Devil's Fruit (21+)

Terjatuh dari Tebing



Terjatuh dari Tebing

0Fruit 614: Terjatuh dari Tebing     
0

Sebenarnya, Andrea bisa ikut bersaing dengan tiga pria itu, namun dia rela mengurangi kekuatan fisiknya demi bisa menggoda Revka. "Ayo, Mpok Kitty! Mana semangatmu? Udah nyerah, nih? Wihi hi hi hi..."      

"Rrghhh! Cambion burik! Tunggu aku! Akan aku tampol mulut burikmu itu!" seru Revka sambil menggertakkan gigi menahan kesal.      

"Yakin bisa? Yakin nih beneran bisa nampol gue? Ayo, sini, sini... buruan tampol gue, sini! Aha ha ha! Awas melonmu gepeng kena batu, Mpok!" ledek Andrea sambil menoleh ke bawah.      

"Setaaannn! Kau juga punya melon, brengsek!" Revka menjerit tidak terima jika Andrea yang dadanya juga membusung seperti dia masih bisa meledek. Oh, itu karena Andrea tetap lebih kuat daripada Revka meski berdada besar. Revka kesal setengah mati karena itu.      

"Ha ha ha! Melon gue beda ama melon elu, Mpok! Melon gue ini setroooong! Ha ha ha!" Andrea makin meledek Revka, menjadikan bara semangat untuk si Nephilim mengejar Andrea.      

Namun, segila apapun Revka mengejar Andrea, sang Cambion masih tetap bisa lebih cepat selangkah di depan Nyonya Nephilim.      

"Hrrghh! Erghh!" Voindra mulai kepayahan. Mereka sudah mencapai hampir setengah dari tebing.      

"Voi, jangan surut!" seru Gavin di sebelahnya, masih saja memberikan semangat juang untuk anak bungsu Myren. "Kita sudah hampir di puncak! Ayo, Voi!"      

"Gavhh... hnnghh... susah! Ini susah! Tanganku... kaku... hrrghh..." Voindra berusaha mencari lekukan batu untuk tempat berpegangan. Setelah mendapatkan pegangan, ia mati-matian menarik tubuhnya dibantu dengan dorongan dari kakinya agar bisa bergerak naik.      

"Bisa! Aku yakin Voi bisa!" Gavin sendiri, dia sengaja memperlambat lajunya agar terus mendampingi Voindra.      

Fisik Gavin... meski dia seorang bocah 7 tahun, namun fisik dia ternyata tidak kalah dengan Jovano dan Zevo yang empat tahun di atasnya. Gavin memang menempa dirinya secara serius agar sebanding dengan duo tadi dan tidak dipandang remeh hanya karena dia jauh lebih muda dari keduanya.      

Voindra ingin menangis. Ia memandang ke atas dan tentu saja puncak tebing masih begitu jauh dari mereka. Ia menggeleng. Gavin memang baik dan mendorong semangatnya, tapi ia tau persis seberapa tinggi yang masih harus mereka capai untuk sampai ke puncak. Tidak se-hampir seperti yang diucapkan putra Kenzo!      

Gavin yang melihat Voindra mulai terisak, jadi khawatir. "Voi! Jangan menangis! Nanti kau akan lebih lelah kalau menangis! Ayo, ayo pegang tanganku! Aku akan menarikmu!" Ia menjulurkan tangan ke Voindra yang berada sedikit di bawahnya.      

Voindra berusaha mencapai uluran tangan Gavin. Meski Gavin sudah merendahkan posisi panjatannya sedemikian rupa untuk menjangkau tangan Voindra, tapi gadis itu masih kepayahan meraih tangan Gavin.      

Hampir... dua tangan itu sudah hampir bersentuhan. Voindra sampai berjinjit agar lebih naik. Jarak tangan mereka tinggal satu sentimeter lagi...      

"AAARRGHHH!"      

... sayangnya Voindra tidak berhasil karena tangan satunya gemetar dan membuat keseimbangan dia runtuh. Ia pun jatuh tanpa bisa ditahan lagi.      

"VOI!!!" teriak Gavin sambil menatap tubuh Voindra yang melayang turun. Ia bisa menyaksikan tangan kecil mulus Voindra berusaha mencari batu untuk berpegangan agar tidak terus jatuh, namun tangan itu malah tergores batu.      

Panglima Ronh yang mengetahui bungsunya terus berusaha menggapi batu sambil terjatuh, berpikir bahwa itu akan membahayakan Voindra sendiri. Ia pun lekas mengirimkan tenaga magisnya dan menangkap tubuh Voindra untuk di bawa turun secara aman.      

Gavin menghela napas lega melihat ayah Voindra sudah menyelamatkan putrinya. Dan ia teringat bahwa siapapun yang jatuh, harus mengulangi dari awal. Ia tidak tega melihat Voindra musti mengulang memanjat dari titik awal. Gadis kecil itu sudah terluka tangannya dan masih harus mengulangi?      

Wusss!      

Gavin menolak batuan yang dia panjat untuk terjun ke bawah. Ia sengaja menjatuhkan dirinya. "PAPA! TERIMA AKU!"      

Kenzo yang masih memeriksa luka di kedua tangan Voindra kaget mendengar seruan anaknya. Ia buru-buru mengaktifkan tenaga magisnya agar menyelubungi anaknya dan membawa turun dengan perlahan dan selamat.      

"Tsk, Gav, kau ini! Untung saja Papa lekas mendengarmu dan bertindak cepat, atau kau akan hancur berkeping-keping!" tegur Kenzo pada sang putra.      

Gavin hanya tertawa nakal, lalu dia segera menghampiri Voindra. "Gimana luka Voi? Apakah parah?" tanyanya dengan raut cemas.      

"Batuan tadi sudah merobek tangan dan lengan dalam Voindra." Ronh menatap iba putrinya, hatinya terasa nyeri melihat luka Voindra.      

"Kita harus minta tolong Kak Sho! Kita harus minta tolong dia untuk sembuhkan Voi!" Gavin meremas lengan ayahnya dengan tatapan penuh harap.      

"Tapi itu artinya Shona harus turun, Gav, sementara Shona sudah mencapai setengah lebih dari tebing." Kenzo menggeleng.      

"Bawa Kak Sho ke sini sebentar untuk sembuhkan Voi, lalu kembalikan dia di titik semula! Ayo, Pa! kumohon! Kasian Voi! Dia pasti kesakitan!" Gavin menatap ayahnya dan Voindra bergantian. Ia merasa hatinya nyeri melihat luka sobek di tangan Voindra dan gadis itu mulai terisak kesakitan.      

"Bagaimana, Ronh?" tanya Kenzo pada rekannya.      

"Apakah ini melanggar aturan Jenderal?" tanya Gavin. "Aku rela menerima hukumannya jika ini melanggar aturan dari Jenderal, tapi tolong dulu Voi!"      

"Baiklah. Aku nanti yang akan berbicara pada Jenderal." Ronh mengangguk. "Kenz, kau bisa datangi Shona dan tanya apa dia mau menyembuhkan Voindra. Dia akan dikembalikan ke titik panjatan dia setelah itu tanpa mengurangi sejengkal pun."      

Panglima Kenz mengangguk. Gavin tersenyum lebar dan hatinya mulai lega.      

Kemudian, Panglima Kenz melonjak naik di angkasa dan menghampiri Shona. "Nona Shona, maukah Nona menyembuhkan Voindra yang terluka? Nanti aku akan antar Nona ke titik ini lagi andaikan Nona bersedia."      

Shona menjawab, "Kupikir aku tidak akan ditanya seperti ini. Ayo, cepat bawa aku ke Voi. Aku tadinya ingin menjatuhkan diri seperti Gavin, tapi kalau memikirkan aku harus mengulang dari awal, egoisku muncul. Maaf."      

Panglima Kenz pun menggendong Shona untuk turun ke bawah. "Aku tidak akan menyalahkan keegoisan Nona, karena itu hal yang wajar. Tapi, jangan khawatir, aku akan mengembalikan Nona ke tempat tadi Nona sudah memanjat."      

"Oke." Shona memeluk leher Kenzo sambil dia digendong ala bridal oleh sang panglima.      

Sesampainya di bawah, Shona lekas hampiri Voindra dan arahkan dua tangannya ke atas luka Voindra tanpa menyentuhnya. Sinar cahaya hijau mulai keluar dan telapak tangannya.      

Perlahan-lahan, luka sobek di tangan Voindra pun mulai menutup secara ajaib. Dan Shona melakukan hal serupa di tangan yang satunya lagi.      

Maka, tidak berapa lama, luka sobekan yang memanjang dari telapak tangan hingga siku dalam dari Voindra pun kini sudah sepenuhnya tertutup.      

Voindra berhenti menangis karena sudah tidak merasakan sakit lagi. "Terima kasih, Kak Sho. Terima kasih," cicit Voindra sambil usap air mata di pipinya. Ia lega luar biasa. Jika tidak ada Shona, entah bagaimana dia akan sembuh dari luka seperti itu.      

Meskipun ada Andrea yang akan menyembuhkan dengan pil dan salep obat, tapi tidak lebih cepat dari daya Healer milik Shona. Kekuatan Healer Shona sangat menentang hukum Langit, lebih gila dari Pil Dewa milik Andrea.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.