Devil's Fruit (21+)

Memanjat Tebing



Memanjat Tebing

0Fruit 613: Memanjat Tebing     
0

Paginya, Myren seperti biasa, mengumpulkan seluruh anggota tim berkumpul sebelum latihan. Karena mereka bukan lagi di benteng, maka mereka berbaris rapi sesuai tim masing-masing di luar hutan, tempat hunian sementara mereka.      

Hutan itu begitu teduh dengan cabang-cabang pohonnya yang berbentuk ala payung, menaungi bagian bawah hutan hingga tidak terjamah salju. Dan beruntunglah mereka karena belakangan ini salju tidak turun sama sekali di Alam Schnee, alam milik King Zardakh.      

"Kalian!" seru Myren dengan suara lantang. "Hari ini akan berjalan kembali ke arah yang aku tentukan! Di sana!" Myren menunjuk sebuah arah.      

Seluruh anggota tim menolehkan pandangan ke arah yang ditunjuk Myren. Mereka belum melihat apapun, hanya hamparan putih dan putih saja. Mereka mulai berasumsi tempat yang dimaksud Myren pasti tidak sederhana.      

"Kita akan berjalan beberapa jam dan itu adalah latihan untuk kalian juga! Ingat, hanya boleh mengandalkan fisik! Kalung kalian akan berbunyi jika kalian curang menggunakan kekuatan magis apapun! Termasuk kekuatan elemen!" tambah Myren. "Jalan!"      

Mereka semua pun berjalan rapi sesuai barisan tim masing-masing.      

Selama satu jam, mereka masih melangkah di atas hamparan putih salju semata. Namun, setelah itu, jalanan mulai menanjak naik. Myren membagikan sepatu khusus yang di bawahnya terdapat duri-duri kecil agar mereka tidak terpeleset di salju ketika berjalan menanjak.      

Makin lama, kian naik hingga mereka akhirnya sampai di sebuah tebing terjal yang tinggi menjulang begitu kokoh dengan batuan keras yang membentuk guratan-guratan di sepanjang badan tebing tersebut.      

"Apakah kita harus memanjat ini?"      

"Astaga, ini ... ini sangat tinggi!"      

"Entah aku sanggup atau tidak untuk yang ini..."      

"Jangan merengek begitu! Kita ini kan prajurit yang sudah dilatih! Pasti kita kuat, bodoh!"      

"Perhatian!" seru Myren. "Kalian HARUS memanjat tebing ini menggunakan tangan dan kaki kalian saja! Tidak menyertakan kekuatan magis ataupun elemen. Aku yakin kalian bisa! Jangan meremehkan diri kalian sendiri. Kalian sudah berlatih berbulan-bulan! Tunjukkan padaku hasil pelatihan dariku!"      

"Siap laksanakan, Jenderal!" seru para prajurit Iblis secara serempak. Ya, mereka tidak akan mengecewakan jenderal kebanggaan mereka yang telah melatih mereka secara khusus di sini. Mana mungkin mereka masih tidak percaya diri? Meski mereka dicap prajurit paling lemah di Kerajaan Orbth, namun sekarang mereka sudah jauh lebih kuat daripada sebelumnya!     

"Tim 1 sampai tim 10, bersiap memanjat! Jangan sampai terjatuh, karena kalau sampai jatuh, kalian harus mengulang lagi dari bawah sini!" teriak Panglima Ronh.      

"Siap, Panglima!" jawab para prajurit Iblis.      

Setelah itu, sepuluh tim dipanggil secara bergiliran untuk mulai memanjat. Karena tebing itu berukuran luas dan tinggi, mereka bisa leluasa memilih tempat memanjat tanpa harus berdesak-desakan dengan yang lain.      

"Untuk Sabrina, Noir dan Gazum, ayo ikut aku." Myren berkata pada trio Beast yang belum bisa bertransformasi. "Kita akan ke bagian lain tebing yang medannya bisa untuk kalian panjat sesuai dengan bentuk tubuh kalian."      

Sabrina, Noir dan Gazum mengikuti Myren menjauh dari yang lain dan tiba di sebuah tebing yang lebih landai meski tetap tidak bisa diremehkan. Namun lekukan batu pada tebing itu bisa dipanjat oleh hewan berkaki empat tanpa mempersulit mereka.      

"Gazum, kau juga pasti bisa memanjat di sini. Aku yakin itu." Myren pun memutuskan untuk mengawasi ketiganya di sini. "Meski misalkan kalian terpeleset dan jatuh, aku akan menerima tubuh jatuh kalian memakai kekuatan magisku, tapi itu artinya kalian harus mengulang lagi dari awal. Mengerti?"      

"Mengerti, Jenderal." Ketiganya serempak menjawab.      

Maka, tiga Beast itu pun mulai memanjat, mencengkeramkan cakar-cakar tajam mereka ke batuan agar mereka bisa terus naik dan naik.      

Sementara itu, di tempat anggota tim lainnya memanjat, Panglima Ronh dan Panglima Kenz yang bertugas menjaga mereka.      

Seperti yang tadi disampaikan Myren, jika ada yang jatuh, para Panglima ini akan siap menggunakan tenaga magis mereka untuk menerima tubuh jatuh anggota, namun kerugian tetap ada, yaitu mengulang lagi dari bawah. Itu pasti melelahkan.      

Oleh sebab itu, para anggota berharap mereka jangan sampai terjatuh. Semakin cepat mereka sampai di puncak tebing, maka mereka akan makin cepat beristirahat.      

Akhirnya giliran bagi Tim Blanche pun tiba. Satu demi satu dari mereka mulai memanjat dibantu dengan sepatu berduri yang tadi dibagikan Myren.      

Untuk memberikan kemudahan sedikit bagi Tim Blanche, mereka juga diberi sarung tangan kain tebal. Para prajurit Iblis tidak merasa iri sama sekali dengan itu. Tim Blanche bukan serdadu seperti mereka, dan jika mereka juga diberi sarung tangan itu, mereka justru akan terhina karena disejajarkan dengan orang awam.      

"Ayo, Voi! Kau bisa!" seru Gavin menyemangati Voindra yang memanjat di sebelahnya. Kemudian Gavin menoleh ke sisi lain. "Kak Sho! Ayo terus memanjat!"      

Voindra yang nyaris tersenyum girang, kini mulai cemberut melihat Gavin juga memberi semangat ke Shona.      

Shona melihat sepintas kerucutan bibir Voindra dan lekas menyahut, "Jangan khawatirkan aku, Gav! Hrghh! Aku... tentu saja kuat! Rgghh!" jawab Shona sambil mengerang ketika mereka sudah cukup jauh dari titik awal. "Kau harus beri semangat ke Voi!" Kemudian, Shona pun mempercepat panjatannya agar lekas meninggalkan Gavin dan Voindra.      

Sepertinya Shona mengerti kalau Voindra seringkali terlihat aneh jika Gavin berbincang dengannya. Ia hanya berasumsi, Voindra cemburu. Shona mendengus sambil tersenyum menyeringai. "Bocah itu... hmph! Sudah bisa merasakan cemburu, yah! Dasar anak bau bawang, fuhuhuu..." Ia geli sendiri.      

Di atas Shona, ada ayahnya yang sedang bersaing cepat dengan Dante dan Giorge. Ketiga pria itu memang sering berkompetisi dalam latihan.      

Kemudian, di bawahnya ada Andrea dan Revka yang juga bersaing gila-gilaan. Sebenarnya Revka saja yang menginginkan melampaui Andrea dalam berbagai kegiatan fisik. Dan Andrea yang senang menggoda Revka, tentu menyambut tantangan Revka.      

Sesungguhnya, kekuatan fisik Andrea jauh di atas Revka setelah darah Iblisnya kembali ke tubuh dan segel garis darahnya sudah dibuka. Tapi dia berlagak satu langkah di depan Revka hanya untuk menggoda si Nephilim, sekaligus memacu Revka agar terus mengejarnya.      

Revka itu gadis yang manja dan merasa dirinya paling hebat segala-galanya di bandingkan orang lain. Oleh karena itu, Pangeran Djanh sebagai sang suami, lebih suka menyerahkan sang istri pada Andrea untuk dididik agar semangat juangnya terpacu dan bisa terus berusaha untuk lebih baik lagi.      

Di bawah Andrea dan Revka, ada Kuro yang bersaing dengan Kyuna dan Vargana. Di sisi lain tebing, ada Shiro yang berkompetisi dengan Jovano dan Zevo. Dan tak jauh dari mereka ada Raja Naga Iblis Heilong yang memanjat dalam sunyi bersama Rogard yang pendiam.      

Pangeran Djanh dan kedua suami Andrea sudah memanjat gila-gilaan hingga membalap banyak prajurit Iblis yang sudah mencapai separuh dari tinggi tebing. Para prajurit Iblis yang dilampaui ketiganya hanya bisa pasrah dan mendesah melihat kekuatan ketiga orang itu.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.