Devil's Fruit (21+)

Masa Lalu Myren



Masa Lalu Myren

0Fruit 580: Masa Lalu Myren     
0

"Sebagai anak keturunan Centaur, Mama dididik sangat keras oleh ibuku. Dia wanita Centaur yang sangat kuat dan menjadi idolaku. Ketika usia Mama lima tahun, Ibu membawa Mama ke Hutan Kegelapan di Kerajaan kakekmu. Itu adalah hutan paling menakutkan bagi banyak bangsa Iblis. Di hutan itu, Mama harus berjuang dan bertahan hidup ditengah-tengah segala macam marabahaya. Terkadang ibuku meninggalkan aku begitu saja di hutan dan membiarkan monster-monster mengerikan mendatangi Mama. Menjerit dan berteriak sekuat apapun, ibuku tidak akan datang."     

Voindra menatap tak percaya pada apa yang disampaikan sang ibu.      

"Dengan begitu, akhirnya Mama melatih diri, menempa tubuh Mama agar kuat dan bisa melawan para monster ganas yang mendekati Mama. Namun, karena Mama tidak sabar, Mama melarikan diri keluar dari hutan ketika tidak berhasil mengatasi seekor monster raksasa. Ibuku marah dan Mama juga membalas dengan marah mengatakan dia tidak menyayangiku." Myren mengelus kepala sang anak.      

"Lalu... lalu bagaimana dengan... Nenek?" Voindra ingin tau.      

"Suatu hari, ketika Mama berumur 9 tahun, terjadi serangan dari Kerajaan lain dan itu cukup besar dampaknya. Ibuku... nenekmu... dia mengorbankan nyawanya untuk menyelamatkan Mama. Dia mati karena Mama tidak kuat, karena Mama tidak becus melawan Iblis yang menyerang Mama."      

Mata Voindra berkaca-kaca, namun dia masih tetap diam tidak menyela.      

"Sejak itu, Mama berpikir, karena Mama yang tidak kuat, makanya nenekmu mati. Andaikan Mama bertahan lebih lama di Hutan Kegelapan, mungkin Mama bisa melawan Iblis itu dan tidak perlu mengakibatkan kematian nenekmu. Mama menyesal..." Myren melirih di akhir kalimatnya.      

"Ma..." Voindra menggenggam tangan ibunya.      

"Mama menyesal tidak tumbuh lebih kuat sebelumnya. Mama menyesal... tidak berdamai dengan nenekmu hingga menjelang ajalnya. Mama memusuhi nenekmu semenjak keluar dari Hutan Kegelapan. Itu... itu adalah hal paling Mama sesali." Myren mengusap genangan air mata yang terkumpul di kelopak matanya agar tidak jatuh ke pipi.      

"Maaa..." Voindra mulai terisak sedih mengetahui cerita mengenai neneknya.      

"Setelah kejadian itu... Mama kembali secara sukarela ke dalam Hutan Kegelapan dan bertahan di sana selama 2 tahun lamanya untuk menempa diri menjadi kuat. Mama berpikir, dengan menjadi kuat... maka Mama bisa melindungi siapapun yang Mama sayangi. Dengan memiliki kekuatan, tidak akan ada yang bisa menindas kita. Kita yang akan menentukan hidup kita sendiri. Maka dari itu... Mama sangat berharap anak-anak Mama tumbuh kuat supaya kehidupan kalian baik dan tidak ditindas siapapun jika Mama dan Papa tidak ada lagi bersama kalian."     

"Mamaaa! Hiks! Hiks! Maaf, Ma... hiks!" Voindra menerjang ke pelukan Myren sambil menangis tersedu-sedu. Kini dia paham bahwa memperkuat diri memang sebuah keharusan bagi mereka. Selain untuk melindungi orang yang kita sayangi, juga untuk membentengi diri sendiri agar tidak ditindas siapapun.      

Setelah puas menangis, Voindra tersenyum pada ibunya yang sudah tersenyum lebih dulu ketika pandangan mereka saling bertemu.      

"Voi juga ingin lebih kuat! Voi ingin menjaga Mama dan Papa, agar kalian selalu bersama Voi!" cetus bocah cilik itu dengan wajah penuh tekad.      

"Terima kasih, sayank..." Myren mengelus pipi chubby anak bungsunya, mengusap sisa lelehan air mata di sana menggunakan ibu jari. "Mama percaya kau bisa lebih kuat melebihi Mama dan Papa. Nah, kami serahkan tugas melindungi kami padamu, sayank..."     

Voindra mengangguk sembari mengulum senyum. "Serahkan padaku, Ma! Ayo, Ma! Kita tuntaskan hitunganku yang terhenti tadi! Boleh?"      

Myren mengangguk lega. "Tentu saja boleh. Di sini saja, tidak apa-apa."      

Gadis bungsu itu pun mengangguk dan mulai berdiri dengan sikap kuda-kuda dan mulai melakukan Squat. Ia ingin kuat! Ia ingin melindungi Mama dan Papa! Ia tidak ingin kehilangan siapapun yang dia sayang!     

Ohh, juga termasuk kakaknya, Vargana. Tapi... tentunya si kakak pasti lebih kuat dari dia, kan? Oke, untuk Vargana, Voindra tidak akan terlalu mengabdikan diri untuk melindunginya!      

Usai menuntaskan hitungan ke-100 dari latihan Squat, Myren membawa turun si bungsu dan berkumpul kembali dengan tim yang ada di depan benteng. "Sudah membagikan Buah Energi Roh ke mereka semua?" tanyanya pada Kenzo.      

"Sudah, Jenderal." Kenzo mengangguk. "Nona Voindra..."     

"Dia sudah menuntaskan Squat-nya di atap tadi dan sudah kuberikan Buah Energi Roh pula. Biarkan mereka semua istirahat sepuluh menit sebelum latihan dilanjutkan." Myren bersiap untuk menilik yang ada di hutan ketika sebuah suara menginterupsi gerakannya.      

"Hanya sepuluh menit? Kenapa tidak genapkan saja setengah jam, Nyonya Jenderal cantik." Rupanya itu Gazum.      

Myren menoleh ganas ke Gazum hingga si Rajawali Angin itu merasa bulunya merinding hebat dan nyaris rontok. "Untuk dia... istirahat hanya lima menit, Panglima Kenz!"      

"Hiyyaaa!" Gazum mendelik ngeri.      

"Dan kau, burung... berani sekali menyebutku Jenderal cantik. Apakah kau sedang merayu pimpinanmu, hm?" Myren berikan tatapan menggetarkan sukma.      

Gazum bergidik ketakutan. "Ma-maafkan aku, Nyonya Jenderal! Maafkan lidahku yang jujur ini! Ba-baiklah! Kalau begitu... ungh... kau Nyonya Jenderal jelek."      

"Haa?! Kau menghinaku?!" tandas Myren makin beringas.      

Rasanya Gazum ingin mengubur dirinya. Perempuan memang makhluk merepotkan. Dipuji cantik, marah. Dipuji jelek, lebih marah! Pantas saja burung tua ini masih menjomblo hingga ribuan tahun lamanya.      

Poor Gazum.      

Dia harus patuh memiliki waktu istirahat lima menit saja dan harus melakukan sesi latihan lebih dini daripada yang lain. Tentu saja Panglima Kenz sudah memberikan jenis latihan untuk Tim Blanche yang dimulai oleh si Rajawali Angin.      

Kini, untuk memudahkan penghitungan, Myren sudah memberikan sebuah penghitung otomatis yang dikalungkan ke masing-masing leher peserta pelatihan sehingga mereka tidak bisa berkelit dari hitungan mereka sendiri.      

Gazum sudah dilingkari alat penghitung otomatis itu dan Kenzo telah memasang pengaturan ke angka 150 di alat tersebut. Kemudian, si panglima Incubus memberikan dua buah besi sepanjang 40 sentimeter yang memiliki bola besi di kedua ujungnya mirip dengan dumbel dan harus digenggam masing-masing sayap Gazum.      

Berat dumbel itu sekitar dua puluh kilogram, masing-masingnya.      

"Lakukan seperti yang aku contohkan, Gazum!" seru Panglima Kenz sambil gerakkan dumbel bergantian kanan dan kiri dari bawah menuju ke dada dengan menekuk siku. "Usahakan sikumu tetap menempel di sisi tubuhmu, jangan jauhkan terlalu lebar!"      

"Tu-Tuan Panglima, bagaimana aku bisa melakukan itu jika sayapku... sayapku tak punya siku?" cetus Gazum putus asa. Andai dia tidak malu, dia sudah ingin menangis seperti Voindra tadi.      

"Makanya aku katakan, usahakan. Usahakan, Gazum! Ayo cepat, lakukan sebanyak 150 kali! Untuk tubuh sebesar dirimu, itu pasti hal mudah, bukan?" Kenzo menahan tawanya. Dia tau bahwa tubuh burung Gazum pasti memang kurang cocok berlatih Dumbbell Bicep Curls, tapi biar saja. Toh namanya juga setengah hukuman. He he...      

Sementara orang-orang di depan benteng menikmati kesengsaraan Gazum, Myren sudah kembali ke hutan.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.