi Shelly menganggap itu bukan hal tepat.     

"Gak pantes, Ndre. Nanti Jovano dan semua orang akan menilaimu buruk." Demikian alasan dari Shelly.     

"Ah, bodo amat mereka mo bacot apaan ke gue." Andrea naikkan pundaknya, santai, meski sebenarnya dia sudah memiliki keputusan dalam batinnya.     

"Lalu Jovano?" Shelly masih memberikan percikan kesadaran logika pada Andrea.     

Disitulah Andrea makin berpikir keras dan pada akhirnya mengakui pendapat sang sahabat benar. Ia harus lekas menikah sebelum perutnya kian buncit. Setidaknya, dia ingin menanamkan sikap bertanggung jawab sesegera mungkin di depan putranya.     

Andrea yakin Jovano sudah tau sebentar lagi dia akan memiliki adik. Bukankah mereka berdua saling terhubung? Maka, Andrea tak perlu susah payah mencari kalimat mengabarkan hal itu ke putranya. Toh, tampaknya sang bocah tidak keberatan.     

King Zardakh menginginkan pernikahan diadakan Minggu depan. Andrea sempat kaget karena itu terlalu mendadak.     

Tapi karena King Zardakh bukan manusia, dan dia punya kuasa, maka bukan hal mustahil untuk mewujudkan pernikahan Minggu depan.     

Bahkan sang Raja meminta agar Giorge pindah ke hunian Andrea saja. Tapi sejurus kemudian, King Zardakh mengusulkan Andrea membeli rumah baru yang lebih luas dan besar karena akan hadirnya banyak anak-anak nanti.     

"Rumah di mana, Beh?" tanya Andrea saat sang ayah mampir ke kantornya.     

"Haha! Urusan seperti itu bagai menjentikkan jari, bukan? Tak sampai besok pasti Ayah akan temukan lokasi yang tepat untuk kalian." ucap King Zardakh percaya diri penuh.     

"Kenapa Andrea dan Jovano tidak pindah ke apartemen saya saja, Tuan?" Giorge juga ada di ruangan itu.     

Raja Incubus gerak-gerakkan telunjuk, tanda tidak setuju. "Lebih banyak yang menjaga Andrea dan Jovano, lebih baik, kan?"     

Giorge pun manggut-manggut setuju. Ia memaklumi King Zardakh sebagai ayah yang protektif pada putrinya. Ia sudah mendengar cerita masa lalu Andrea yang dikejar-kejar akan dibunuh hanya karena hamil Jovano. Tak heran King Zardakh ingin keamanan yang sempurna bagi sang putri.     

"Kalau saja Myren sekeluarga bersedia pindah, hidup bersama Andrea, maka aku akan lebih tenang lagi." Begitu yang sering diucapkan King Zardakh. Alhasil Myren melolong menolak tegas.     

"Andrea tidak selemah itu, Bapak bodoh!" Demikian jawaban Myren setiap mendengar ayahnya mengeluarkan wacana tentang mereka semua hidup satu atap. "Kalau kau begitu cemas pada Andrea, kenapa kau tidak tinggal dengannya?"     

Dan kalimat itu berhasil membungkam King Zardakh.     

"Ah! Aku baru saja dengar info anak buahku." ucap King Zardakh tiba-tiba setelah mereka terdiam beberapa menit. Sepertinya sang anak buah Tuan Raja memberikan informasi melalui telepati. "Ada mansion bagus dan besar di daerah Nishi Azabu."     

"Mansion?" beo Andrea.     

Ayahnya mengangguk. "Nanti akan aku tengok dulu." Kemudian Beliau berdiri dari duduknya. "Ayah lihat ke sana dulu sekarang. Kau, dan Giorge, lekaslah kalian pergi ke butik untuk memilih baju pernikahan. Waktu kita tak banyak."     

"Ya, itu kan berkat elu, Beh!"     

King Zardakh terbahak sebelum menghilang.     

Andrea berpandangan dengan Giorge. "Ya udah, ayok ke butik. Atau minta panduan Kak Myren aja, yah! Bentar gue telpon dulu dia."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.