Devil's Fruit (21+)

Membeberkan Cara Patahkan Ilusi



Membeberkan Cara Patahkan Ilusi

0Fruit 632: Membeberkan Cara Patahkan Ilusi     
0

Ya, kontrak semacam itu memang terkesan egois dan semena-mena. Tapi mau bagaimana lagi, ini demi menaklukkan Beast yang dikontrak yang biasanya sangat enggan diikat dalam sebuah hubungan kontrak, terutama oleh manusia dan Iblis.      

Namun, beberapa beast juga akan bersedia suka rela dikontrak oleh bangsa Iblis karena mereka tau mereka tidak akan bisa melawan seseorang dari bangsa Iblis. Oleh karena itu, hanya menyerah adalah satu-satunya jalan untuk mereka.      

Bahkan ada juga Beast yang merasakan kebanggaan jika dia dikontrak oleh Iblis level tinggi. Itu sungguh sebuah prestise tersendiri bagi bangsa Beast.      

Tapi Weilong, dia merasa dirinya tambah tidak punya harga diri jika menjadi hewan kontrak meskipun dari kalangan Iblis. Ia merasa, dirinya sudah merasa rendah diri akan wujud fisiknya, dan jika harus menjadi budak pihak lain, itu akan menambah jatuh harga diri dia.      

Padahal, kontrak tidak melulu menjadikan Beast sebagai budak. Seperti Andrea, contohnya, yang menganggap Sabrina dan semua hewan kontrak dia sebagai rekan, teman, dan keluarga. Sama sekali tidak dipandang sebagai budak.      

Jika Andrea tidak memandang begitu pada mereka, tentu dia tidak akan bersusah payah membuat obat penangkal racun ketika Sabrina terkena sengatan racun siluman kalajengking di Alam Feroz milik Pangeran Djanh.      

Waktu itu, bisa saja Andrea membiarkan Sabrina sekarat dan mati karena takkan berpengaruh pada dirinya. Namun, karena rasa sayang dan kekeluargaan dari Putri Cambion, maka ia bersedia mati-matian belajar membuat pil anti racun dan bahkan menangisi Sabrina ketika si macan sabertooth tengah sekarat.      

Sepertinya Jovano masih harus berusaha membuktikan dirinya di hadapan Weilong agar sang naga merasa dia pantas menjadi tuan kontrak dari sang naga mungil.      

"Ohh! Ini yah yang namanya Weilong!" Di belakang Jovano, sudah muncul Kuro dengan para bocah perempuan lainnya.      

Weilong bersikap waspada ketika Kuro mendekatkan wajahnya ke wajah Weilong saat sang naga sedang berdiri pongah di bahu Jovano. Namun, setelah menyadari bahwa garis darahnya lebih tinggi daripada Kuro, dia mulai bersikap pongah. "Kenapa? Kau keponakanku, harus memanggilku Paman Agung!"     

"Paman Agung?" Kuro miringkan kepalanya. "Tapi kau ini imut dan menggemaskan, sama sekali tidak berbau agung. Bagaimana kalau kupanggil Paman kecil, sesuai dengan bentukmu?"     

"Hei, kau bocah kurang ajar!" seru Weilong pada Kuro yang tertawa terbahak-bahak. "Jangan seenaknya menghina pamanmu ini!"      

"Weilong... kau juga jangan seenaknya menghina keponakanmu..." Dari arah belakang Weilong, wajah Raja Naga Iblis Heilong sudah berubah sangat gelap.      

Hiiiiii!!! Weilong merasakan tulang ekornya membeku melihat perubahan wajah sang kakak. Ia langsung tau bahwa kakaknya begitu menyayangi anak-anaknya. Kakaknya yang Agung... adalah seorang pemuja anak-anaknya!      

"A-ahh! Kakak! Aku tidak bermaksud menghina dia! Aku... aku hanya sedang mencoba bercanda dengannya, hahah... hahah..." Weilong tertawa kering begitu canggung. "Ehem, kau keponakanku, lain kali... panggil aku dengan benar."      

"Paman mungil."     

"Hei!"     

"Weilong... hmm..."     

"Ahahahaha! Paman mungil tambah menggemaskan jika marah-marah!"      

"Kau! Hnghh..."     

Weilong pun tak berdaya. Ia hanya bisa menyerah ketika sang kakak masih ada di dekatnya.      

"Si mungil ini kuat sekali, loh!" Vargana ikut berceloteh.      

"Iyakah?" Bocah perempuan lainnya berseru.      

Vargana mengangguk. "Kemarin aku sampai kewalahan melawan dia di medan ilusi."      

Dagu Weilong semakin terangkat naik begitu bangga akan dirinya. "Huh, dasar orang-orang lemah..."      

"Hei, hei, tapi kau hanya kuat di medan ilusi saja, iya kan?" Vargana menusuk-nusuk kepala mungil Weilong dengan jarinya.      

"Humph! Lihat saja nanti jika aku mengeluarkan kekuatan aku di luar medan ilusi, kau akan menggelepar kedinginan."      

"Iya kah?" Kuro mengusap-usap tubuh Weilong bagai sedang mengelus seekor kucing kecil.      

"Hei! Aku bukan hewan peliharaan! Aku ini pamanmu!"     

Iya, iya... Paman mungil tersayangku."     

"Bocah!" Weilong berseru ke Kuro sambil melirik kakaknya, berharap Raja Naga Iblis Heilong membantu dia untuk menegur anaknya. Sayangnya, Heilong seolah-olah tidak mendengar apa-apa dan sibuk bersiul-siul.      

Seketika, Weilong sampai pada kesadarannya bahwa si kakak memang seorang pemuja anak-anaknya. Jangan harap mendapatkan pembelaan darinya atas kelakuan nakal sang anak.      

"Hei, Weilong... kau belum katakan cara untuk keluar dari ilusimu." Jovano masih mengejar topik mengenai itu.      

"Kau ini... memangnya kenapa kau ingin tau itu, bocah?" Alis Weilong dirajut sebagai tanda heran. "Tenang saja, aku takkan menjeratmu lagi ke alam ilusiku, jadi tak perlu risau."      

Jovano belum ingin menyerah. Ia benar-benar ingin tau. "Sebenarnya aku ingin tau untuk secara global saja, sih. Maksudku... keluar dari medan ilusi manapun. Kau pasti tau itu, kan Weilong?"      

"Aku..." Weilong ingin menjawab.     

"Weilong, beritau saja apa yang Pengeran Muda ingin ketahui." Raja Naga Iblis Heilong berkata sambil pejamkan mata dan berdiri tenang.      

Tidak ada pilihan lain. Mustahil jika Weilong melawan sang kakak yang sangat dia hormati. "Hnghh... baiklah..."      

Maka, Weilong pun segera membeberkan cara untuk melepaskan diri dari ilusi dia. Dan juga memberikan cara umum untuk lepas dari ilusi apapun.      

Gavin, Shiro dan Zevo yang baru keluar dari danau kawah pun mendekat ingin tau dan mempelajari trik dan cara yang dipaparkan oleh Weilong.      

Di satu sisi, Weilong merasa ada kebanggaan ketika dirinya dikerumuni dengan tatapan penuh minat dan dia adalah yang memberikan informasi. Apalagi mata para bocah itu terlihat antusias dan patuh mendengarkan segala penjelasan dia.      

'Sepertinya... tidak buruk juga jika harus mengikuti mereka.' batin Weilong. Ia sudah ribuan tahun hidup menyendiri dan tidak pernah mengijinkan siapapun menyertainya karena sebelum-sebelumnya, dia kerap mendapatkan cibiran dan pandangan meremehkan dari banyak Beast lain sehubungan dengan fisiknya.      

Kali ini... Weilong baru merasakan kebanggaan meski kecil. Ditambah, ternyata Andrea begitu murah hati membagikan Inti Kristal dan Buah Energi Roh. Siapa Beast yang sanggup bertahan menolak itu?      

Si Nyonya Cambion yang menyaksikan dari jauh ketika Weilong sedang memberikan pengajaran pada para bocah, dia tersenyum lega. Rasanya tidak buruk juga jika putranya menginginkan si naga mungil menjadi beast kontraknya.      

Ia harap, sang putra dan Weilong bisa semakin kompak dan lebih bagus lagi jika keduanya bisa mengharmornisasikan kekuatan elemen keduanya. Walaupun kekuatan elemen mereka berbeda, Andrea yakin Jovano pasti akan menemukan cara untuk penggabungan kekuatan.      

"Nah, aku sudah paparkan semua yang aku tau tentang mematahkan ilusi." Weilong selesai memberikan tutorial pada para bocah Tim Blanche. "Kalian harus banyak berterima kasih padaku! Tanpa kesudianku, kalian akan tetap tidak bisa apa-apa jika ada pihak lain memerangkap kalian ke medan ilusi!"      

"Tentu saja!" Kuro berbinar senang. "Paman mungilku yang imut ini kan memang hebat! Mana mungkin dia akan membiarkan keponakannya ini masuk ke perangkap ilusi orang lain? Mereka pasti akan kau remukkan, iya kan Paman mungil?"      

"Hei, kenapa aku masih harus yang membantumu, bocah?!" Weilong mengerucutkan bibirnya, sangat tidak terlihat manis. "Kau sendrilah yang harus berjuang!"      

"Bagaimana kalau kita langsung praktekkan saja?" usul Voindra.      

"Iya, benar Paman mungil! Ayo keluarkan tenaga ilusimu dan kami akan belajar mematahkan ilusimu!" Kuro mulai bersemangat.      

Memangnya Weilong punya pilihan lain selain patuh?     

-0-0-0-0-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.