Devil's Fruit (21+)

Memakai Kekuatan Genjutsu



Memakai Kekuatan Genjutsu

0Fruit 620: Memakai Kekuatan Genjutsu     
0

Badai salju luar biasa yang dikeluarkan sosok itu memang sangat berbahaya. Jika mereka tidak lekas melakukan sesuatu, mereka akan menjadi mayat es.      

Semua pun mengangguk. Masing-masing dari mereka segera keluarkan kekuatan elemen.      

Vargana menggunakan anginnya, Noir dan Zevo memakai petir mereka dan Sabrina merilis api dia. Semuanya untuk menghalau banyaknya kristal es yang menghujani mereka disela-sela badai sengit dari salju ciptaan sosok itu.      

Sedangkan tugas Jovano adalah untuk mempertahankan suhu agar tidak jatuh akibat serangan badai salju yang menggila di sekitar mereka.      

"Ayo, Nona Va, kita gabungkan kekuatan kita!" Sabrina mengajak Vargana untuk menggabungkan kekuatan.      

Vargana mengangguk dan segera menyelaraskan energi elemen mereka menjadi sebuah harmonisasi.      

Penggabungan dari dua elemen mereka: api dan angin, membuat sebuah pusaran api yang mulai membesar dan membesar terus melingkupi mereka semua dan mulai menjalar ke segala arah di sana.      

Jovano pun melonjak ke udara untuk melihat siapakah yang ada di belakang ilusi ini? Jika sosoknya bersembunyi, tentu tidak sulit jika dilihat dari atas. Maka, dia pun segera mencari sosok aneh di bawah sana.      

Ia berkonsentrasi penuh menatap inci demi inci semua area di sana.      

"Jo!" Terdengar suara ibunya di anting komunikasi dia. Ia lupa bahwa cara bisa terhubung dengan orang luar, dia harus melonjak tinggi di angkasa.      

"Ya, Mom?" Jovano terpaksa hentikan pencarian dia dan bicara pada ibunya melalui anting komunikasi yang dia tekan. Sementara di bawah sana, rekan-rekan Blanche dia masih berjuang melawan kekuatan es dahsyat dari sosok misterius.      

"Bisakah kau berikan pada kami tanda?" pinta Andrea.      

"Oke." Jovano pun menembakkan api hitam ke angkasa bagaikan suar. "Sudah. Apakah kalian bisa merasakannya?" tanya Jovano.      

"Tidak bisa." Andrea berkata dengan lesu di seberang. "Oke, gini aja... kamu pejamkan mata, konsentrasi dan coba terhubung ama Mama lewat telepati jiwa. Siapa tau itu bisa bikin Mama tau letak koordinat kamu berada."      

"Oke, Mom!" Jovano lekas saja pejamkan mata dan fokus memikirkan ibunya sambil dia tetap melayang. Ia mengosongkan pikiran lainnya selain bayangan ibunya dan...      

Seketika seutas cahaya bagai menembak di otak Jovano. Mereka akhirnya terhubung.      

Setelah kedua ibu anak itu terhubung melalui telepati jiwa, Andrea langsung mengajak Myren ke koordinat yang dia rasakan berdasarkan aura dari sang anak. Andrea melacaknya dengan tenaga Sniffer dia.      

Andrea dan Myren tiba di sebuah hutan, namun tidak ada apa-apa di sana.      

"Ndre, apakah ini benar-benar ilusi? Hutan ilusi?" tanya Myren heran karena tidak ada apapun di hutan tersebut. Suasana di sana sangat sunyi senyap. Keduanya masih melayang tinggi di angkasa.      

"Apa si Babeh kancut itu pernah nyebut ada hutan ilusi di alam ini, Kak?" Andrea ingin memastikan.      

Myren menggeleng. "Sejauh yang aku ingat, sih, dia sama sekali tidak menyebut tentang adanya hutan ilusi di Schnee. Atau ini gangguan anyar dari dia?"      

"Dengan bikin anak-anak kita terjebak dan gak bisa keluar gini? Udah keterlaluan deh kalo dia beneran sengaja bikin beginian untuk menguji kita." Andrea mengepalkan tinjunya. "Apa dia kepingin cucu-cucu dia celaka?"      

"Sudah, sudah, percuma juga kita marah-marah ke dia di sini. Nanti aja kita tampol bareng-bareng kalo dah ada orangnya!" Myren mencoba tenangkan sang adik. Namun, kalimat terakhirnya benar-benar membuat tenang Andrea yang menyeringai penuh makna.      

Karena kekuatan pelacak dari Andrea yang disebut Sniffer sudah menetapkan titik koordinat letak Jovano dan yang lainnya terperangkap ke hutan ilusi, kini Andrea harus memikirkan cara untuk memecahkan ilusi ini.      

Andrea kerutkan keningnya dan terus berpikir. "Hmm... apa harus aku lawan pake kekuatan ilusi aku juga, yah?" Ia lengkungkan bibirnya ke bawah sambil terus berpikir.      

"Coba aja, Ndre. Siapa tau itu solusinya." Myren memberikan semangat.      

Sang putri Cambion pun berkonsentrasi mengeluarkan kekuatan Genjutsu dia, kekuatan ilusi yang dia ambil namanya dari sebuah jurus kuat di salah satu anime terkenal.      

Ia pejamkan mata sambil terus edarkan Genjutsu dia. Satu meter... sepuluh meter... seratus meter...      

Kening Andrea berkerut sambil mata tetap terpejam erat. Myren tidak mengganggu adiknya sama sekali dan terus menunggu di sebelahnya.      

Di alam Genjutsu, Andrea berhasil bertemu dengan sosok lelaki tua berjanggut putih berkilau.      

"Siapa kau?" Lelaki tua itu terkejut ketika Andrea muncul dalam pikirannya.      

"Tidak penting siapa aku, yang penting... lepaskan orang-orang yang kau perangkap, Pak Tua." Andrea berkomunikasi dengan sosok tua itu dalam dunia Genjutsu dia yang sudah berhasil masuk ke dunia jiwa pak tua tadi.      

"Huh! Jangan harap! Mereka ini sombong dan seenaknya padaku!" Pak Tua mendengus sambil buang pandangan ke arah lain dengan sikap arogan.      

"Pak Tua, jangan mempersulit mereka. Kalo emang mereka bikin keki kamu, kita bisa bicarakan kompensasinya nanti. Yang penting, lepaskan dulu mereka dari dunia ilusimu." Andrea menawar. "Aku akan beri kompensasi yang bagus, jangan khawatir." Ia sudah menyiapkan Buah Energi Roh dan Inti Kristal untuk kompensasi nanti.      

Iblis dan para siluman takkan bisa menolak godaan dari Buah Energi Roh dan Inti Kristal, itu yang Andrea yakini.      

"Huh! Tidak sudi! Kalian ini makhluk rendahan hanya bisa mengucap omong kosong saja! Aku tidak percaya! Biar saja mereka membusuk selamanya di dunia ilusiku!" Orang tua itu makin sengit dan meremehkan Andrea. "Kecuali kau mau berlutut dan memanggilku Yang Mulia, maka aku bisa mempertimbangkan ucapanmu."      

Nyonya Cambion menahan emosinya yang sudah ingin meluap. Orang tua ini sungguh sombong dan pahit. Apakah pria tua itu merasa dia yang paling hebat di kolong langit ini?      

"Jadi, tidak ada cara lain selain berlutut dan nyebut Yang Mulia ke kamu?" Andrea bertanya dengan nada rendah.      

Tiba-tiba, dari ruang benaknya, sang putra sulung sudah berbicara lagi, mengabarkan bahwa mereka makin terdesak dengan kekuatan pak tua yang kian menggila menyerang mereka.      

"Ya, hanya cara itu yang bisa kau lakukan jika memang kau ingin mereka keluar dari sana!" Pak Tua sungguh-sungguh keras kepala.      

Andrea tidak ada pilihan lain lagi. Ia menaikkan batas Genjutsu dia hingga makin mendekati Pak Tua dan orang tua itu pun lekas merubah wujudnya menjadi seekor naga yang sangat besar, mirip dengan Raja Naga Iblis Heilong.      

Namun, Andrea tidak gentar! Dia akan melakukan apapun untuk menyelamatkan putranya, meski harus menggunakan kekuatan sampai terkuras habis.      

Putri Cambion tidak mempunyai Beast apapun yang bisa dia keluarkan dalam ruang jiwa begini. Ia hanya bisa melawan Pak Tua dengan apa yang dia miliki saja.      

Karena Pak Tua itu ternyata memiliki kekuatan salju abadi yang kuat, Andrea hanya bisa mengatasi badai salju yang menyerangnya dengan menggunakan api Cero.      

Sayangnya, pertempuran di ruang ilusi jiwa dengan di dunia nyata sungguh berbeda. Andrea tidak sekuat biasanya jika dia harus bertarung di ruang ilusi jiwa. Terlebih, kekuatan Genjutsu dia memang memakai konsumsi energi yang sangat besar.      

Andrea juga terdesak di ruang jiwa ilusi ini. Nyawanya dalam bahaya, dan naga besar jelmaan Pak Tua itu terus berputar-putar mengelilingi Andrea sambil menyemburkan energi salju abadi yang sangat mematikan.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.