Devil's Fruit (21+)

Melawan Monster Beruang



Melawan Monster Beruang

0Fruit 595: Melawan Monster Beruang     
0

Para bocah yang lebih muda pada berpegangan tangan satu sama lain, merasa lumayan gentar melihat tubuh besar menjulang si beruang putih yang lebih mirip seperti monster.      

Selain tubuh itu mencapai ketinggian 4 meter dan terlihat besar kokoh, gigi beruang itu juga tidak seperti beruang pada umumnya. Giginya menyeruak keluar dan panjang serta runcing-runcing. Ini sungguh-sungguh mirip bagaikan monster dibandingkan hewan buas biasa.      

Jovano ingin segera julurkan telapak tangannya ke arah beruang itu, tapi Vargana mencegahnya.      

"Jo, jangan langsung bunuh dia. Itu tidak menyenangkan, ya gak?" ucap Vargana dengan disertai senyuman penuh makna ke sepupunya.      

Sulung dari Andrea itu pun bisa menangkap maksud Vargana. Ini memang seperti yang dia harapkan tadi di awal bertemu dengan monster beruang ini, menghadapi sendiri tanpa mengundang orang dewasa.      

"Kamu benar, Va! Memang ini bakalan menyenangkan!" seru Jovano dengan wajah sumringah. "Ayo, guys! Ini kesempatan kita menjajal kekuatan kita! Tapi... jangan serang dia dengan kekuatan magis kita, pakai kekuatan fisik saja!"      

Semua bocah melongo sekejap, tapi kemudian mereka paham dan berseru bersama-sama. "Ayo!"      

"Yeahh! Aku ingin jajal pedangku!" Kuro mengeluarkan pedang miliknya yang selama ini disimpan di cincin ruangnya. Ada dua bilah. Namun, dia menyodorkan satu pada Voindra.      

Shiro yang memiliki sepasang pedang berkait juga mengeluarkannya dan menawarkan satu pada Gavin, tapi ternyata bocah cilik itu menggeleng.      

Anak dari Panglima Kenz itu malah mengeluarkan kapak yang dipakai untuk berlatih tim mereka. "Untung saja Jenderal Myren membolehkan kita membawa ini sebelum kita pergi. Mungkin Jenderal tau akan ada bahaya seperti ini jika kita berpetualang di sini." Ia mengayunkan dua buah kapak dengan lincah di tangannya.      

Shona, Zevo, dan Jovano pun sepakat mengeluarkan kapak-kapak mereka dari cincin ruang. Sedangkan Vargana memilih mengambil cambuk duri miliknya pribadi dan satu kapak ada di tangan lainnya.      

"Yang lebih dewasa melindungi yang lebih muda! Ayo kita maju duluan!" Jovano memimpin penyerangan pada monster beruang putih di depannya.      

Jovano mengayunkan dua kapaknya secara terampil, diikuti Zevo dan juga Kuro. Ketiganya lekas menebas ke monster beruang.      

Cakar besar monster beruang mengayun ingin meraih tubuh para bocah yang menerjang ke arahnya, namun Jovano dan dua yang maju pertama tadi lekas berkelit.      

Setelah itu, Vargana pun melambaikan cambuk durinya dan membelit cepat leher dari monster beruang itu, disusul Shiro yang melesat maju menebaskan pedang berkaitnya ke dada dan perut si monster.      

Darah segera berceceran dari monster itu, namun hewan besar tersebut tidak segera tumbang. Sepertinya bulu dan dagingnya sangat alot serta tebal meski sudah dilukai oleh Shiro.      

Vargana mengeratkan cambuknya pada leher si monster beruang. Hewan raksasa itu malah menarik cambuk duri sehingga membuat Vargana nyaris terdorong maju jika Jovano dan Zevo tidak bekerja sama menebaskan kapak di tangan mereka.      

Wusss! Wuusss!     

Swiisshh!     

Swooossshh!     

Pedang dan kapak saling berpadu menyerang monster beruang yang kokoh.      

Jovano berkelit sambil berguling menghindari cakar si monster beruang, lalu sekuat tenaga mengayunkan kapaknya hingga berhasil menorehkan luka di kaki beruang putih.      

Darah kembali membuncah dari arah kaki beruang, menodai bulu putih indahnya. Namun, mereka tidak bisa berlama-lama diam pasif.      

Zevo mulai maju menyerang bagian dada beruang dengan Vargana menguatkan cambuknya di leher beruang untuk terus melemahkan perhatian si monster.      

Shona dan Voindra kini mencoba untuk melakukan penyerangan. Kedua gadis manis itu melayang maju sambil mengibaskan kapak dan pedang di tangan kecil mereka.      

Deng!     

Tidak disangka-sangka, cakar beruang itu berhasil menepis pedang jenis Wakizashi—yang lebih pendek dari pedang Katana seperti yang dipakai Kuro—yang digenggam oleh Voindra dan mengakibatkan gadis mungil itu terbang ke belakang.     

"Voi!!!" teriak sang kakak, cemas. "Beruang sialan!" Ia mengerahkan kekuatannya untuk menarik cambuknya agar kian mencekik leher sang monster. Sayangnya, leher itu sepertinya dilindungi bulu yang sangat tebal beserta daging super alot.      

Voindra jatuh di tanah salju, terbatuk beberapa kali, dan mulai bangun. "Aku tidak apa-apa, Kak! Aku tidak luka! Rupanya yang kena cakar cuma pedangku saja, bukan aku secara langsung!"      

Vargana yang mendengar suara adiknya, mendesah sangat lega. Tidak bisa dia bayangkan andaikan adiknya terluka atau celaka di sini, akan seperti apa reaksi sang mama, apalagi papanya yang sangat menyayangi si adik.      

Namun, setelah tau bahwa si adik hanya dikirim terbang tanpa terluka, Vargana pun sangat lega.      

Shona pun tadi nyaris terkena ayunan berat cakar besar monster beruang putih jika dia tidak lekas merunduk dan bersalto di tanah.      

Kuro geram ingin lekas keluarkan kabut hitam korosifnya, tetapi dia teringat perintah Jovano untuk tidak menggunakan kekuatan magis. Maka, dengan menggertakkan geraham sambil maju, dia mengibaskan pedang Katana-nya sambil meraung.      

Slaasshhh!     

Rupanya tebasan Kuro berhasil membuat segaris luka menganga di dada si monster ketika beruang itu sedang sibuk menghalau serangan Shiro dan Jovano.      

Monster itu pun semakin marah karena berhasil dilukai beberapa kali oleh makhluk-makhluk yang lebih kecil darinya berkali-kali lipat. Ia meraung ganas dan meraih cambuk duri Vargana.      

Vargana terkejut tidak menyangka beruang itu akan menarik kuat-kuat cambuk berdurinya, sehingga dia pun kembali terdorong maju dengan cepat.      

Dalam keadaan kaget dan terdesak, Vargana tidak bisa berpikir banyak. Ia panik dan melemparkan kapak di tangannya ke arah beruang itu sehingga si monster menghalau datangnya kapak sambil tangan lainnya serampangan mengayun.      

Dhuakk!     

Vargana terkena ayunan tangan beruang putih dan terlempar lumayan jauh. Ada darah yang muncul dari tanah tempat dia terhempas. Rupanya dia terluka.     

"Kakak!!!" Kini ganti Voindra yang memekik kencang memanggil kakaknya. Ia segera melesat menghampiri Vargana yang terkulai di tanah bersalju.      

Jovano melirik sepupunya yang terluka agak jauh di sana sedang dihampiri adiknya, ia merasa amarah di dadanya meluap. "Kau berani menyakiti saudaraku?!" Ia pun mengambil pegangan dari cambuk Vargana yang berada di tanah meski tubuh cambuknya masih membelit leher beruang.      

Putra dari Dante itu berguling sekali untuk mengambil pegangan cambuk sepupunya agar dia kini bisa menggantikan Vargana untuk menarik benda itu di leher beruang.      

Si monster yang sedang sibuk melawan serangan dari yang lainnya tidak menyangka lehernya akan kembali mendapatkan jeratan. Dan kali ini cekikan cambuk itu lebih kuat dari sebelumnya.      

"Haaaarrrrkkkhhh!" Jovano menarik cambuk itu sekuat yang dia mampu sambil dia melemparkan kapaknya kuat-kuat ke kepala si beruang.      

Craasss!      

Kapak lemparan Jovano berhasil menghantam kepala beruang. Selain itu, cambuk yang ditarik Jovano juga mengakibatkan luka fatal di leher sang monster hingga cambuk itu berputar dan terlepas dari leher sang beast raksasa.      

Ketika beruang itu mulai sempoyongan, itu dimanfaatkan Zevo dan duo hybrid untuk menyerang dengan serangan terkuat mereka.      

"HYAAAAKKHHH!" Ketiganya bersama-sama berteriak sambil menebaskan senjata di tangan masing-masing secara kuat dan tirani.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.