Devil's Fruit (21+)

Menjelajah Dengan Punggung Raja Naga Iblis Heilong



Menjelajah Dengan Punggung Raja Naga Iblis Heilong

0Fruit 611: Menjelajah Dengan Punggung Raja Naga Iblis Heilong     
0

Berkat kegigihan dan kerja sama banyak orang, tidak berapa lama kemudian, para monster burung pun berhasil dimusnahkan. Mayat-mayat hangus, atau meleleh, atau tercincang... bertumpuk di tanah bersalju tidak jauh dari hutan.      

Untung saja mereka berhasil menghalau gerombolan monster itu sebelum mencapai hutan atau tempat hunian mereka bisa kacau balau jika berhasil diserang para monster.      

Meski kesuksesan diraih, itu membutuhkan waktu yang tidak sedikit.      

Kini, tirai senja hampir tiba di Alam Schnee. Di alam milik King Zardakh, matahari dan bulan masih muncul seperti normalnya alam manusia biasa. Ini berbeda dengan benua antartika sebenarnya dimana pergantian siang dan malam terjadi setiap enam bulan sekali.      

Bisa dibayangkan dalam enam bulan mengalami siang terus selama dua puluh empat jam, dan enam bulan selanjutnya ganti mengalami hanya malam saja sepanjang waktu sampai nanti beralih setelah enam bulan.      

Perbedaan juga pada suhu ekstrimnya. Alam Schnee masih bisa dikatakan tidak seganas Kutub Selatan.      

Meski begitu, menurut King Zardakh, latihan di Alam Schnee masih merupakan hal yang baik dilakukan untuk mempersiapkan fisik dan mental sebelum datang ke Antartika yang sangat ekstrim dan kejam.      

Di hari-hari biasa, jika malam telah tiba, Andrea akan pergi ke Alam Cosmo milik dia sendiri untuk membuat pil berbagai jenis dan juga salep obat sebagai sarana berjaga-jaga.      

Terkadang Myren atau dua suaminya akan ikut menyertai dia ke Alam Cosmo untuk membantu memanen Buah Energi Roh dan Inti Kristal yang biasanya dibagikan setiap selesai latihan.     

Kenzo akan meminta ikut serta ke Alam Cosmo untuk menengok Shelly dan si kecil Ran. Sedangkan Sabrina juga ikut untuk menyusui sejenak bayi-bayi generasi kedua dia.      

Seringkali Dante dan Giorge menemani Andrea membuat obat di Pondok Alkemia. Mereka pasti terkagum-kagum setiap melihat proses pembuatan pil alkemia yang fantastis dan mendekati magis.      

Dan, tidak terasa, seminggu lebih sudah berlalu di dalam hutan tersebut. Berbagai jenis dan macam latihan juga sudah dijalani di sana.      

"Noni Putri, apakah nanti malam Noni Putri akan ke Cosmo?" tanya Kyuna ketika jam rehat datang di tengah hari.      

"Kayaknya, sih. Kenapa, Kyu? Mo ngikut ke sana?" balas Andrea saat mereka duduk santai di salah satu dahan besar pohon.      

Kyuna mengangguk. "Aku sudah kangen dengan anak-anak. Semoga saja mereka tidak membuat masalah ketika aku tidak mengawasi mereka."      

"Tenang aja, Shelly jagain Kevon ama Alyn terus, kok! Mereka juga doyan makanan yang dibikin ama Shelly." Andrea menepuk-nepuk punggung tangan Kyuna agar sang siluman rubah ekor sembilan bisa lebih tenang.      

Kyuna tersenyum senang, "Sudah pasti mereka akan senang dengan masakan Nona Shelly, karena aku tidak begitu pandai memasak, ha ha ha... Justru Ro yang biasanya membuatkan makan untuk mereka."      

"Sepertinya jaman sekarang malah suami-suami kita yang lebih piawai ngurus makanan dibanding kita yang perempuan, yak! Ha ha ha!" Andrea tanpa malu mengakui ketidakcakapan dia dalam hal memasak.      

"Entah, Noni Putri, aku tidak begitu tau dunia luar sebelum ini, he he..." Kyuna tertunduk malu sambil bawa sejumput rambut ke belakang telinga. "Aku hanya hidup beratus-ratus tahun di lembah para siluman rubah dan di sana lebih banyak perempuan daripada lelaki, tapi saat itu aku cukup dimanja dan tidak melakukan pekerjaan wanita apapun, he he..."      

"Mama!" Kuro sudah melesat menghampiri Andrea sambil lebarkan senyumnya. "Jenderal Myren katanya akan menjelajah daerah sekitar sini untuk persiapan latihan besok. Aku ingin ikut." Ia pun duduk di sebelah Andrea dan mulai bermanja.      

"Iya kah? Pengin ikut?" Andrea mengelus sayang rambut hitam berkilau Kuro yang panjang sepinggang. Kadang dia terheran, kenapa justru anak angkatnya yang mau bermanja-manja padanya begini?      

"Aku juga ingin ajak Mama kalau Mama mau. Aku sudah minta ijin Jenderal, dan dibolehkan!" Kuro menggelendot di lengan Andrea dan dua kakinya berayun-ayun bebas sambil dia duduk santai di atas dahan.      

"Wah, sepertinya asik, nih!" Andrea menanggapi dengan raut senang. "Mama juga pengin ikut kalo boleh. Naik apa ke sana? Jalan kaki?"      

Kuro menggeleng. "Kita naik punggung Ayah Naga saja, Ma. Ayah Naga sudah bersedia, kok! Kak Kyuna ingin ikut juga?"      

Kyuna mengangguk. "Boleh, boleh! Kalo dibolehkan Jenderal, pasti ikut."      

Ketika Andrea, Kyuna, dan Kuro menghadap ke Myren, ternyata Myren memperbolehkan ketiganya ikut dia mengobservasi daerah sekitar hutan. Dia juga menyetujui rencana naik ke punggung Raja Naga Iblis Heilong yang besar dan panjang.      

Kemudian, tiga perempuan dan tiga pemimpin itu pun duduk tenang di atas punggung Raja Naga Iblis Heilong.      

"Raja, maaf jika kami kurang ajar menggunakan punggungmu untuk duduk." Myren menepuk badan sang raja naga iblis.      

"Tidak apa-apa, Jenderal. Ini bukan sesuatu yang harus diminta maaf begitu. Hamba justru merasa tersanjung mendapat kehormatan mengiringi Paduka sekalian seperti ini." Raja Naga Iblis Heilong lekas menyahut.      

"Ayah Naga, jangan sampai kau menjatuhkan kami, kau dengar itu?!" Kuro menepuk keras tubuh panjang dan keras sang raja naga berwarna hitam yang besarnya hampir menutupi langit.      

"Ha ha ha, Nak... kau bisa yakin bahwa ayahmu ini akan membuai kalian semua hingga tidak sadar sudah terlelap saking nyamannya." Raja Naga Iblis Heilong melirik sang anak yang duduk di tengah.      

Mereka semua sudah terbang bersama Raja Heilong ke sebuah daerah yang penuh dengan warna putih dan putih saja ketika menjauh dari hutan.      

"Sepertinya hutan di daerah ini hanya hutan yang kita tempati." Myren yang duduk paling depan masih saja melihat hamparan putih semata di sepanjang mata menatap.      

"Benar, Jenderal." Panglima Ronh di belakangnya menimpali. "Tunggu, apa itu di sana?" Ia menunjuk ke sebuah arah.      

Myren dan yang lain segera menajamkan pandangan mereka pada obyek yang ditunjuk oleh Ronh.      

"Pegunungan?"      

"Benarkah itu pegunungan?"      

"Tunggu, itu apakah... kawah?"      

"Raja Naga, tolong turun di sebelah sana." Myren menunjuk ke sebuah arah dan Heilong langsung mengangguk patuh.      

Tidak berapa lama, tubuh besar Raja Naga Iblis Heilong sudah mendarat di tepi kawah sebuah gunung.     

"Apakah ini gunung berapi?" Kuro bertanya ketika turun.      

"Sebentar aku cek dulu." Kenzo pun menempelkan dua telapak tangannya ke tanah tersebut dan memejamkan mata. "Iya, benar, ini gunung berapi, tapi bukan jenis yang aktif. Hanya ada aliran magma saja jauh di dalam sana." Dia menjelaskan singkat mengenai kondisi alam di sana.      

"Gunung berapi di sebuah daerah super dingin!" Kyuna takjub.      

"Dan di sana... di kawah itu... ada danau." Kenzo menunjuk ke kawah yang mempunyai danau besar berwarna ungu merah pekat.      

Andrea mengernyitkan keningnya. "Warnanya aneh, yah! Berasa kayak danau darah."      

"Ma, itu kan mirip ama Kolam Darah yang pernah kita pakai untuk berendam menguatkan organ dalam kita!" Kuro mengingatkan mengenai sebuah kolam berwarna meraha pekat seperti darah di dalam ngarai di Alam Feroz milik Pangeran Djanh.      

"Benar, Noni Putri. Itu hampir mirip dengan kolam darah yang waktu itu!" Kyuna memekik.      

Mereka pun sepakat untuk turun ke kawah guna memeriksa danau yang sebenarnya terlihat indah tersebut.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.