Devil's Fruit (21+)

Ra dan Fro Tidak Sanggup



Ra dan Fro Tidak Sanggup

0Fruit 566: Ra dan Fro Tidak Sanggup     

"Nyonya, kau serius? Tsk! Sepertinya panggilan nyonya juga kurang sesuai denganmu. Oke, aku panggil kau Bos saja!" Bara menatap serius ke Andrea. "Bos, kau serius?"      

Sementara, Froze masih diam dan mengamati seperti biasanya.      

Andrea mengangguk. "Aku masih punya cambuk api. Dan karena anakku ini sangat suka berlatih pedang, maka sepertinya kalian akan cocok menjadi pedang untuk dia. Gimana, kalian setuju?"      

Meski Andrea adalah majikan kedua pedang elemen itu, namun dia masih menanyakan terlebih dahulu kesediaan duo pedang itu.      

Bara menatap Jovano dari atas sampai bawah, meneliti tiap jengkal tubuh Jovano, mengelilingi bocah 11 tahun jangkung itu dengan pandangan menyelidik. "Bocah... kau..."      

Mereka terdiam ingin tau penilaian Bara.      

Jemari tangan Bara mengusap-usap dagunya seraya terus meneliti Jovano. "Kau... kau tampan sekali! Oh astaga! Kau masih sebocah ini saja sudah tampan begini, apalagi jika kencingmu sudah lurus!"      

Plakk!     

Lekas saja sebuah tamparan menghampiri kepala Bara. Pelakunya siapa lagi kalau bukan Froze. Dia yang paling berani melakukan hal-hal demikian pada si pedang api. "Jangan bicara omong kosong!"      

Bara mendelik kesal melihat wajah rekannya yang seolah tidak memiliki rasa bersalah telah menampar kepalanya. "Es sialan! Tidak bolehkan aku memuji anak Bos? Dia memang tampan, kok! Apa yang membuat kau ribut dan menamparku, heh?"      

"Kau pedang rendahan, hanya mengejar semua pria tampan saja! Cih!" Froze membuang pandangannya.      

"Huh! Siapa suruh kau terus menerus menolak cintaku! Yah, tentu saja aku akan mengejar lelaki lain kalau kau tidak menerima aku!" Ucapan lugas Bara seketika membuat semua yang di situ hanya bisa melongo.      

Froze menyadari kekagetan semua orang dan wajah seputih saljunya mendadak ada rona merah muda sangat tipis. "Bo-bodoh! Kau memang pedang bodoh tak bermoral yang hanya bisa omong kosong!" Ia sudah hendak pergi daripada makin emosi karena Bara.      

Namun, tangan Andrea udah menahan lengan Froze. "Jangan pergi dulu, Fro. Kalian belum memberikan jawaban ama pertanyaan aku tadi. Ayo, dong... pada jawab dulu, lah!"     

Froze menarik napas dalam-dalam dan hembuskan perlahan, menyebabkan Andera sedikit merasakan hawa beku di dekatnya. "Aku ikut saja apa katamu, Nyonya."      

"Aku tentu saja mau jadi pedang anak Bos! Nah, nah, bocah tampan, jadikan aku satu-satunya pedangmu saja, yah! Tak usah perdulikan dia, dia itu tidak sekuat aku! Percayalah!" Bara membujuk Jovano dengan memprovokasi Froze.      

"Pedang tak bermoral!" geram Froze dengan suara dalam. Bara malah menyeringai nakal. Menggoda si pedang es adalah sebuah hobi dia sejak jaman dahulu kala.      

Jovano tersenyum dan berkata, "Kalau Mommy memintaku memiliki kalian berdua, tentu aja aku akan laksanakan itu. Tapi... sebelumnya, ubah dulu wujud kalian ke asli dan aku akan menimbang apakah kita cocok satu sama lain."      

"Tentu saja cocok!" pekik Bara sambil merubah wujudnya sendiri menjadi sebuah pedang berbilah merah dan bersarung merah pula.      

Froze tanpa kata dan ikut merubah wujudnya juga. Sebuah pedang berwarna putih semburat biru samar pun muncul.      

Mereka kini tergeletak di meja.      

Jovano mendekat dan kemudian memegang Pedang Api di tangan kiri dan Pedang Es di tangan kanan.      

Tepp!      

Kedua pedang dipegang secara bersamaan oleh Jovano.      

Namun, belum ada lima detik, Pedang Api sudah menjerit dan melesat dari tangan Jovano. Froze pun demikian meski tidak memekik seperti Bara.      

"Auhh! Auhh! Auhh! Tidak! Uffhh!" Bara si Pedang Api sampai mengusap-usap lengannya yang telanjang seolah dia baru saja dibakar.      

Froze yang sudah kembali ke wujud manusia tampak tenang meski beberapa butir keringat dingin meleleh di tepi wajahnya yang tampan.      

"Ehh? Ada apa? Kalian kenapa?" Andrea jadi kebingungan melihat kedua pedang elemen itu justru lari dari genggaman Jovano. Sementara itu, si putra sulung malah tersenyum kecil penuh arti.      

"Bos! Anakmu... anakmu sehari-harinya makan apa, sih? Kenapa dia mengerikan begitu?" Bara langsung saja berkoar menyuarakan apa yang ada di benaknya.      

Sang Cambion makin heran. "Memangnya kenapa dengan anakku, Ra? Apa yang kalian rasain dari dia?"      

"Kekuatan Tuan Muda Jovano sangat aneh, dan juga sangat tirani di tubuh kami." Froze menyahut menggantikan Bara yang masih terus mengusap-usap lengan telanjangnya bagai benar-benar kesakitan. "Sini kau, pedang bodoh!" Pria es itu menarik lengan Bara dan menyalurkan hawa sejuk ke lengan itu agar terasa nyaman.      

"He he... udah aku duga." Jovano meringis.      

Andrea menoleh ke sang putra. "Duga apaan, Jo? Kamu apain mereka?"      

Jovano angkat dua bahunya, santai. "Seperti Mommy lihat, kan? Aku cuma memegang mereka, tidak lebih."      

"Sepertinya kekuatan Jovano tidak bisa mereka tahan." King Zardakh memberikan asumsi. Yang lain pun tercengang.      

"Adik Jo sekuat itu? Sampai Ra dan Fro pun menyerah?" Kuro turut bersuara dengan heran. "Padahal Ra dan Fro sangat kuat!"      

"Memangnya, apa kekuatan yang dimiliki Tuan Muda Jovano?" Raja Naga Heilong juga tak bisa menahan diri untuk bertanya.      

"Kekuatan di tangan kirinya adalah kekuatan api murni neraka yang sanggup membakar dewa dan malaikat. Sedangkan di tangan kanan Jovano ada kekuatan cahaya dari surga yang bisa membakar iblis apapun dan melukai Kaisar Iblis dengan parah," papar King Zardakh memunculkan pekik kaget anggota kelompok Andrea di situ.      

"Astaga! Mengerikan!"      

"Sungguh tirani!"     

"Pantas saja Ra dan Fro tidak kuat menahannya..."      

"Tuan Muda masih sekecil itu namun sudah memiliki kekuatan yang bisa mengguncang langit dan bumi!"      

"Benar-benar layak sebagai anak dari Nyonyaku!"      

"Noni Putri sungguh beruntung memiliki anak sehebat Jo."      

"Aku harap aku tidak bermusuhan dengannya."      

"Ya, aku pun demikian. Tidak akan memiliki permusuhan apapun dengan Tuan Muda Jo meski dipaksa sekalipun!"      

Jovano tertawa kecil mendengar opini masing-masing di pondok. "Kalian... ha ha ha... tak perlu ketakutan begitu padaku. Aku takkan melukai kalian karena kalian adalah teman-teman baik dari Mommy."      

"Ohh, syukurlah aku berteman baik dengan Nyonya Andrea." Gazum mengelus bulu dahinya. "Bocah, berjanjilah jangan jadikan aku burung panggang, oke?" Ia menatap serius penuh harap ke Jovano.      

"Yah... itu tergantung apakah Paman Gazum lezat atau tidak jika dipanggang," goda Jovano sambil menyeringai seolah sedang membayangkan daging Gazum.      

Segera saja burung rajawali itu menutupi dirinya menggunakan sayap lebarnya. Matanya melotot ngeri. "Tidak! Aku ini tidak enak! Dagingku sudah alot! Aku sudah sangat tua, bocah! Jangan incar aku!"      

"Tenang saja, Paman Rajawali... Daddy aku memiliki cara untuk membuat daging alot menjadi empuk, kok. Ya, kan Dad?" Jovano menoleh ke ayahnya.      

Dante lekas usap gemas rambut di puncak kepala anaknya. "Jangan menggoda Paman Gazum seketerlaluan begitu, Jo. Kalau dia mendadak sakit jantung, tentu akan merepotkan, bukan?"      

Gazum terhenyak. "Tuan... Tuan, kau... tega sekali..." Wajahnya pun suram.      

Sedangkan orang lain malah terbahak mengetahui Dante justru menambahi godaan untuk Gazum.      

"Baiklah, sepertinya Ra dan Fro tidak bisa ikut aku kecuali mereka bisa berevolusi lebih baik lagi." Jovano berkata sambil tersenyum ke duo pedang elemen.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.