Devil's Fruit (21+)

Voindra Memberontak



Voindra Memberontak

0Fruit 579: Voindra Memberontak     
0

Mendengar perkataan tegas ibunya, rasanya Voindra ingin menangis saja. Ups! Ternyata dia sudah mulai terisak. Ia tidak menyangka akan mendapat sikap serius ibunya.      

Sedangkan Myren, dalam hatinya agak menyesali terlalu memanjakan si bungsu. Ia melirik sulungnya, Vargana, yang masih patuh pada hitungan yang disuarakan Kenzo meski wajahnya juga merah padam, namun si sulung tetap diam dan melakukan yang diperintahkan.      

Bahkan Myren iri melihat tekad kuat Gavin yang seumuran dengan Voindra yang berusaha terus melaksanakan latihan ini meski itu pasti berat untuk bocah umur 7 tahun. Namun, karena Myren tau fisik mereka bukan fisik manusia, maka ia yakin semua bocah-bocah itu akan bertahan hingga akhir.      

Isakan tangis Voindra makin keras. Myren terpaksa menepikan bocah rambut pirang yang manis itu keluar dari barisan agar tidak mengganggu anggota tim lainnya.      

"Ayo, lakukan di sini sesuai kecepatan yang kau mampu, Voi. Ini adalah kebaikanku. Yang penting kau mencapai hitungan ke seratus! Cepat! Jangan menangis! Kau akan lebih letih kalau sambil menangis begitu!" tegas Myren pada Voindra yang sudah digiring ke sudut lain.      

Kenzo dan yang lainnya melirik ke arah Myren yang sedang menangani anak bungsunya di sana, tak jauh dari mereka. Meski kasihan pada Voindra, mereka tidak bisa berbuat apa-apa.      

Myren yang sadar sedang ditatap semua orang, lekas menoleh ke mereka dan berseru. "Kalau kalian tidak menyelesaikan hitungan dengan benar, jangan harap dapat Buah Energi Roh setelah ini!" teriaknya ke arah pasukan tim di depan benteng.      

Para anggota tim berjengit kaget dan mulai fokus kembali pada latihan mereka dan menyamakan kecepatan gerakan sesuai dengan hitungan dari Panglima Kenz.      

Pada anaknya sendiri saja Myren bisa sekeras itu, apalagi pada mereka yang bukan anaknya. Terlebih lagi, hadiah Buah Energi Roh begitu menggiurkan. Itu seakan memacu semangat mereka.      

"Iblis sembilan ratus tiga puluh satu! Ayo loncat lebih tinggi lagi! Jangan lembek! Blanche sembilan puluh! Sedikit lagi, Blanche!" teriak Panglima Kenzo.      

Sementara itu, hitungan Voindra masih tujuh puluh sembilan. Myren mengawasinya secara langsung.      

"Ayo, Voi! Lekas lakukan! Selesaikan sampai seratus atau jangan berharap akan Buah Energi Roh!" seru Myren menyemangati anaknya.      

"Tidak! Tidak mau! Aku tidak mau begini!" teriak Voindra membalas sambil menangis dan gelengkan kepala. "Badanku sakit semua! Mama menyakiti aku!"      

Usai berteriak penuh frustrasi begitu, Voindra pun berlari ke sembarang arah menjauhi benteng. Ia tidak lagi memerdulikan berapa hitungan yang sudah dia capai. Dia sudah tidak sanggup.     

"Voi!" Myren memanggil si bungsu, tapi diabaikan. Terpaksa dia melesat terbang ke putri manjanya dan menghentikan Voindra. "Kau masih bisa berlari, bukan? Maka aku asumsikan kau masih punya tenaga."      

"Aku tidak perduli! Aku ingin keluar dari sini! Ini kegiatan tolol! Aku tak mau!" sembur Voindra sambil menangis keras.      

Tepp!     

Terpaksa Myren meraih tubuh ringan Voindra dan membawanya terbang ke atap Kastil Blanche.      

Di tempat datar dari batu kokoh itu, Myren menurunkan Voindra. Gadis itu ingin berlari tapi tak tau mana tangga untuk turun. Sedangkan dia terlalu takut untuk melompat ke bawah.      

Maka, yang bisa dilakukan bocah pirang itu hanyalah duduk sambil menangis.      

Sementara itu, di bawah, Panglima Kenz masih memberikan hitungan pada seluruh anggota. "Iblis sembilan ratus tujuh puluh dua, Blanche seratus!"      

Begitu kata seratus diserukan Panglima Kenz, seluruh Tim Blanche langsung mendesah kuat seolah beban sudah terlepas dari mereka.      

Banyak anggota Tim Blanche langsung menjatuhkan diri ke bawah begitu saja untuk melepas semua penat di sekujur tubuh, terutama area kaki.      

Namun, Kenzo lekas saja mengerahkan kekuatan magisnya dan memberikan lempengan kayu setebal 30 sentimeter di bawah Tim Blanche sehingga ketika mereka menjatuhkan diri, tidak langsung bertemu dengan salju.      

"Kalian ini..." Kenzo hanya bisa mendesah melihat kelakuan Tim Blanche yang seenaknya tanpa memikirkan keselamatan diri sendiri.      

Anggota Tim Blanche lekas berterima kasih ke Kenzo yang baik hati memikirkan mereka dengan menghadirkan lempengan kayu sehingga mereka bisa rebah lebih nyaman usai melakukan Squat.      

"Haaahh... akhirnya selesai juga..."     

"Aku tak mengira selelah ini meski hanya jongkok berdiri saja..."     

"Baru kali ini aku menyukai angka seratus!"      

"Sepertinya aku sudah tidak bisa merasakan kakiku lagi! Kakiku! Apakah mereka hilang?!"     

"Gazum, berhenti bicara hiperbolis! Kakimu masih ada... hanya lebih pendek sekarang."      

"Tu-Tuan Dante! Benarkah?! Kakiku! Kaki indahkuuuu!!!"      

Mereka saling berceloteh dan bercanda sambil rebahkan tubuh di atas lempengan kayu. Sekarang Tuan Nephilim sudah bisa melontarkan satu dua candaan untuk menggoda anggota Tim Blanche.      

Tak lama kemudian, pasukan Iblis yang melakukan Squat Thrust juga telah menyelesaikan hitungan seribu mereka. Namun, tak ada yang berani menjatuhkan diri seperti yang dilakukan anggota Tim Blanche.     

Mana mungkin Kenzo berbaik hati menciptakan lempengan kayu untuk melindungi mereka dari salju? Panglima-Panglima mereka sama kejamnya dengan sang Jenderal ketika sedang melatih pasukan.      

Andrea menoleh ke arah atap kastil. Ada Myren dan Voindra di sana. Ingin pergi ke atap untuk menenangkan Voindra, tapi dia yakin kakaknya akan melakukan itu, dan jauh lebih mampu ketimbang dia yang hanya seorang bibi.      

Di atap kastil, Myren duduk menyebelahi Voindra yang sudah agak tenang dari tangisnya. Ia melirik bungsunya yang duduk memeluk kedua lutut dan dagunya menyentuh lutut.      

"Mana mungkin aku ingin menyakitimu, Voi. Itu mustahil."     

"Tapi Mama begitu bersikeras aku melakukan itu!"      

"Semua ada maksudnya. Yaitu... membuatmu lebih kuat."      

"Selalu itu! Selalu itu yang Mama ucapkan! Aku bosan! Kenapa harus lebih kuat? Aku tak suka! Itu hal yang bodoh!"      

"Voi sayank... tidakkah kau berpikir bahwa suatu hari nanti... bisa saja Mama dan Papa mati. Bisa karena usia tua atau terbunuh di medan perang."      

Mendengar lantunan kalimat bernada lembut dari ibunya, kepala pirang gelap Voindra lekas menoleh ke Myren. Ia termangu sejenak. Mama dan Papanya mati? Mereka mati?      

Kepala pirang gelap Voindra menggeleng kuat-kuat lalu mulai terisak. "Tidak! Tidak boleh! Mama dan Papa tidak boleh mati! Tidak boleh! Uhuhuuu..." Ia pun menerjang ibunya dan membenamkan wajah di dada sang ibu. Ia tidak suka membayangkan jika kedua orang tuanya mati. itu suatu hal... sangat mengerikan bagi si bocah.      

Myren mengelus-elus kepala pirang gelap Voindra disertai senyum menghias bibirnya. Ia memeluk putrinya sampai sang anak mau melepaskan pelukannya dan duduk tenang di samping si ibu.      

"Voi... meski kita para Iblis diberikan usia sangat panjang dan mungkin bisa dikatakan abadi, namun kita masih bisa musnah karena penyakit atau karena dibunuh. Tak ada yang bisa memprediksi masa depan dan kematian. Yah, walaupun ada sihir untuk itu, tapi... lupakan, itu sihir yang mengerikan." Myren mulai bicara.      

Voindra di sampingnya diam tak menyahut. Isakan tangisnya juga sudah mulai berhenti dan duduk memeluk lutut seperti sebelumnya.      

"Kau tau kenapa Mama berkata seperti itu padamu?" Myren menoleh sebentar ke bungsunya. "Karena Mama mengalami sendiri itu."     

Voindra balas menatap ibunya dengan raut kaget.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.