Devil's Fruit (21+)

Memasuki Minggu Kedua



Memasuki Minggu Kedua

0Fruit 589: Memasuki Minggu Kedua     
0

Memasuki minggu ke dua, semua tim merasa makin bersemangat. Mereka bisa merasakan kekuatan fisik mereka semakin terasah dan juga mereka makin tangkas bergerak.      

Para Panglima juga makin meningkatkan jumlah repetisi latihan. Dari yang tadinya ratusan, kini menjadi ribuan meski untuk Tim Blanche tetap saja dibagi menjadi beberapa set dalam satu jenis latihan.      

"Tim Blanche, karena kalian sudah beberapa hari, katakanlah sudah seminggu ini berlatih keras pada otot lengan dan kaki kalian, maka sekarang kalian bisa mulai berlatih di hutan." Myren memulai pagi hari di minggu kedua mereka, rutinitas biasa saban pagi.     

"Waow! Akhirnya kita ke hutan!" bisik Jovano bersemangat.      

"Saatnya menjelajah hutan!" bisik Vargana sambil tetap sikap berbaris rapi di tempatnya.      

"Karena kalian termasuk awam mengenai pelatihan ala militer, maka hari ini aku akan menjadi pengawas Tim Blanche berlatih di hutan. Ayo!" ajak Myren pada Tim Blanche.      

Tim non-militer itu pun mengikuti langkah Myren untuk menuju ke sebuah hutan di dekat benteng Pentagon Bulwark, hutan yang biasanya untuk tempat latihan para tim iblis, namun ini agak berbeda sedikit.      

"Eh? Kita tidak menuju ke sana?" tanya Zevo ketika Myren berbelok ke arah lain.      

"Benar, ini tidak seperti hutan yang kemarin kita kunjungi!" Kuro pun menyadari itu.     

"Hoo? Jadi kalian kemarin sewaktu hari libur pergi ke hutan?" tanya Myren setelah mendengar kasak kusuk di belakangnya.      

"Benar, Jenderal." Jovano menyahut. "Kemarin kami bermain di hutan sebelah sana." Telunjuk putra sulung Andrea mengarah ke hutan yang kini sedang digunakan tim iblis berlatih.      

"Tempat untuk kalian bukan di sana. Ayo aku tunjukkan area kalian berlatih." Myren terus berjalan diikuti para anggota Tim Blanche.      

Ketika mereka tiba di tempat tujuan, suasana hutan pinus sama seperti yang kemarin bocah-bocah itu datangi, hanya... di sini pohon pinusnya lebih kecil.      

"Pinusnya lebih kecil di sini." Gavin tak sadar menggumam cukup keras.      

"Benar." Myren memberi sahutan. "Aku memang memilihkan hutan yang ini untuk tempat kalian berlatih. Karena kalian bukan seorang prajurit sungguhan, maka aku tidak ingin langsung memberikan latihan berat pada kalian. Semua ada tahap-tahapnya."      

Para anggota Tim Blanche mengangguk paham.      

"Di sini, pohon pinusnya berukuran 1 meter diameternya. Sedangkan pohon untuk latihan para iblis, diameter mencapai 2 meter. Nah, tugas kalian di sini... tebanglah pohon kalian masing-masing!" Usai mengatakan itu, Myren mengeluarkan banyak kapak yang berukuran sama seperti yang diberikan ke para anggota tim iblis.      

Semua anggota Tim Blanche menerima kapak itu dan mereka mempunyai pikiran masing-masing mengenai perintah Myren tadi.      

"Aku akan contohkan cara menebang pohon." Myren memunculkan satu kapak untuk dirinya sendiri dan mulai mengayunkan lengan.      

Dhuakk!     

Dalam ayunan pertama, salju di dahan pohon pinus pun berjatuhan runtuh ke bawah. Myren sudah terlebih dahulu menghindarinya.      

"Ohh! Pantas saja pohon-pohon di hutan kemarin tidak memiliki salju di daun-daunnya! Ternyata karena ditebang!" Jovano kini sangat memahami apa yang terjadi dengan pohon-pohon itu. "Tapi... kalau itu ditebang para tim iblis setiap hari, lalu kenapa..."      

Rasa heran Jovano langsung terjawab ketika pohon sudah berhasil ditebang seluruhnya oleh Myren. Hanya dalam waktu singkat, tunas pohon pinus mulai muncul dari bekas tebasan.      

Semua orang memekik keheranan dan sekaligus takjub melihat fenomena ajaib itu.      

"Ternyata Pinus Abadi!" Pangeran Djanh pun tak bisa menahan keterkejutannya. Ia mengenali jenis pohon yang ada di depannya.     

"Apakah Pangeran mengetahui asal usul pohon ini... apa tadi? Pinus Abadi?" tanya Myren.      

Pangeran Djanh mengangguk. "Ini adalah pohon purba di Alam Nether. Banyak kaum Iblis level tinggi yang ingin mendapatkan bibitnya. Dan ternyata Yang Mulia Zardakh memilikinya. Tidak terduga, sangat tidak terduga."      

"Ohh, ternyata ini jenis pohon yang ada di Alam Nether." Myren mengangguk paham.      

"Apakah, ini ada di Alam Nether Bumi?" Kini Rogard bersuaras setelah biasanya dia terdiam saja.      

"Tidak hanya di Alam Nether Bumi, tapi juga ada di Alam Nether Peri, dan konon sudah punah. Ternyata King Zardakh memiliki banyak di alam pribadinya!" Pangeran Djanh terkekeh tidak menyangka.      

"Bukankah sama seperti Pangeran yang ternyata memiliki pohon Inti Kristal dan pohon Buah Energi Roh di alam pribadi Pangeran?" sindir Myren secara halus.      

"Ha ha ha... itu... aku hanya sedang mendapatkan keberuntungan saja di pelelangan." Sang Pangeran Incubus berkelit santai. "Dan bukankah sudah diambil oleh Tuan Putri Andrea?" Ia melirik ke Nyonya Cambion yang merasa tak enak sendiri.      

Revka segera melirik tajam ke Andrea. "Dih, dasar Cambion tukang comot!"     

"A-anu... itu... sori, gue bedol dua tanaman itu dari alam elu, Djanh. He he... nanti gue bisa kasi bibit atau pohonnya kok kalo elu mau biar ditanam lagi di alam elu." Andrea benar-benar tak enak hati sudah mengambil milik orang lain tanpa meminta ijin terlebih dahulu.      

"Tenang saja, Tuan Putri Andrea. Kalau memang aku keberatan akan tindakan Tuan Putri, tentu aku takkan memberikan langkah dan cara membudidayakan kedua pohon itu, kan?" Pangeran Djanh mengerling ke Andrea.      

Revka segera mencubit pinggang suaminya. "Udah! Gak usah genit-genit ma orang jelek kayak dia!"      

"Ah ha ha ha... maaf Kitty honey, tidak bermaksud genit, kok!" Pangeran Djanh lekas berikan senyum memelasnya ke Revka.      

"Oh iya juga, yah!" Andrea menepuk tangannya sekali. "Dulu kan emang elu yang kasi tata cara membudidayakan dua pohon itu! Berarti itu tandanya elu punya-"     

"Santai saja, Andrea..." Myren memotong. "Itu tandanya dia sudah punya kebun dua pohon itu di tempat lain, makanya dia berbaik hati memberikan padamu tanpa pamrih. Betul begitu, kan Pangeran?"      

"Ha ha ha... sesuai yang diharapkan dari Jenderal Kerajaan Orbth. Anda memang cerdas dan cepat berpikir," puji Pangeran Djanh sambil mengerling ke Myren. Lalu dia lekas menoleh ke istrinya. "Honey, kalau mengerling ke Jenderal Myren, tidak apa-apa kan? Atau kau hendak mengatakan dia jelek?"      

Revka serba salah dan hanya bisa menginjak keras kaki suaminya. "Dasar playboy busuk! Huh!"      

"Ha ha ha, Pangeran, jangan banyak-banyak mengerling ke saya, nanti Anda bisa saya beri hukuman, loh!" Myren tergelak.      

"Oh benar juga!" Pangeran Djanh berlagak mengingat sesuatu. "Ada peraturan seperti itu di sini, iya kan? Baiklah, aku mungkin akan mengerling ke Dante atau Giorge saja kalau begitu."      

'Mati saja sana!' batin Dante.      

'Kucungkil kedua matamu kalau berani begitu padaku!' batin Giorge.      

"Ayo, ayo! Segera mulai latihan!" Myren menepuk tangan menghentikan segala celotehan mereka agar waktu berlatih tidak terbuang sia-sia.      

Sang Jenderal pun memberikan pengaturan mengenai latihan anggota Tim Blanche kali ini.      

"Dan untuk para binatang yang belum bisa berevolusi humanoid seperti Sabrina, Noir, dan Gazum... kalian terpaksa gunakan cakar kalian. Kuyakin itu bukan sesuatu hal yang sulit untuk kalian, bukan?" Myren tidak melupakan ketiga Beast itu.      

Tiga Beast mengangguk setuju. Bagi mereka yang bertubuh besar, pohon pinus diameter 1 meter bukanlah sebuah hal yang sulit untuk ditangani.      

"Aku yakin Djanh juga pasti gampang banget nebas pohon segitu, Kak!" Andrea teringat kekuatan besar sang Pangeran Incubus.      

"Tuan Putri, hamba ini orang lemah..." ujar Pangeran Djanh.      

Andrea mencibir, "Pendusta!"      

"Oke, oke, untuk Pangeran Djanh, aku minta dia tidak memakai tangan tapi pakai tangan telanjang." Myren pun mengambil keputusan. "Pangeran, kau pasti sanggup, bukan?"     

"Terima kasih atas keyakinan Jenderal atas kekuatan saya." Pangeran Djanh membungkuk hormat ke Myren dengan sikap ala gentleman.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.