Devil's Fruit (21+)

Pasca Trauma Pada Ivy



Pasca Trauma Pada Ivy

0Fruit 694: Pasca Trauma Pada Ivy     
0

Hingga malam menjelang di hari berikutnya di Alam Cosmo, perut berlubang Giorge belum juga bisa merekat satu sama lain untuk menutup. Napas sang vampire juga mulai muncul satu dan satu.      

Shona tidak pernah menjeda aliran tenaga Healer dia. Dia bahkan berkeringat dan Andrea rajin mengusap peluh di dahi bocah perempuan itu.     

Tapi kenapa kondisi Giorge seolah tidak mengalami kemajuan? Sedangkan tangan bercakar yang bersarang di dada kiri Giorge kian lama kian berubah warna, seolah menghitam dan seperti busuk.     

Andrea makin panik. Ia mondar-mandir di depan kamarnya, bertanya-tanya kapan sang ayah akan datang? Apakah begitu sulit mencari informasi untuk mengobati vampire yang terluka jantungnya?     

Di tempat lain, Jovano masih terus menemani Ivy bersama dengan para bocah lainnya. Namun, Ivy masih terus bungkam dan menenggelamkan diri di pelukan kakaknya sambil dia duduk di tempat tidur.      

"Ivy, mau Aunty bikinkan apa?" Shelly muncul setelah kemarin sore diboyong Andrea ke Cosmo bersama batitanya dan ia mendekat ke Ivy yang tertunduk menyembunyikan wajahnya. Ibunda dari Gavin ini tau bahwa Ivy belum mau makan sejak datang ke Cosmo.     

Sayangnya, Ivy tetap terdiam. Shelly saling pandang dengan Jovano, dan Jovano akhirnya menggeleng sedih, menandakan adiknya memang belum bisa diajak berkomunikasi sejak diselamatkan, bahkan menolak makanan yang disodorkan padanya.      

Shelly mengulum bibirnya, mencoba memahami perasaan Ivy yang tentu masih mengalami pasca trauma setelah disekap dan disiksa dalam tindakan ekstraksi hampir dua bulan lamanya.      

Mungkin memang Ivy butuh waktu untuk dibiarkan apa adanya dulu.      

Para bocah silih berganti masuk ke kamar Jovano dan melihat Ivy masih saja tidak bergerak dari pelukan si kakak. Lalu, mereka akan keluar.      

Jovano juga sedih jika adiknya seperti ini. Ia mengelus rambut sang adik yang hitam lebat sepunggung. "Ivy sayank… kau tidak capek duduk seperti ini terus? Bagaimana kalo tiduran? Rebah? Oke?"      

Sang kakak bergerak untuk melepaskan pelukan dan ingin merebahkan tubuh si adik.      

Namun, Ivy segera mencengkeram baju depan dan lengan Jovano, menolak niat Jovano.      

Jovano tidak memiliki pilihan lain selain kembali duduk dan memeluk adiknya. Ia harus terus berpikir untuk memahami kondisi kejiwaan sang adik. Oke, ini kondisi pasca trauma. Dia berharap Ivy lekas melaluinya. Ia tidak ingin adiknya sesuram ini.     

"Ahh, Ivy sayank… bagaimana kalau meminta Aunty Shelly memasakkan apa yang kau suka? Perkedel kornet? Sosis bakar? Kau suka itu, kan? Ayo kita makan itu! Oke?" tawar Jovano, sangat berharap bisa menggugah selera sang adik jika disebutkan beberapa makanan favorit Ivy.     

Ivy bukannya tergugah, dia justru mempererat pelukannya dan makin menyembunyikan wajahnya di dada Jovano.      

"Ivy… ini sudah sejak lama kamu nggak makan, ya kan?" Jovano mengerang pelan. Ia yakin, sejak Ivy diekstraksi, pasti tetua vampire tidak akan memberi makan pada adiknya. Inilah kenapa sang adik begitu terlihat lemah dan sangat kurus.     

Untung saja Ivy bukan manusia murni atau dia sudah akan menjadi mayat kering saat ini. Meski begitu, tetap saja Ivy terlihat sangat kurus dan lemah.      

"Ivy… ayo kita ke dapur sebentar untuk makan." Jovano masih membujuk.     

Adiknya menggeleng tanpa beralih dari dada Jovano.     

"Atau kau ingin dimasakkan Papa Dante? Dia biasanya memasakkan omelet kornet untukmu kan?" bujuk Jovano.      

Sekali lagi, Ivy menggeleng.      

Jovano pun mendesah akan gagalnya dia membujuk sang adik untuk makan. "Aku hanya tidak ingin melihatmu sakit, Ivy. Kamu itu kesayangan Kak Jo. Harapan Kakak sih, kamu mulai makan dan tidur untuk memulihkan kondisi kamu."     

Tapi Ivy tetap diam saja.      

Putra sulung Cambion pun menghela napas, tidak tau bujukan macam apa lagi yang harus dia ucapkan agar si adik tidak begini terus.      

Ibunya, Andrea, memang sudah memberikan pil obat untuk Ivy agar si bocah memulihkan semua luka dalam dan menambah tenaganya, tapi bagi Jovano, makan makanan asli tentu lebih memuaskan dan mengenyangkan ketimbang hanya berbentuk pil kecil saja.     

Di luar pondok hunian, malam ini begitu banyak bintang di Alam Cosmo, seolah lebih banyak dari biasanya. Langit begitu penuh akan kerlipan kecil, indah sekali.     

Sayang sekali, keindahan itu berbanding terbalik dengan suasana di dalam pondok.      

Semua orang sama-sama lelah dan sedih. Meski mereka sudah memakan buah energi roh, namun kesedihan ternyata juga menguras tenaga.      

Anggota Tim Blanche terdiam lesu di sekitar pondok. Ada yang duduk di bangku depan pondok, ada yang di ruang makan dan menatap kosong yang dihidangkan Shelly di sana, ada yang berdiri diam di tempat lain dengan wajah sedih.     

Kondisi menyedihkan dari Ivy dan juga ayahnya, Giorge, sangat memukul mereka. Apalagi ketika tau bahwa Giorge belum juga membaik setelah dua hari Shona memberikan Healer tanpa henti.      

Mereka menyelesaikan pertempuran dengan pasukan vampire sejak siang menjelang sore dan ini sudah larut malam di hari kedua di Cosmo usai perang. Pengaturan waktu di Alam Cosmo dan Alam Bumi dibuat sama oleh Andrea untuk memudahkan ini dan itunya.     

"Ivy belum mau bicara?" tanya Voindra di ruang makan. Ia menggenggam segelas coklat hangat yang dibuatkan Shelly.      

"Jangankan bicara, menoleh menatap kami saja dia tidak mau." Kuro mendesah sambil rebahkan kepalanya di meja.      

"Dia sedang mengalami pasca trauma." Shelly menimpali obrolan para bocah.      

"Apa itu pasca trauma, Bibi?" tanya Kuro setelah mengangkat kepalanya.     

"Itu adalah keadaan setelah mengalami trauma, atau kondisi yang menyakitkan dan membuat syok berat pada seseorang." Shelly menjelaskan.      

"Apakah pasca trauma itu lama, Bibi?" Kuro masih ingin tau.      

"Itu semua tergantung masing-masing orang, Kuro. Ada yang cepat melewatinya, ada juga yang lambat. Selain tergantung pribadi orangnya, juga memerlukan bantuan dari orang di sekeliling dia untuk melewati ini." Shelly makin menjabarkan dengan bahasa sesimpel mungkin agar Kuro paham, karena bocah hybrid itu bukan berasal dari Alam Bumi.     

"Lalu, bagaimana caranya agar kita bisa membantu Ivy sebagai orang yang sedang mengalami pasca trauma?" Kuro belum menyerah akan rasa penasarannya. Dia juga merasakan hatinya nyeri melihat kondisi Ivy yang begitu rupa.     

"Yah, kita harus rajin mengajak ngobrol dengannya, memperhatikan dia, dan mendampingi dia." Shelly berharap apa yang dia sampaikan adalah benar, karena dia sendiri juga tidak mendalami ilmu psikologis.      

Shelly hanya memikirkan seandainya ada orang terdekat dia mengalami itu, maka usaha apa yang akan dia lakukan.     

"Aunty sedang apa?" tanya Vargana.      

"Membuat perkedel kornet dan nasi goreng sosis untuk Ivy. Siapa tau dia akan tergugah seleranya jika menghirup aroma makanan favorit dia dan mau makan setelah berhari-hari disekap." Shelly mulai menuangkan nasi goreng panas ke piring lebar warna putih.      

"Ayo kubantu membawakan ke Ivy, Bibi!" Kuro menawarkan diri.     

Berempat dengan Voindra dan Vargana, mereka masuk ke kamar Ivy, masih melihat bocah itu dalam dekapan kakaknya.      

"Ivy, lihat apa yang kami bawa! Ini baunya enak sekali!" Kuro masuk membawa piring nasi goreng.     

Namun, tiba-tiba saja Andrea muncul di sana dan berseru ke putrinya, "Ivy, Poppa memanggilmu, ingin bertemu denganmu! Ayo!"      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.