Devil's Fruit (21+)

Minggu ke-3



Minggu ke-3

0Fruit 598: Minggu ke-3     
0

Dua minggu sudah terlampaui di Alam Schnee. Dan sekarang, memasuki minggu ketiga.      

Di minggu ketiga, latihan mulai diperberat. Repetisi juga diperbanyak. Tidak ada yang berani mengeluh. Terutama dari Tim Blanche.      

Semua anggota Tim Blanche memutuskan ikut pelatihan atas kesadaran mereka sendiri. Dan Tim prajurit iblis bersedia ditunjuk ikut pelatihan ini agar mereka bisa lebih kuat dari sebelumnya agar bisa bersaing sehat dengan para serdadu elit.      

Maka, tidak ada gunanya mengeluh.      

"Tim 1 sampai tim 50, kalian jalan menggunakan tangan kalian dari ujung sana sampai sana! Sepuluh kilometer!" teriak Myren.      

Segera, tim yang diseru oleh Myren pun menjawab serempak dan mulai melakukan sesuai yang diperintahkan.      

"Tim 51 sampai tim 100, potong pinus diameter 3 meter sebanyak dan secepat mungkin!" titah Myren dan dijawab patuh oleh tim-tim tersebut.      

"Tim Blanche, lari 10 kilometer ke arah sana, lalu balik ke sini. Total, 20 kilometer! Lakukan dengan kaki! Tidak boleh pakai kekuatan magis!" perintah Myren ke Tim kastil Blanche. "Untuk Beast yang belum evolusi, lakukan dua kali lipat!"      

"Sepuluh kilometer... di tanah bersalju... tebal..." desah Revka sambil menatap lautan putih setinggi betis dia.      

Semalam memang turun hujan badai salju sehingga di pagi harinya, salju sudah menumpuk hingga sebetis orang dewasa.      

Mendengar keluh desah dari Revka, Myren lekas menoleh ke Nyonya Nephilim tersebut. "Ada yang ingin mengeluh? Atau protes?!" seru sang Jenderal dengan suara lantang menggelegar.      

Karuan saja Revka merasakan tulang belakangnya membeku dan berjengit kaget. "Hiiiii!!! Tidak! Tidak ada keluhan! Cuma sedang... sedang menyusun rencana, Jenderal!" Ia merinding mendengar suara gahar Myren.      

Jenderal wanita itu pun tersenyum menyeringai. "Bagus... bagus kalau kalian lekas susun rencana yang tepat untuk mengatasi pelatihan ini. Jangan lupa untuk tidak menggunakan daya magis kalian. Kalung di leher kalian akan berbunyi riuh kalau kalian berani aktifkan kekuatan magis kalian."      

Meneguk ludah, Revka pun mengangguk dan mulai bersiap-siap untuk lari 10 kilometer bolak balik di tengah salju menumpuk begini.      

Berlari di salju yang setinggi betis begitu sama saja seperti berlari di kolam. Berat dan butuh tenaga banyak.      

Namun, Myren percaya anggota Tim Blanche akan bisa melakukannya karena mereka sudah ditempa habis-habisan selama dua minggu ini. Sudah nyata bahwa kekuatan mereka makin bertambah.      

"Sebagai sebuah keadilan, aku akan berlari bersama kalian!" seru Myren sambil turut lari seperti yang dilakukan anggota Tim Blanche.      

Dengan ikutnya Myren berlari bersama mereka, tentu itu cukup menaikkan semangat anggota Tim Blanche.      

Kekuatan fisik Myren memang tidak omong kosong belaka. Dia dengan mudah dan lincahnya berlari bagai kijang, melompat di antara tumpukan salju tanpa kesulitan sedikitpun bagai itu adalah kebiasaan dia sehari-hari.      

"Bagus, Pangeran Djanh, fisik Anda memang paling kuat di sini," puji Myren pada Pangeran Kerajaan Huvro yang sudah berlari paling depan.      

"Aha ha ha... bukankah justru Jenderal yang lebih hebat dariku dengan sudah berlari menjajari aku meski aku berlari duluan tadi?" Pangeran Djanh menyahut.      

"Ho ho ho... mengenai itu aku tidak akan menyangkal. Aku memang kuat. Semua anggota tubuhku sudah terlatih keras semenjak kecil." Myren tidak menutupi kemampuan fisiknya. Dia sadar dia tidak begitu piawai mengenai kekuatan magis, garis darah Centaur dia tidak mendalam mengenai sihir, maka yang bisa dia lakukan adalah menempa fisik dia melebihi siapapun.      

"Seperti yang diharapkan dari jenderal kerajaan Orbth," puji Pangeran Djanh.      

"Anda tidak ingin menunggu istri Anda di belakang sana?" tanya Myren penasaran sambil menoleh ke urutan paling belakang, ada Revka di sana.      

"Tenang saja, Jenderal. Ini sekalian ajang untuk menempa fisik istri saya agar lebih kuat di atas ranjang nantinya, ha ha ha!" seloroh Pangeran Djanh tanpa malu-malu. Mana pernah dia malu?      

"Tsk!" Myren hanya bisa geleng-geleng kepala mendengarnya. Kemudian dia melambatkan larinya dan menjejeri Andrea. "Tidak kusangka adikku kuat juga bila sudah memiliki darah iblis yang dibangkitkan."      

"Ahh, Kakak... lagi muji apa nyindir sih ini? Rancu, deh!" jawab Andrea.      

"Ha ha ha... menurutmu?"      

"Lagi nyindir..." Andrea suramkan wajahnya.      

"Ha ha ha! Kau yang bilang itu sendiri, loh yah!" Myren terbahak lepas sambil terus lari bersama Andrea. "Setidaknya kau tidak jadi bulan-bulanan dua suamimu di atas ranjang, ya kan?"      

"Kak!"      

"Wa ha ha ha! Oke, oke, lanjutkan!" Myren pun melambatkan larinya lagi dan mulai menjejeri satu demi satu anggota Tim Blanche di belakang Andrea. Mengajak mereka mengobrol sebentar.      

Setelah tiba di urutan paling belakang, ada Revka di sana. Myren sudah melambatkan larinya sepadan dengan kecepatan Nyonya Nephilim.      

"Ayo, Nyonya! Jangan kalah dengan suamimu! Dia menunggumu di sana!" seru Myren memberi semangat ke Revka yang mulai kepayahan berlari di antara tumpukan salju.      

"Haahh! Haahh! Biarin! Haahh! Biarin dia mo di sana, enggak... perduli! Haahh! Kalo dia sayang aku, dia pasti ke sini!" teriak Revka di akhir kalimatnya.      

Pangeran Djanh yang mendengar teriakan sang istri pun menoleh ke belakang sambil berseru, "Maaf kitty honey... jika aku berlari berjejeran denganmu, bisa-bisa tersulut hasratku ini melihatmu yang berwajah kepayahan dan menggemaskan itu!"      

"Apa katamu?!" raung Revka makin kesal.      

"Ha ha ha! Sudah, sudah," tawa Myren. "Revka, kalau kau ingin marah pada suamimu, kejar dia dan berikan pukulan yang pantas!"      

"Jenderal... kau curang memberi penyemangat semacam itu..." keluh Pangeran Djanh.      

Revka menggertakkan giginya dan mulai kumpulkan tenaga dan segera tingkatkan kecepatan larinya sekuat mungkin mengejar sang suami.      

Dalam waktu beberapa menit saja Revka sudah berhasil menyusul orang-orang di depannya, bahkan dia tidak melirik Andrea sewaktu berhasil melampauinya.      

"Woaahh! Mpok kitty lagi BURNING!!!!" goda Andrea.      

Tapi Revka tidak kali ini tidak menggubris Andrea sang frenemi sama sekali. Ia terus berlari sekuat tenaga dan akhirnya nyaris mencapai suaminya.      

"HIYYYAAAAA!!!!" Revka meraung penuh ambisi.      

"Swe-Sweetie! Sweetie... jangan salah paham..." Pangeran Djanh tidak menyangka istrinya sudah hampir menghampiri dia.      

"HUAAARGGHHHH!!!!" Revka makin percepat laju kakinya meski sudah kepayahan. Begitu sudah sangat dekat dengan sang suami, segera saja...      

DHUAAKKK!!!     

...Nyonya Nephilim menendang kuat-kuat sang suami hingga Pangeran Djanh tersungkur di dalam salju dengan pose sangat tidak elit.      

Semua anggota Tim Blanche menyerukan kekagetan dan kekaguman mereka pada Revka. Dan tidak ada satupun yang tampak iba pada Pangeran Djanh.      

"WA HA HA! Djanh cuwk di knock out bininya!!!" seru Andrea sambil berlari melewati Pangeran Djanh.      

"Tabahkan dirimu, Papa..." sahut Zevo ketika melewati ayahnya.      

"Pa, jangan pernah provokasi Mama..." Kali ini dari Shona. "Semoga tulangmu baik-baik saja," imbuh si bungsu.      

Sekarang, Pangeran Djanh yang berada di urutan paling belakang setelah dia bangkit dari salju. Revka sudah meninggalkan dia jauh. "Astaga... my kitty memang seram kalau marah... fu fu fu..."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.