Devil's Fruit (21+)

Munculnya Burung Vermilion



Munculnya Burung Vermilion

0Fruit 622: Munculnya Burung Vermilion     
0

Oke, jadi... burung itu sungguh-sungguh bernama Burung Vermilion. Andrea lekas mencari pengetahuan mengenai Burung Vermilion, menggali lagi ingatannnya mengenai burung tersebut.      

Dulu dia sudah pernah mengetahui sekelumit mengenai si burung ini yang terkadang berlatih bersama dia di ruang jiwa ketika Andrea tertidur saat dia masih di Alam Feroz milik Pangeran Djanh.      

Saat itu Andrea salah paham bahwa mutiara merah darah yang masuk ke dahinya itu ternyata bukan mutiara penghisap daya hidup seseorang, melainkan Burung Vermilion. Ohh, ralat... itu bukan Burung Vermilion nyata, namun hanya bentuk dari jiwanya.      

Meski hanya berbentuk serpihan jiwa, namun ternyata Burung Vermilion sangat kuat. Dulu, Andrea sering kelelahan setiap selesai berlatih dengan Burung Vermilion dan Dante pernah salah paham dan mencemburui burung itu.      

Dan kini, Andrea hanya bisa menyaksikan ketika Burung Vermilion bertarung melawan naga besar putih bersisik bagai kristal.      

Pertarungan keduanya memang terbilang sengit. Setiap hembusan napas es dari moncong besar naga yang membentuk pusaran besar angin super dingin, Burung Vermilion pasti akan mengepakkan sayapnya dan menjadikan pusaran es berubah bentuk menjadi kabut.      

Burung Vermilion benar-benar kuat. Hawa es abadi milik naga sisik kristal itu tadinya begitu luar biasa dan mampu mendesak Andrea begitu rupa, namun di hadapan Burung Vermilion, setiap serangan es abadi hanya terlihat bagai remeh semata.      

Meski perbandingan tubuh keduanya sangat jauh, namun bisa disaksikan bahwa Burung Vermilion sama sekali tidak terintimidasi oleh perbedaan besar tubuh mereka. Ia tetap saja tegar kokoh mengepakkan sayap apinya sambil memendarkan selubung api d seluruh tubuhnya, menguapkan es dalam waktu cepat.      

Serangan naga terus dimentahkan oleh si burung. Ini membuat sang naga raksasa frustrasi melihat dia berkali-kali tidak berhasil menembus pertahanan api Burung Vermilion. Padahal es abadi dia banyak ditakuti lawan-lawannya.      

Terbukti bahwa burung api surgawi itu levelnya lebih tinggi daripada si naga sisik kristal.      

"Kau sudah aku ijinkan untuk menyerangku sejak tadi, sekarang giliranku!" teriak Burung Vermilion sambil menjerit keras melengking dengan nada tinggi.      

Burung Vermilion melesat secepat kilat ke depan naga yang tak siap dan tidak mengira kecepatan dari burung itu begitu di luar ekspektasi dia.      

Wosshh! Swoosshh!      

Sayap Burung Vermilion terus dikepakkan sembari dia melejit dengan gesit di sekeliling tubuh raksasa si naga. Ternyata perbedaan tubuh mereka yang jauh merupakan keuntungan sendiri bagi sang burung api.      

Kelincahan Burung Vermilion menjadi makin membuat naga raksasa kewalahan menghindar. Dia berusaha menggapai Burung Vermilion, berusaha menangkap tubuh Burung Vermilion yang lebih kecil darinya sambil menghembuskan napas es abadinya.      

Namun, ternyata Burung Vermilion benar-benar gesit. Berkelok ke kanan, berkelit ke kiri, lalu semburkan api surgawi dia dan mengenai tubuh naga.      

Si naga menjerit kesakitan. Meski sisiknya terbuat dari kristal, namun itu masih berisi elemen es, dan tentu bukan tandingan api surgawi Burung Vermilion yang ganas.      

Melesat ke atas, ia menghindari semburan pusaran angin dengan jejak serpihan es, Burung Vermilion tidak ragu-ragu untuk terbang mendekat ke naga dan tiba-tiba menukik ke arah lain, membuat naga makin gila akan frustrasi.      

Andrea tertawa miring melihatnya. Tadi si naga begitu pongah ketika menjadikan dirinya sebagai mainan bulan-bulanan si naga sisik kristal. Dan kini, ia bisa terkekeh bagai dendamnya terbalaskan melalui Burung Vermilion. Ia terus mengamati pertarungan keduanya di udara, sementara dia masih terduduk lelah di tanah. Badannya sakit semua.      

"Vermilion sialan! Aku akan mencabik-cabik kau! Lihat saja!" Si naga sisik kristal meraung marah ketika lagi-lagi tubuhnya berhasil dipukul menggunakan api surgawi milik Burung Vermilion.      

"Hah! Omong kosongmu memang sebesar tubuhmu!" pekik Burung Vermilion sambil terus bergerak lincah meliuk mengitari alur panjang tubuh sang naga. Sembari terbang bagai spiral, ia sekalian semburkan api surgawinya.      

Sudah bisa dipastikan naga raksasa sisik kristal menjerit sangat kesakitan karena hampir sekujur tubuhnya terkena api surgawi milik Burung Vermilion. Api pencucian dari surgawi yang sangat mematikan.      

Ketika naga itu sudah tak tahan lagi, tiba-tiba ruang jiwa itu bergetar hebat. Andrea sampai limbung dan cemas akan kondisi ruang jiwa ini.      

"Bocah! Naik ke punggungku!" seru Burung Vermilion pada Andrea. "Ayo, lekas! Jangan berdiri bodoh seperti itu!"      

Karena tak ingin mendapatkan resiko tetap di tanah, Andrea pun melonjak ke udara dan disambut punggung Burung Vermilion.      

Tepat ketika Andrea sudah berhasil duduk dengan selamat di punggung Burung Vermilion, tiba-tiba area itu bergetar kuat hingga akhirnya pecah berkeping-keping dan memunculkan tempat dimana Jovano dan yang lainnya berada.      

"Mom!" Baru kali ini Jovano merasakan kebahagiaan maksimal melihat sosok ibunya.      

Andrea tiba di hutan ilusi tempat Jovano dan yang lainnya sedang menahan serangan ganas dari naga tadi. Namun, di hutan itu tidak nampak adanya naga raksasa. "Jo!" Sang Cambion pun berseru senang melihat mereka semua masih baik-baik saja meski terlihat sangat kelelahan. "Kalian tidak apa-apa?"      

Setelah Burung Vermilion mendarat dan mematahkan semua serangan es abadi di sana, Andrea lekas menghampiri kelompok Jovano. Ia sangat lega bisa bertemu mereka semua.      

"Mom!"     

"Aunty!"     

"Aunty Drea!"     

"Nyonyaku."     

"Nyonya."      

Lima orang itu bergantian memeluk Andrea.      

"Kalian semua, apakah ada yang terluka?" tanya Andrea masih cemas. Bagaimana pun, kekuatan naga sisik kristal tadi sangat kuat, bahkan dia sendiri tidak bisa menanganinya.      

Kelima orang itu menggeleng berbarengan.      

"Mom, kenapa bisa sampai di sini? Mana yang lain?" tanya Jovano melihat hanya ada Andrea saja yang masuk ke hutan ilusi. "Mom, jangan katakan kau asal masuk ke sini dan akan menambah jumlah korban saja."      

"Bocah bandel!" Andrea menggusak gemas rambut anaknya. "Tentu saja Mama punya metodenya!"     

"Pakai apa, Aunty?" tanya Vargana, penasaran.      

"Kekuatan Genjutsu!" jawab Andrea sambil lebarkan senyum bangga.      

Jovano dan dua bocah di sana hanya bisa melongo. "Mom, ini bukan dunia Naruto. Jangan berlagak jadi ninja, Mom." Wajah datar sang putra seolah penuh dengan aura kritikan.      

"Hiss! Bocah sotoy! Mama cuma ambil namanya doang karena hampir mirip ama kekuatan ilusi punya Mama! Beuh!" Andrea menggosok pipi Jovano hingga bocah itu risih dan malu.      

"Aunty, itu burung apa?" Zevo menunjuk ke burung api yang sedang terbang berputar-putar di sekeliling mereka.      

"Ohh, itu Burung Vermilion. Dia burung api." Andrea menjawab sambil tersenyum.      

"Burung Vermilion!" ulang Jovano dengan nada terkejut. "Ternyata wujudnya memang sehebat yang ada di Gugel!" Bocah ini memang menyukai segala hal mengenai makhluk mitos dan supernatural. Tidak heran dia paham apa itu Burung Vermilion.      

"Apakah burung itu hebat, Jo?" tanya Vargana.      

Jovano mengangguk. "Tentu! Dia ini termasuk burung ilahi, burung surgawi, yang sangat kuat dan konon seimbang dengan burung Phoenix."     

"Hm?" Zevo agak bingung. "Jadi... dia bukan burung Phoenix?"     

Jovano menggeleng. "Burung Vermilion termasuk di dalam 4 hewan surgawi di mitologi Tiongkok sebagai simbol dari 4 arah mata angin! Bersama Naga Biru Azure Dragon Qing Long di timur, Kura-Kura Hitam Xuan Wu di utara, dan Harimau Putih Bai Hu di Barat."     

"Huh! Aku lebih hebat ketimbang Phoenix sombong itu!" Burung Vermilion terdengar tidak terima dirinya disejajarkan dengan Burung Phoenix. "Hanya karena dia sering dipakai sebagai simbol Permaisuri Cina kuno, dia besar kepala dan menganggap dirinya lebih dari aku!"      

Mereka tidak bisa berkomentar apapun atas ucapan Burung Vermilion.      

Lantas, Burung Vermilion pun menatap sekeliling dan berseru, "Keluarlah kau cacing kecil, atau aku akan mematuk tubuhmu sampai kau mati dan tidak bisa bereinkarnasi!"     

"Ja-jangan! Jangan patuk aku!" Terdengar suara mengiba dari sebuah arah.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.