Devil's Fruit (21+)

Dia Bernama Weilong



Dia Bernama Weilong

0Fruit 623: Dia Bernama Weilong     
0

Suara itu berasal dari arah rerumputan tak jauh dari mereka. Suara yang sama dengan si sosok misterius yang menginginkan dipanggil Yang Mulia karena dia mengatakan bahwa dia adalah Dewa tertinggi di sana.      

Jovano dan yang lainnya pun menunggu dalam diam. Sosok itu berhasil digertak oleh Burung Vermilion. Dan kini mereka semua sedang menantikan kemunculan sosok yang sedari tadi menyulitkan Andrea dan kelompoknya.      

Tukk... tukk... tukk...      

Kini, muncul seekor naga. Dia berwarna putih susu dan sisiknya seperti sisik ular yang berwarna-warni samar ketika terkena pantulan cahaya bulan.      

Yang membuat Andrea dan yang lainnya melongo, sosok naga itu panjangnya sekitar 20 sentimeter!      

"Yang benar saja!" seru Vargana setelah usai dari linglungnya.      

"Dia? Dia yang tadi ribut dengan kita?" Zevo sampai belum mengatupkan mulutnya karena terlalu kaget.      

"K-Kalian jangan meremehkan wujudku!" Naga itu melotot ke Zevo. "Bagaimana pun, aku ini kuat dan bisa menaklukkan lawan-lawanku!"     

"Skriiii!!!" lengking Burung Vermilion sambil mulai kepak-kepakkan sayapnya dengan gerakan gusar. "Masih berani mengatakan dirimu hebat di depan Tuan ini?!" Tatapan angkuh penuh aura dominasi terarah dari mata berkilat Burung Vermilion pada naga mungil yang kini sudah sepenuhnya memunculkan dirinya.      

"A-aku ini Dewa!" Naga itu masih belum bisa menerima tatapan penghinaan Andrea dan kelompoknya.      

"Ya! Dan aku adalah Kaisar Dewa jika kau ini Dewa! Skriiikkk!" Burung Vermilion terus saja mengintimidasi naga putih.     

Naga putih melesat hendak mematuk naga kecil itu, namun si naga lekas berlari cepat masuk ke rerumputan tinggi untuk berlindung. "Jangan makan aku! Jangan makan aku! Ampun! Aku minta ampun, Vermilion!"      

"Kalau tidak ingin menjadi santap malamku, lekas keluar dan jangan membual sebagai Dewa! Skriii!" Burung Vermilion tegas mengancam naga putih.      

Hewan berbentuk naga sepanjang 20 sentimeter itu kembali menampilkan diri di depan kelompok Andrea.      

"Aku akui, aku terpana dan kaget melihat sosok aslimu, Pak Tua." Andrea mulai bicara pada naga itu.      

"Apa maksudmu?!" Naga itu melirik sengit ke Andrea. "Kalau kau ingin menghinaku, hina saja, jangan ragu-ragu!" sindirnya.      

Putri Cambion menggeleng. "Sebenarnya aku tidak ingin menghinamu, Pak Tua. Aku justru kagum dengan kekuatanmu. Apalagi ternyata kau sangat kuat di wilayah ilusi! Aku mengakui kekalahan dalam hal itu."      

"Setuju." Jovano mulai bicara dengan senyum terhias di wajahnya. "Aku juga tidak menyangka sosok sekecil ini bisa mengeluarkan kekuatan ilusi yang hebat dan hampir mencelakai kami. Ups, aku tidak bermaksud menghina sama sekali, loh! Ini aku sedang memujimu, Tuan Dewa. Ohh, maaf... kata Burung Vermilion, kau ini bukan Dewa."     

"Grrrhh..." Naga mungil itu menggertakkan geraham sembari menggeram kesal ke Jovano. Bocah itu memang memiliki lidah yang mengerikan jika digunakan untuk bicara.      

"Jadi, siapa sebenarnya kamu?" tanya Noir.      

"Untuk apa kalian bertanya hal pribadiku? Memangnya kalian pikir, siapa kalian, huh?!" Naga putih berdiri di dua kaki belakangnya, sementara dua kaki depan dilipat di depan dada, sangat pongah meski berukuran mini.      

"Cacing kecil, perlukan aku ulangi ucapanku?" Burung Vermilion berkata dengan nada rendah. "Jangan menyusahkan mereka. Bagaimana pun, aku hidup di dalam tubuh bocah perempuan ini." Satu sayapnya menunjuk ke Andrea.      

Air muka naga putih menjadi berubah tidak sedap, ia seketika ciut mengingat bagaimana kekuatan Burung Vermilion yang dengan mudah menaklukkan es abadi dan ruang ilusi dia. Apalagi jika burung api itu benar-benar ingin menjadikan dia santapan. "A-aku... aku tidak bermaksud kurang aja!"      

Burung Vermilion menaikkan dagunya penuh aroma arogan ke naga putih. "Jawab apa yang mereka tanyakan."      

"I-iya, iya, baiklah... tuan dan nyonya, silahkan beri saya pertanyaan. Saya... saya akan berusaha memenuhi rasa penasaran Anda semua dengan jawaban-jawaban terbaik." Kini sikap naga putih berubah drastis, tidak lagi pongah dan menyatukan dua telapak tangan mungilnya sambil sedikit menunduk ke Andrea dan kelompoknya.      

"Singa Petirku tadi bertanya, siapa sebenarnya kamu, naga imut." Andrea tidak bisa menahan gemasnya melihat sosok mungil naga putih yang terlihat benar-benar imut di matanya.      

"Ja-jangan menyebutku dengan kata menjijikkan itu!" pekik naga putih, namun segera dia menurunkan nada suaranya setelah melirik Burung Vermilion di sebelah Andrea. "Ugh... baiklah, aku akan menjawab sebaik mungkin."     

"Ingat, tanpa bualan, cacing kecil, karena aku tau persis siapa kau!" Burung Vermilion menyipitkan mata membuat wajahnya kian menyeramkan di pandangan naga putih.      

"Baik! Baik, Yang Mulia Vermilion!" Naga putih lekas menjanjikan itu daripada dipatuk oleh Burung Vermilion yang terkenal sangat ganas dan pemarah. "Aku ini... satu-satunya yang tersisa dari klan naga Benua Xuan."     

"Benua Xuan? Di mana itu letaknya?" Vargana ingin tau.      

"Itu ada di barat daya Laut Huang," papar singkat naga putih.      

"Hah? Di mana pula itu Laut Huang?" Zevo jadi bingung karena nama-nama yang disebutkan oleh naga putih terdengar sangat asing baginya, padahal dia ini termasuk cerdas dalam bidang geografi bumi manusia.      

Cakar mungil naga putih menggaruk kepalanya yang dirundukkan agar bisa dicapai kaki pendeknya. "Bagaimana aku menjelaskannya kalau kalian sebodoh ini..."     

"Hei, cacing... jaga lidahmu." Burung Vermilion mengingatkan dengan suara rendah.      

"Ha-Hamba paham, Yang Mulia! Ampuni Hamba!" Dua kaki depan naga putih ditangkupkan sebagai tanda penghormatan pada Burung Vermilion.      

"Jadi... sepertinya nama tempat atau arah yang disebut Pak Naga ini bisa jadi adalah nama di jaman kuno. Dan mungkin sudah berganti di jaman ini atau sudah musnah." Jovano mengelus dagunya sambil tampilkan raut berpikir.      

"Mama juga menduga seperti itu, Jo." Andrea mengangguk. Dia saat ini tidak bisa menyembuhkan dirinya menggunakan pil apapun karena dia sedang ada di ruang ilusi milik naga putih. Meski begitu, dia sudah agak lebih baik walaupun darah di wajahnya masih ada di beberapa area.      

"Huff... jika kalian tidak paham arah yang aku sebut, ya sudah." Naga putih menghela napas lirih.      

"Baiklah. Lupakan tentang tempat asalmu. Sekarang, aku ingin tau namamu," lanjut Andrea.      

"Namaku? Weilong." jawab naga putih.      

"Huh! Nama yang keterlaluan dan sangat tidak sesuai!" Burung Vermilion mendengus sambil menatap remeh naga putih bernama Weilong ini.      

"Yang Mulia... ini adalah nama yang diberikan orang tuaku." Wajah Weilong kini tampak memelas. "Aku tentunya tidak bisa memilih namaku sendiri ketika lahir. Mohon Paduka Vermilion tidak salah sangka padaku..." Rasanya ia ingin menangis jika tidak ingat ada Andrea dan kelompoknya di sana.      

Betapa tidak masuk akalnya Burung Vermilion jika memprotes nama dia, Weilong, yang berarti Mighty Dragon alias naga perkasa. Karena nama adalah doa dari orang tua. Siapa yang bisa menyangka jika pertumbuhan Weilong ternyata... jauh dari harapan.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.