Devil's Fruit (21+)

Tebing dan Sungai



Tebing dan Sungai

0Fruit 601: Tebing dan Sungai     
0

Pagi ini, Myren memerintahkan Tim Blanche dan juga Tim Iblis untuk mengikuti dia menjelajah alam Schnee.      

Mengikuti Myren yang memimpin di depan, semua mulai berjalan dengan patuh pada barisan tim masing-masing. Barisan Tim Blanche diletakkan di tengah karena banyak bocah-bocah.      

Jika dulu mereka berjalan selama 3 jam nonstop sudah mengeluh dan merasa lelah, kini mereka berjalan lima jam tanpa merasa berat ataupun letih.      

Rupanya hasil dari pelatihan mereka selama ini sudah terlihat jelas. Otot tubuh mereka menjadi lebih kuat dan bahkan kaki mereka tahan berjalan jauh hingga lima jam lebih.      

Beruntung ini tidak ada badai salju yang menghambat perjalanan sehingga mereka bisa berbincang riang sambil terus melangkah.      

Meskipun di kanan kiri mereka hanya ada hamparan putih dan salju saja, namun mereka tidak merasa jenuh karena ada banyak teman mengobrol.      

Jovano juga sudah mulai berteman dengan banyak serdadu dari Tim Iblis. Dia sungguh bocah yang sangat ramah dan pandai bersosialisasi.      

"Sudah sejauh ini ternyata kita tidak bertemu monster satu pun, yah!" celoteh Voindra.      

Kuro kerutkan keningnya sambil tangan kanan mengusap dagunya seolah sedang berpikir. "Benar juga! Padahal kemarin dulu, kita berjalan tidak jauh dari hutan saja sudah bertemu dua macam monster!"      

"Apakah mungkin monster-monster yang kita temui dulu itu hanya kiriman Opa saja?" Vargana mengernyit curiga.      

"Huh! Babeh gila itu..." Andrea ikut berkomentar. "Aku kagak bakalan heran kalo dia ngelakuin itu."      

"Tapi dengan begitu, kita jadi tau rasanya bertempur, ya kan?" Gavin ikut berkomentar.      

"Iya juga, sih. Kita jadi merasakan hati kita berdebar-debar kencang ketika bertarung melawan monster!" Voindra menambahkan sambil dia memegang dadanya dengan raut penuh bangga akan dirinya.      

"Kuro dan Shiro sudah biasa bertarung dengan monster. Kalian bisa mengandalkan mereka kalau kalian para bocah sedang menjelajah sendirian." Kyuna ikut bersuara.      

"Benar kah?" Gavin menatap penuh takjub pada Kuro dan Shiro di dekatnya. "Pantas saja mereka berdua waktu itu keren sekali sewaktu melawan gerombolan serigala besar! Ternyata Kak Kuro dan Kak Shiro sudah mempunyai pengalaman soal itu!"      

"Ha ha ha... yah begitulah!" Kuro tertawa bangga sembari usap hidungnya. "Kami bahkan sempat hampir mati sewaktu melawan Hewan Iblis tingkat tinggi!"      

"Woaahh..." Voindra dan Gavin bersamaan berseru takjub.      

"Tapi untung saja Mama Andrea begitu hebat menebas mereka semua di detik-detik terakhir sebelum para hewan itu akan menebas kami yang sudah tak berdaya." Kuro pun menceritakan detil kejadian sewaktu mereka ada di dunia milik Pangeran Djanh.      

"Oh ya, Pangeran... kenapa alam milikmu itu bisa berisi banyak kehidupan dan juga bahkan mereka membentuk koloni dan pemukiman sendiri layaknya ada di dunia biasa." Dante menanyakan ini pada Pangeran Djanh yang berjalan dekat dengannya.      

"Ah itu, yah? Aku hanya iseng menculik mereka satu demi satu saja untuk mengisi alam milikku. Nama alam itu adalah Alam Feroz, dari bahasa Portugis yang bermakna buas." Pangeran Djanh sedikit membeberkan mengenai Alam Feroz miliknya.      

"Ohh, jadi Anda juga menculik koloni siluman rubah saya untuk mendiami salah satu sudut dari Alam Feroz tadi, Pangeran?" Kyuna ikut bertanya.      

"Ya." Pangeran Djanh mengangguk. "Pertamanya hanya sekedar iseng saja mengambil banyak Beast, Siluman, dan juga Iblis untuk mengisi di sana, tapi kemudian jadi keterusan, he he..."      

Para anggota kelompok Andrea yang pernah ada di Alam Feroz hanya bisa berwajah suram mendengar ucapan santai Pangeran Djanh. Jadi... mereka hanya menjadi objek iseng pangeran iblis itu saja kah?      

"Hei, ini sudah berapa lama kita berjalan?" tanya Giorge.      

"Sepertinya sudah seabad," jawab Dante sekenanya.      

Tuan Vampir lekas saja tepuk lengan madunya, yang ditanggapi Dante dengan senyum kecil. Pria Nephilim itu kini mulai sedikit berubah, sudah bisa bercanda dan tidak terlalu pelit senyum seperti sebelumnya.      

Selang sekian menit kemudian, Myren memberi aba-aba. "Berhenti!" Ia mengangkat tangan kanannya tinggi-tinggi.      

Semua tim pun segera menghentikan langkah mereka semua.      

Mereka segera menatap sekeliling. Masih dengan lautan putih dan salju saja di sekeliling mereka. Tapi, sepertinya ada bunyi tidak asing.      

"Seperti bunyi..."     

"Air?"     

"Air? Kau yakin itu bunyi air?"     

"Iya, sepertinya ada bunyi air mengalir!"     

"Sungai?!"     

"Diam sebentar!" teriak Myren. Semua tim terdiam secara serempak. "Di sini memang ada sungai, dan kita akan melewati itu untuk tiba di bagian lain di sisi sana!" Telunjuk sang Jenderal mengarah ke depan.      

"Jenderal, jika ada sungai di sini, lalu mana sungai yang harus kita lewati itu?" tanya Andrea dengan suara lantang. Hal itu menjadi pertanyaan di benak yang lain juga, karena mereka hanya melihat putih di segala tempat di sana.      

"Andrea dan satu perwakilan tim iblis, maju ke sini." perintah Myren.      

Andrea dan salah satu serdadu iblis pun maju ke dekat Myren.      

"Coba kalian berdua berjalan terus ke depan sana." Myren menunjuk ke arah yang tadi dia tunjuk.      

Nyonya Cambion dan satu iblis itu pun melangkah sesuai yang diarahkan Myren. Namun, baru saja mereka melangkah sekitar belasan ayunan kaki, Andrea sudah menjerit, "Waow!"      

Semua tim melihat Andrea yang langsung berhenti berjalan dengan raut kaget. Begitupun si serdadu iblis yang bersamanya.      

"Ada apa, Rea?" tanya Giorge khawatir sekaligus ingin tau.      

"Beneran ada sungai di sini! Dan ternyata... kita ini berdiri di atas tebing! Sungainya di bawah sana!" Jari Andrea terjulur ke bawah.      

Semua anggota tim saling berkomentar kasak kusuk dengan suara tertahan. Ternyata memang ada sungai, namun letaknya ada di bawah. Dalam arti, tempat mereka berpijak ini bisa jadi adalah tebing seperti yang dikatakan Andrea.      

Usai mengatakan itu tadi, Andrea pun lekas kembali ke barisan diikuti serdadu iblis yang menyertai dia sebelumnya.      

"Benar ada sungai, Ma?" tanya Kuro ke mama tercintanya. Andrea mengangguk.      

"Berarti ini seperti jurang? Sungainya ada di jurang?" Kyuna ikut bertanya. Andrea mengangguk sekali lagi.      

"Betul!" Suara Myren menggelegar. Semua tim langsung bungkam dan siap mendengarkan perkataan Jenderal mereka. "Di bawah sana memang ada sungai yang mengalir cukup deras. Air sungai itu sangat amat dingin walau tidak berubah menjadi es, namun cukup akan menyakiti tubuh kalian jika kalian terjatuh ke sana."      

Masing-masing anggota tim saling membayangkan jika mereka benar-benar apes dan bersentuhan dengan air sungai itu. Mereka pun menelan ludah, ngeri mengendap di dasar hati mereka.      

"Ini memang tebing seperti yang dikatakan adikku, Andrea. Dan sungainya berada di dasar jurang sana. Tidak terlalu lebar, tapi akan mematikan jika kalian terjatuh ke sana. Aku sudah meneliti tempat ini sebelumnya dan sungai itu banyak terdapat batuan terjal yang bisa meremukkan tubuh kalian jika kalian jatuh ke sana."      

Banyak anggota tim pelatihan yang bergumam ngeri membayangkan jika mereka benar-benar sial dan terjatuh ke sungai berbatu tajam.      

"Jadi... latihan kali ini adalah melewati tebing dengan sungai di bawahnya!" seru Myren tegas.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.