Devil's Fruit (21+)

Terluka Saat Berlatih



Terluka Saat Berlatih

1Fruit 638: Terluka Saat Berlatih     
0

Kelompok pemanen itu pun kembali ke hutan dengan tubuh lelah. Terutama yang telah bekerja dari malam.      

Andrea langsung tertidur begitu mencapai lubang pohonnya. Dante dan Giorge hanya bisa mendecak dan geleng-geleng kepala saja melihat istri mereka sudah terlelap begitu menyentuh alas tidur.      

Kemudian, dua pria tampan itu pun menyusul Andrea.      

Sedangkan para bocah asik bermain di hutan tersebut. Apalagi kalau bukan mengasah kemampuan elemen mereka.      

Sementara itu, para ketua tim Iblis sedang membicarakan mengenai apa saja yang mereka kerjakan sepagian tadi. Anggota mereka saling heran dan membulatkan mata dengan pandangan tak percaya.      

"Ternyata Tuan Putri Andrea benar-benar sesuai rumor, yah!"     

"Benar! Dia digosipkan sebagai pribadi yang aneh."     

"Tapi, Baginda Raja sangat menyayangi dan mempercayainya. Bahkan, aku dengar Kerajaan Orbth akan diwariskan padanya!"     

"Sungguh kah itu?!"     

"Tsk! Kau ini! Aku yang hebat ini memiliki sumber orang dalam, mana mungkin salah?"     

"Wah, jadi... Raja kita nantinya adalah dia?"     

"Raja wanita! Kita akan dipimpin seorang wanita!"     

"Dan bahkan bukan ras Iblis murni!"     

"Eh, tapi... yang kudengar... kekuatan dari keturunan campuran seperti Tuan Putri Andrea itu langka dan bisa saja hebat!"     

"Iya kah? Apakah mulai sekarang kita lebih baik bercinta dengan wanita manusia saja agar anak kita sehebat Tuan Putri Andrea?"     

"Jangan tolol! Memangnya kau pikir kau ini siapa, huh? Tentu saja Tuan Putri Andrea berbeda dan hebat karena ada darah Baginda Raja mengalir dalam tubuhnya!"      

"Dan lagi... amat susah untuk kita Iblis biasa begini menghamili wanita manusia! Kita hanya bisa menyetubuhi mereka di mimpi saja, selain itu, tidak bisa."      

"Kau benar, kawan. Hanya para bangsawan Iblis berkekuatan besar saja yang bisa mendatangi manusia secara fisik dan menyetubuhi mereka serta membuahi."      

"Bukankah beberapa prajurit wanita Succubi juga bisa mendatangi pria manusia secara fisik?"     

"Apa kau belum tau sistemnya? Jika itu Succubus, mereka bisa mendatangi pria manusia untuk diajak main seks, tapi hanya dipanen spermanya tanpa menghamili Succubus-nya. Itupun hanya bisa dilakukan oleh prajurit kuat saja dari mereka."      

"Sepertinya prajurit kuat dan elit bisa berbuat apa saja. Lihat saja Panglima Kenz, istrinya seorang manusia!"      

"Itu karena Panglima Kenz kekuatannya tinggi dan dia juga bisa berubah sepenuhnya menjadi manusia, meniadakan ciri fisik iblis dia."      

"Yeah, sedangkan kau... wajahmu tetap saja buruk dan mengerikan dengan telinga sepanjang itu, fu fu fu..."     

"Kau pikir dirimu setampan apa, heh?"      

"Lihat saja nanti jika kekuatanku sudah tinggi dan aku bisa berhasil merubah wujud ke manusia, akan kubuat diriku begitu tampan hingga kau akan menangis darah!"      

Obrolan para serdadu Iblis terus berlanjut. Bahkan mereka juga membahas mengenai rencana Andrea atas kulit bulu dan tulang beast evolusi hitam.      

Di tempat lain, di depan hutan, para bocah saling bertarung satu sama lain tanpa melukai untuk melatih skill bertarung mereka.      

Kemarin momen pertempuran dengan para monster beast hitam merupakan hal yang membekas bagi mereka.      

Mereka dituntut untuk cekatan dan juga lekas berpikir dalam waktu singkat. Harus mengambil keputusan dalam sekejap mata. Maka, tidak heran jika banyak dari mereka yang terluka karena minimnya ketrampilan bela diri.      

Jovano sebagai orang yang sering berlatih bela diri di dunia manusia, saat ini dia suka rela melatih teman-teman bocahnya.      

"Gav, angkat lagi pedangmu! Tidak, tidak, bukan begitu. Tapi seperti ini." Jovano menghampiri Gavin dan membetulkan sikap tangan putra Panglima Kenz dalam memegang pedangnya. "Jangan lupakan kuda-kuda kamu yang harus kokoh." Ia memberi arahan pada Gavin yang sedang berlatih pedang dengan Voindra.     

"Ohh, oke Kak Jo! Begini?" Gavin menguatkan pose kuda-kudanya. Jovano mengacungkan ibu jarinya.      

"Kak Jo, apakah sikap pedangku sudah benar?" tanya Voindra yang kini lebih kuat.      

Jovano menatap sepupunya dan mengangguk.     

"Yah, begitu. Benar begitu, jangan lupa, oke? Kuda-kuda kokoh itu penting dalam pertarungan, itu adalah fondasi bertempur." Jovano menepuk bahu Gavin dan Voindra, lalu berkeliling melihat yang lainnya.      

Kini dia menghampiri Vargana yang sedang berlatih dengan Zevo. "Va, coba kau ayunkan cambukmu seperti ini, sini aku peragakan." Jovano meminta cambuk di tangan kakak sepupunya, lalu beralih ke putra Pangeran Djanh. "Zev, coba serang aku."      

Lalu, Zevo mulai mengayunkan pedang di tangannya sambil Jovano menggerakkan cambuk dengan luwes. Dalam waktu lima menit saja, Zevo mulai kewalahan dengan tarian cambuk dari Jovano dan pedangnya kini berhasil dililit dan ditarik hingga terlepas dari genggamannya.      

"Nah, seperti itu, Va. Kau sudah paham?" Jovano menoleh ke sepupunya.      

Vargana mengangguk. "Rasanya aku paham harus bagaimana." Ia menerima cambuk dari tangan adik sepupunya. "Ayo, Zev... kita ulangi lagi. Aku harus bisa mengalahkanmu!"      

Jovano berjalan lagi dan menyaksikan Shona sedang berlatih meliukkan selendang airnya. "Sho, coba kau berkonsentrasi bagai kau ini adalah air itu sendiri dan gunakan sugestimu untuk menyelaraskan gerakanmu dengan air itu."      

"Oke." Shona mulai berkonsentrasi sebentar, memejamkan mata dan kemudian ketika membukanya, dia sudah mulai lebih stabil meliukkan airnya bagai itu adalah selendang lentur yang indah. Jovano mengangguk puas akan kecepatan daya tangkap Shona.      

Ketika Jovano melihat ke Kuro dan Shiro yang sedang melatih seni bela diri mereka menggunakan senjata masing-masing. Kuro dengan Katana-nya dan Shiro dengan sepasang pedang berkait dia.      

"Kak Kuro, Kak Shiro, ayo berlatih juga denganku!" ajak Jovano.      

"Boleh! Sini, Dik!" panggil Kuro melambaikan tangan ke Jovano.      

"Bolehkah aku melawan kalian berdua. Tapi kalian jangan kejam-kejam padaku, oke? He he..." Jovano mengeluarkan pedangnya dari sang kakek. "Aku ingin lebih pandai memainkan pedang. Kalian berdua lebih berpengalam dalam bertempur, maka itu aku ingin kalian melatihku."      

"Oke, Jo. Serahkan itu pada kami." Kuro menyahut sambil ayunkan pedangnya. Shiro mengikuti dan mulai menebaskan pedang kaitnya.      

Jovano lekas berkelit ketika katana milik Kuro ingin menggapai dadanya. Ia lengkungkan punggung ke belakang, dan tiba-tiba pedang lain sudah tiba di bawah kakinya. Rupanya pedang berkait milik Shiro.      

Ini tidak boleh lengah! Jovano segera meloncat bersalto ke belakang menghindari sabetan pedang berkait dari Shiro. Namun, serangan lain belum usai ketika Kuro sudah datang menerjang ke arahnya sambil mengayunkan pedang di tangannya secara zig zag membentuk alur Z.      

Lekas saja Jovano berkelit ke samping dan saat pedang kait Shiro menyambut tubuhnya, Jovano menolak menggunakan pedang di tangan sehingga bunyi denting tabrakan dua baja terdengar.      

TING!     

TANG!     

Srrrttt!     

TRANG!     

Jovano mulai kewalahan karena dia hanya memegang satu pedang, sedangkan Kuro kini sudah mengeluarkan Wakizashi-nya untuk melengkapi Katana dia. Belum lagi duo pedang berkait Shiro.      

Ia harus menghadapi empat serangan pedang secara beruntun.      

Breettt!     

Punggung Jovano tergores salah satu pedang berkait Shiro. Darah segera mengucur. Shiro kaget dan lekas hentikan serangannya. Kuro pun demikian.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.