Devil's Fruit (21+)

Rencana Menginap di Hutan



Rencana Menginap di Hutan

0Fruit 605: Rencana Menginap di Hutan     
0

Setelah kehebohan mengenai terungkapnya kekuatan Healer milik Shona dan kemalangan Pangeran Djanh yang mendapatkan bully keras dari sang istri yang mengamuk, keadaan mulai tenang lagi.      

Shona sedang duduk istirahat bersama dengan ibunya. Mereka semua sedang menanti perintah Myren selanjutnya dan duduk di atas lempengan kayu luas yang diciptakan para pemimpin mereka.      

"Sho, kenapa kamu enggak ngomong ke Mama tentang kekuatan kamu itu? Healer..." Revka berbincang pelan dengan putrinya.      

"Tadinya aku nggak yakin ini kekuatan apa, Ma. Bahkan aku juga nggak sengaja keluarkan ini. Waktu itu, aku hanya menatap luka di tanganku dan berharap itu sembuh. Saat aku mo sentuh lukaku, dari tanganku muncul sinar hijau dan ketika kena lukaku, malah bisa sembuhkan luka sayatku itu." Shona menjelaskan.      

"Sho, makasih yah udah nyembuhin sakit di lenganku..." Voindra yang duduk di sebelah Shona juga ikut bicara. "Kalo nggak ada kamu, pasti sakitnya sampai besok dan aku bisa repot. Hi hi hi..."      

"Iya, sama-sama, Voi. Aku juga enggak nyangka kekuatan Healer aku ini bisa juga digunakan ke orang lain. Tadinya aku nggak yakin bisa sembuhin kamu, ternyata bisa." Shona tersenyum kecil.      

Sebagai gadis yang jarang senyum dan juga jarang mengobrol, senyum Shona kali ini termasuk langka. Apalagi dia yang tadinya anti-sosial, kini bisa membaur dan berbincang dengan bocah-bocah Tim Blanche lainnya.      

Rupanya pelatihan di Alam Schnee ini memang memiliki dampak baik bagi banyak orang.      

Di sudut lain, ada Myren dan dua panglimanya sedang berdiskusi.      

"Menurut kalian bagaimana? Apakah kita lanjut jalan? Atau kembali ke benteng dengan terbang. Ini sudah hampir petang." Myren menatap Kenzo dan Ronh bergantian, meminta pendapat.      

"Kalau pelatihan ini hanya ada tim iblis, saya akan tetapkan untuk terus berjalan, Jenderal..." ujar Kenzo. "Tapi melihat ada banyak bocah di bawah umur, dan mereka semua sudah sangat kelelahan, terpaksa kita bermalam dulu di sini."     

"Apakah tidak apa-apa jika bermalam di sini? Di alam terbuka dengan angin dingin menusuk sumsum begini?" Ronh terlihat cemas.      

"Kalau begitu... kita pindahkan benteng ke sini?" tanya Myren. "Kekuatanku tidak sebesar itu untuk memindahkan objek sebesar itu. Kita harus menggabungkan kekuatan."      

"Atau... meminta bantuan Pangeran Djanh? Aku yakin dia pasti sanggup memindahkan benteng seorang diri." Kenzo memberi saran.      

"Jangan. Kita jangan terlalu mengandalkan orang di luar Kerajaan Orbth." Ronh kurang setuju mengenai usul rekannya.      

"Baiklah, kalau begitu... kita bermalam di sini tanpa benteng." Myren membuat keputusan.      

"Jenderal, kau yakin?" Ronh menatap istrinya.      

Myren mengangguk. "Aku yakin tidak akan ada kenapa-kenapa. Kalau sedikit-sedikit kita memindahkan benteng setiap kita melakukan perjalanan di sini, mereka akan manja. Kita ingin membuat mereka tangguh, bukan cengeng."      

"Aku turut apapun keputusan Jenderal!" Kenzo mengangguk.      

"Aku juga akan dukung apapun keputusan Jenderal!" Ronh menambahkan.      

Sang Jenderal wanita kembali mengangguk kepada dua panglimanya dan mereka pun berjalan ke kerumunan orang banyak yang sedang duduk bersantai.      

"Ayo, kita berjalan sebentar sampai masuk ke hutan. Di dekat sini ada hutan lebat dengan banyak pohon besar dan tinggi. Itu pasti bisa menjadi tempat kita bermalam dan pohon-pohon itu akan menahan serangan angin dingin." Myren sudah memutuskan demikian.      

Maka, semua tim pun bangun dari duduk satu demi satu. Lempengan kayu juga mulai dihilangkan alias disimpan oleh kedua panglima.      

Dipimpin oleh Myren, semua orang kembali berjalan ke arah hutan tempat Pangeran Djanh tadi mendarat sewaktu dipukul Revka.      

Sesuai dengan yang dikatakan Myren, hutan yang mereka masuki memang merupakan hutan lebat dengan banyaknya pohon-pohon besar dan rimbun. Saking lebatnya dedaunan di pohon, salju hanya sanggup menempel di bagian paling atas saja.      

Ketika mereka tiba di hutan, petang belum turun. Myren segera memberikan perintah lainnya. "Kalian, lekas singkirkan salju yang menutupi atas pohon! Lakukan dengan cara apapun asalkan tidak menghilangkan daun-daunnya yang melingkupi hutan!"      

Maka, tidak lama kemudian, para Iblis yang memiliki kekuatan elemen angin segera melambung ke angkasa dan mulai menyingkirkan tumpukan salju di pucuk pohon-pohon tempat mereka akan bernaung malam ini.      

Anggota Tim Blanche yang juga memiliki kekuatan elemen angin juga ikut membantu, seperti Gazum, Vargana, dan Kyuna pun ikut membantu.      

Demikian juga Myren dan kedua Panglima pun ikut menyingkirkan salju menggunakan kekuatan magis mereka.      

Tidak dinyana, Zevo ikut naik ke udara juga.      

"Zevo?" Revka heran melihat anaknya membumbung ke angkasa bersama dengan yang lainnya. "Kamu ngapain ke sana?" Ia sampai mengikuti putra sulungnya diikuti Pangeran Djanh.      

"Zev?" Jovano juga ikut bertanya meski belum bisa terbang. Ia berseru dari bawah. "Bukannya kekuatan elemen kamu itu petir?" Ia jelas mengingat kalau sahabatnya itu memiliki elemen petir, bukan angin.      

"Ini..." Zevo yang sudah bisa terbang pun menatap tangannya. "Aku beberapa hari lalu juga kaget ketika tau tanganku bisa mengeluarkan angin selain petir."      

Jovano dan yang lain melongo.      

"K-kamu..."      

"Iya, sweetie... rupanya anak sulung kita menumbuhkan elemen baru dia. Sekarang dia punya dua kekuatan elemen." Pangeran Djanh menimpali sambil tersenyum dan mengerling ke istrinya yang terkejut.      

"Wow, bro! Kau punya dua!" Jovano berteriak sembari acungkan dua jempolnya ke Zevo.      

"Ha ha... aku takkan kalah darimu, Jo!" tawa Zevo dari atas dan kini mulai ikut menyingkirkan salju dari pucuk pohon.      

Vargana yang berdiri tenang di salah satu pucuk pohon yang sudah bersih menggunakan kekuatan anginnya untuk menstabilkan tubuhnya agar tidak oleng. Kyuna ada di dekatnya bersama Gazum.      

Tidak disangka, Andrea ikut melonjak ke angkasa.      

"Rea?" Giorge turut heran ketika istrinya naik ke langit.     

"Sayank, kamu juga punya elemen angin kah?" Dante kerutkan keningnya. Seingat dia, Andrea hanya memiliki kekuatan elemen api dan bumi saja. Apakah kini bertambah?      

Andrea yang sudah di angkasa pun tersenyum tanpa memberi jawaban pada kedua suaminya. Ia lebih memilih julurkan dua tangannya ke depan dan kemudian nyala api Cero pun keluar menggila dan sekejap saja banyak tumpukan salju di pucuk dahan pohon-pohon itu hangus tanpa sempat menjadi air.      

Semua salju segera dibakar menjadi kabut asap dingin yang terbang menjauh dari hutan.      

"Andrea!" pekik Myren. "Jangan ceroboh! Apimu bisa membakar daun-daun nan-" Tetapi, kalimat Myren berhenti tanpa diteruskan karena dia melihat api Andrea hanya menyentuh salju saja tanpa menghanguskan dedaunan.      

"He he..." Andrea meringis nakal. "Aku ini kan alkemis, Kak... tentu aja aku bisa kendalikan api aku semau aku menyentuh obyek manapun yang aku mau, gyuhuhuu..."      

"Dasar jahil!" Myren tersenyum lega.      

Yang di bawah menonton Andrea pun hanya bisa memandang kagum pada kemampuan kendali Andrea atas api gilanya tadi.     

Maka, dalam waktu sekejap, semua salju di atas pucuk dahan pohon di hutan itu sudah menghilang sebagian besar sesuai dengan luas area yang akan ditempati mereka.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.