Devil's Fruit (21+)

Hari Bersantai



Hari Bersantai

0Fruit 586: Hari Bersantai     
0

Keesokan harinya, semua tim sudah berkumpul di aula benteng setelah mereka dibangunkan dengan sirene.      

"Tim 51 sampai Tim 100, nanti kalian ikuti Panglima Ronh ke hutan. Tim 1 sampai Tim 50 ada di sini untuk berlatih dibawah pengaturan Panglima Kenz." Suara Myren menggelegar.      

"SIAP!" semua prajurit Iblis serempak menjawab.      

"Tim Blanche masih harus tetap berlatih di benteng." Myren ganti menatap barisan Tim Blanche.      

"Siap!" Tim Blanche pun serempak menjawab keras tak mau kalah dari kekompakan prajurit Iblis.      

Maka, sesuai yang ditetapkan oleh Myren, Tim 51 sampai 100 ikut Panglima Ronh terbang ke arah hutan, sedangkan Tim 1 sampai 50 ikut Panglima Kenz di depan benteng.      

Pelatihan untuk prajurit Iblis masih sama, hanya dilakukan tim yang berbeda. Yang di hutan tetap dengan acara menebang pohon hingga nanti menghancurkan pohon. Sedangkan di depan benteng, pelatihan yang diberikan Kenzo sama seperti kemarin untuk Tim Iblis.      

Sedangkan bagi Tim Blanche, mereka berlatih dengan dumbel seperti kemarin, hanya kali ini dengan gerakan berbeda.      

"Tekuk dulu siku kalian sambil pegang dumbel. Seperti ini!" Kenzo mulai mencontohkan gerakan latihan untuk Tim Blanche. "Lalu... angkat ke atas tangan kalian, kemudian turunkan pelan-pelan, dan angkat cepat ke atas lagi. Seperti ini bergantian kanan dan kiri. Mengerti?"      

"Mengerti!" sahut Tim Blanche. Mereka sudah memegang dumbel berbobot seperti yang kemarin mereka dapatkan.      

"Untuk Gazum, kau bisa menyamakan gerakan seperti mereka karena sayapmu bisa diangkat ke atas. Sedangkan untuk Sabrina dan Noir, kalian berbaring rebah menghadap ke atas, dan aku akan berikan sarung beban untuk kalian seperti kemarin. Angkat beban sambil kalian rebah. Paham?"      

"Paham, Panglima." Noir dan Sabrina menjawab bersamaan. Dan kemudian setelah Kenzo menciptakan lempengan kayu untuk tempat rebah kedua big cat, mereka pun merebahkan diri dan menghadap ke langit dengan posisi kedua kaki depan siap melakukan gerakan.      

"MULAI!" teriak Kenzo.      

Maka, seperti biasa, mereka bisa melakukan latihan ini secepat yang mereka inginkan karena ada kalung penghitung otomatis.      

Di hutan, Tim 51 hingga Tim 100 sibuk mengayunkan tangan mereka untuk menebang kayu menggunakan kapak berukuran cukup kecil bagi mereka.      

Namun anehnya, mereka bisa lebih cepat menebas pohon pinus dibandingkan kelompok yang kemarin di sini.      

"Kalian harus tau, tim yang kemarin di sini, mereka menebas pohon ini jauh lebih lama ketimbang kalian. Tau kenapa?" tanya Panglima Ronh pada para prajurit.      

"Tidak, Panglima." Serdadu Iblis menjawab serempak.      

"Karena kalian kemarin sudah melatih keras otot tangan kalian!" seru Panglima Ronh dengan suara berwibawa. "Siapapun yang berhasil mengumpulkan pohon terbanyak, akan mendapatkan hadiah Inti Kristal. Akan kupilih 10 yang paling banyak menebang!"      

Para serdadu itu pun bersorak penuh antusias dan mulai gila-gilaan mengayunkan kapak mereka. Benar saja, ayunan lengan mereka jadi lebih mantap dan kuat.      

Di depan benteng pun demikian. Para serdadu yang kemarin sudah seharian berurusan dengan pohon pinus dan kapak, sama sekali tidak merasakan tekanan ketika melakukan gerakan Jab, Hook, dan Uppercut sebanyak 2.000 repetisi di masing-masing tangan. Mereka berhasil melakukannya lebih cepat dari tim yang kemarin.      

Ternyata latihan keras hari kemarin sudah bisa menampakkan hasilnya. Lengan mereka lebih kuat dan tangkas.      

Kegiatan latihan Tim Blanche usai jam istirahat tengah hari pun hanya berlari seperti kemarin.      

Latihan itu dilakukan selama enam hari.      

Dan di hari ketujuh, mereka diijinkan untuk beristirahat dan bersantai sehari penuh. Mereka bebas pergi kemanapun asalkan memakai anting komunikasi agar mudah dicari bila diperlukan.      

Hari ketujuh itu digunakan bocah-bocah Tim Blanche untuk berkeliaran di luar benteng dan mengeksplorasi Alam Schnee meski tidak boleh terlalu jauh.      

"Woaahh... lihat, ada hutan!" seru Kuro ketika mendapati sebuah hutan setelah berjalan sekian waktu dari benteng.      

"Aneh juga hutannya." Jovano berkata sambil kerutkan kening.      

"Aneh bagaimana, Dik Jo?" tanya Kuro penasaran.      

"Lihat, dahan-dahan pohon itu sama sekali tidak tertutupi oleh salju. Harusnya mereka semua tertutup salju karena ini kan tempat bersalju. Aku curiga..."      

"Curiga apa?" Shiro ikut bicara.      

"Curiga kalau ini hutan tempat tentara Iblis berlatih sehari-hari." Jovano mengusap dagunya yang mulus tak ada jenggot.      

"Sepertinya dugaanmu itu benar, Jo." Zevo maju berbicara. "Ingat, Tante Myren selalu mengatakan saban pagi bahwa 50 tim pasti akan bergiliran pergi ke hutan bersama Om Ronh."      

"Ya, pasti mereka berlatih di sini!" seru Vargana sambil membayangkan dia berayun-ayun di antara pohon pinus dengan sikap mengesankan bagai Lara Croft.      

"Kira-kira latihan macam apa yah yang mereka lakukan di sini?" Gavin menyentuh pohon pinus di depannya.      

"Berayun dari satu pohon ke pohon lainnya?" Vargana mencoba menuang keluar isi pemikirannya.      

"Memangnya mereka monyet, Kak? Ada-ada saja." Voindra terkikik menanggapi opini sang kakak.      

"Heehh... tentu saja memakai tali atau sejenisnya, Voi cengeng."      

"Aku tidak cengeng!" Voindra cemberut menatap kesal ke kakaknya yang menggoda.      

"Tentu saja kau cengeng. Kau cengeng dan manja." Vargana makin bersemangat meledek adiknya.      

"Tidak! Tidak! Tidak!" jerit Voindra makin kesal. "Aku sudah tidak cengeng dan manja!"      

"Va, jangan goda adikmu lagi." Jovano meraih Voindra dan mengelus-elus pipi chubby si bungsu yang wajahnya memerah karena malu dan juga marah. "Voi sekarang sudah lebih kuat dan hebat. Iya, kan Voi?" Jovano menatap lembut ke sepupunya.      

Voindra mengangguk senang, matanya berbinar menatap Jovano. Baginya, Jovano memang paling baik dan tampan! Ia sangat menyukai sepupunya itu. Jovano selalu saja bisa membuat siapapun merasa senang jika berdekatan dengannya.      

"Hei, hei, bagaimana kalau kita berayun dari satu pohon ke pohon lain?" ajak Kuro.      

"Tidak mau! Aku tidak ingin tampak konyol seperti monyet!" seru Voindra.      

"Ha ha ha! Ayo! Siapa takut!" Vargana menyahut penuh antusias atas ajakan Kuro.      

"Hei putih, kau juga ikut! Jo, ikut juga, yah!" Kuro mengajak.      

"Huh! Atas dasar apa aku harus menurutimu dan ikut ajakanmu?" Shiro mendengus disertai tampang keras kepala.      

"Atas dasar aku ini kakakmu dan kau pasti tak bisa menandingiku dalam hal berayun!" jawab Kuro usil.      

"Enak saja! Aku yang kakak dan kau adik!" seru Shiro mulai terpancing.      

"Posisi kakak hanya ditentukan jika memenangkan lomba berayun ini! Ha ha ha!" Kuro segera mengubah wujudnya menjadi seekor ular hitam sebesar tiga kali paha orang dewasa.      

Shiro geram dan ikut mengubah wujudnya menjadi ular putih bertanduk sama besarnya dengan Kuro.      

Jovano dan yang lainnya menatap takjub pada wujud asli mereka.      

"Cantik..." gumam Jovano tanpa sadar.      

"Hei! Tunggu aku!" Vargana pun mengeluarkan tali favoritnya yang sudah dia simpan di cincin ruangnya. Ia lecutkan tali itu bagai sebuah cambuk untuk membelit dahan terdekat pohon pinus, dan kemudian menarik tali hingga tubuhnya bisa terdorong maju dan berayun setelah mengeluarkan tali lainnya di tangan satu lagi.      

"Sepertinya aku tidak pintar berayun seperti mereka, ha ha ha!" Jovano menggaruk pipinya sambil tertawa dan jujur. "Bagaimana kalau kita bertanding siapa yang lebih cepat merobohkan pohon saja, Zev?"      

Zevo menatap ke Jovano dengan mata berbinar. "Usul yang bagus. Ayo lakukan dengan tendangan!"      

"Oke, aku takkan kalah dalam hal menendang darimu, Zev." Jovano ikut membara. Kemudian, dia menoleh ke Gavin. "Kau ingin ikut juga, Gav?"      

Gavin tentu saja mengangguk. Apapun yang dilakukan oleh Jovano, dia selalu ingin ikut juga. Bagi dia, Jovano adalah panutannya, idolanya.      

"Apa kau ingin ikut begitu juga?" tanya Voindra ke Shona.      

"Tsk, buang-buang waktu saja. Kita diberi waktu sehari untuk istirahat dan santai, untuk apa malah berlatih lagi? Sungguh konyol." Shona menyenderkan tubuhnya di pohon pinus terdekat. Ia sama sekali tidak berminat untuk membuat lelah tubuhnya hari ini.     

Voindra mengangguk. "Benar juga. Untuk apa kita malah capek-capek lagi selama hari istirahat kita!" Dia ikut senderkan punggungnya ke batang pinus, seperti Shona. "Kira-kira, apa yang sedang dilakukan para orang dewasa, yah? Mereka sungguh betah di kastil!"      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.