Devil's Fruit (21+)

Berbincang Bersama Tiga Bocah



Berbincang Bersama Tiga Bocah

0Fruit 607: Berbincang Bersama Tiga Bocah     
0

Malam ini, usai pembagian Buah Energi Roh dan Inti Kristal untuk semua anggota tim pelatihan, mereka pun masuk ke lubang pohon mereka masing-masing.      

Namun, ada juga yang duduk-duduk di batang besar depan pintu masuk lubang. Ada yang mengobrol, ada juga yang sekedar duduk menikmati malam ditemani temaram bulan Alam Schnee dan bola api di sekitar.      

Bagi para orang dewasa yang ingin menikmati keintiman, mereka sudah memasang semacam penghalang yang akan meredam suara-suara intimasi mereka.      

Dan untuk yang ingin bertemu pujaan tercinta di alam mimpi, tentu saja sudah berangkat tidur lebih awal.      

Sementara di lubang pohon tempat Myren bermukim, masih ada Ronh dan Kenzo yang di duduk di dalam lubang itu sambil berdiskusi. Ketiga pemimpin itu mendiskusikan apa saja latihan untuk hari esok.      

"Jadi, begitu saja, oke?" tanya Myren setelah mereka berembug selama satu jam lebih.      

"Sepertinya memang harus begitu," sahut Panglima Kenz.      

"Semoga saja tidak ada halangan apapun untuk rencana besok," timpal Panglima Ronh.      

Myren mengangguk ke kedua panglimanya.      

"Baiklah, kalau begitu, saya pamit kembali ke tempat saya." Kenzo mulai berdiri. "Selamat malam, Jenderal, Panglima Ronh." Ia mohon diri dan disahut anggukan oleh dua lainnya.      

Ketika kembali ke lubang pohonnya sendiri, Kenzo melihat ketiga bocah yang menghuni pohon bersamanya menyambut kedatangan dia.      

"Sudah selesai rapatnya, Pa?" tanya Gavin ketika ayahnya muncul di pintu masuk lubang pohon. Kenzo mengangguk. "Lalu... besok apa yang akan kami kerjakan untuk latihan, Pa?"     

Kenzo terkekeh sambil menyahut, "Itu rahasia." Ia pun mulai merebahkan dirinya di atas hamparan alas tidur bulu Beast dari Andrea.      

"Ihh... Papa pelit." Gavin kerutkan mulutnya seperti orang cemberut merajuk.      

"Maaf, Nak. Rahasia kemiliteran dilarang dibocorkan, meski kepada anak sendiri, he he..." Kenzo menggusak rambut sang anak.      

"Gav, jangan risaukan mengenai besok kita latihan apa," timpal Jovano yang tidur di sebelah Gavin. "Yang penting, kita lakukan saja apa yang terbaik."     

"Betul!" sambar Zevo yang rebah di sisi lain Jovano.      

"Nah, contoh saja mereka, Nak," imbuh Kenzo ke Gavin. "Cukup bersiap-siap untuk melakukan yang terbaik." Ia tersenyum sambil mencubit gemas pipi si sulung. "Hei, kalian kenapa belum tidur?"      

"Kami sedang membahas mengenai kekuatan Shona dan juga tentang penyatuan elemen, Om." Zevo menjawab.      

"Ohh... itu..." Kenzo menyahut. "Lalu... apa yang kalian temukan?"     

"Sepertinya penggabungan elemen itu bisa lebih maksimal jika dua orang yang menyatukannya saling percaya dan kompak. Benar?" Jovano mengeluarkan pemikirannya.      

Kenzo mau tak mau mengangguk atas asumsi itu.      

"Maka kita memang tidak bisa sembarangan menggabungkan elemen kita pada orang lain. Itu akan menyebabkan kesia-siaan belaka, apalagi jika ternyata kedua orang itu asing sama sekali dan kurang adanya ikatan dalam hubungan yang baik." Zevo menambahkan.      

"Ya, kalian benar. Masalah penyatuan elemen ini memang sebenarnya tidak boleh dilakukan sembarangan. Karena jika kedua orang tidak bersatu secara emosi, selain sia-sia, juga bisa membahayakan mereka sendiri." Kenzo mengangguk sambil memberikan konfirmasi.      

"Membahayakan? Wow, ngeri..." Gavin sudah menyudahi acara merajuknya dan mulai penasaran mengenai penggabungan elemen.      

"Dan juga... jika menggabungkan dua elemen yang berlawanan, itu juga kurang baik dan bisa berbahaya apabila dikeluarkan tidak imbang, dalam arti... output keduanya tidak sama banyak." Kenzo menambahkan.      

"Dua elemen yang berlawanan?" Zevo mengulang menggunakan nada tanya.      

"Seperti elemen air dan api?" Jovano mengonfirmasi pemikirannya.     

Kenzo mengangguk. "Seperti itu contohnya. Tapi, bisa berhasil jika dua orang itu punya ikatan yang sangat kuat dan saling percaya penuh, serta output energi mereka imbang. Semua pasti ada plus dan minusnya."     

Ketiga bocah itu mengangguk-angguk merenungkan ucapan Kenzo.      

"Lalu... bagaimana dengan satu orang yang memiliki beberapa elemen?" tanya Zevo.      

"Ohh, seperti papa kamu, iya kan Zev?" Jovano teringat akan Pangeran Djanh. "Papamu itu hebat sekali sampai punya lebih dari tiga elemen!" Zevo mengangguk atas ucapan sahabatnya.     

"Aku bertanya-tanya seberapa susah jika memiliki banyak elemen begitu..." Gavin menerawang.     

"Untuk kasus khusus seperti ayahnya Zevo itu... dia memang spesial karena dari keturunan spesial pula. Dan memiliki banyak elemen dalam tubuh itu menandakan dia sangat kuat, karena bila pemilik elemen tidak kuat, dia bisa hancur karena energi berbeda yang berputar di tubuhnya," papar Kenzo memberi wawasan kepada tiga bocah itu.      

"Hei, bukankah mommy kamu juga hebat, Jo?" Zevo menepuk lengan Jovano. Mereka sekedar rebah miring bertumpu dengan satu siku saja.      

"Mommy sepertinya punya elemen api, bumi, dan sedikit elemen petir?" Jovano memikirkan itu.      

"Sepertinya mommy Jovano memiliki elemen petir karena dari suaminya, Tuan Muda Dante. Terkadang, itu juga bisa terjadi pada suami istri karena mereka sudah saling terhubung dengan baik dan lebih memungkinkan terjadinya penggabungan elemen," jelas Kenzo.      

"Tapi yang aku liat, Aunty Andrea tidak begitu kuat elemen petirnya." Gavin menambahkan.      

"Elemen petir Aunty Andrea sepertinya muncul dalam sebuah energi api yang aneh." Zevo menambahkan.      

"Ohh benar, seperti tembakan laser api yang berselimut petir!"      

"Dan berwarna merah muda!"     

"Sepertinya itu dia namakan Lovre."      

"Wah, nama yang unik!"      

"Apa karena warnanya merah muda sehingga berkaitan dengan love?"     

"Mommy bilang itu bernama Lovre karena tercipta akibat cinta dia dengan Daddy."      

"Ohh..."      

Kenzo tersenyum mendengar pembicaraan para bocah ini. "Sudah, sudah, lekaslah kalian tidur. Besok pasti kalian akan menjalani latihan yang tidak ringan, loh!"      

"Iyakah?" Mata Gavin bersinar. "Apa itu, Pa?"     

"Ra... ha... si... a..." Kenzo mengerling jenaka ke putranya.      

"Urrghh..." Gavin mengerucutkan bibirnya dan mulai rebah telentang, bersiap tidur. Jovano dan Zevo juga demikian.      

Ketiga bocah itu pun membenahi posisi mereka agar lebih baik untuk berangkat tidur. Kenzo tersenyum melihat ketiganya. Ia bagai sedang menatap masa depan bagi ras Iblis Underworld.      

Terutama pada Jovano. King Zardakh sudah menetapkan Jovano sebagai pewaris dia jika memang Andrea tidak berkeinginan untuk melanjutkan kepemimpinan ayahnya nanti sebagai Penguasa Kerajaan Orbth.      

Para saudara Andrea yang berjumlah jutaan itu sudah sepakat untuk tidak bersedia memegang tampuk tertinggi di Kerajaan Orbth. Mereka semua tidak mengincar kekuasaan dari King Zardakh. Mereka sepakat bahwa mereka ingin diberi kehidupan nyaman tanpa harus bersusah payah.      

King Zardakh mengerti akan kemalasan para anak cucunya yang berjumlah jutaan itu dan memang membiarkan saja mereka. Asalkan diberi kehidupan nyaman dan bebas, mereka tidak akan mengganggu jalannya kekuasaan di kerajaan dia.      

Pandangan Kenzo menerawang ke atas, bertemu dengan batang kayu yang memiliki pola berbentuk uliran normalnya sebuah pohon. Dia juga harus memikirkan mengenai anak dan istrinya sendiri.      

Jika Kerajaan Orbth kembali dalam mode perang seperti dulu, kemanakah Shelly dan anak-anaknya akan dia ungsikan. Jika dulu, Kenzo bisa berperang dengan tenang dan mencurahkan fokus seluruhnya ke medan pertempuran.      

Tapi sekarang, tidak bisa begitu. Sudah ada Shelly dan anak-anak.      

Tidak apa, ia pasti akan bisa menemukan solusi mengenai itu, dan berharap Kerajaan Orbth tidak perlu lagi mengalami peperangan seperti jaman dulu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.