Devil's Fruit (21+)

Tekad Baru Jovano



Tekad Baru Jovano

0Fruit 641: Tekad Baru Jovano     
0

Di hari Minggu, di saat para dewasa sedang bersenang-senang sendiri, para bocah justru terus berlatih bagai tenaga mereka tidak pernah habis.      

Minggu ini, untung saja tidak ada hujan salju ataupun badai. Para bocah meminta pada Jovano, Kuro dan Shiro untuk melatih mereka seni bela diri dan juga senjata. Mereka ingin kemampuan bertempur mereka bisa terus meningkat.      

Jovano, Kuro dan Shiro dianggap lebih berpengalaman dalam hal itu, oleh karenanya, bocah-bocah itu meminta ketiganya untuk sudi melatih mereka.      

Jovano fokus melatih pertarungan tangan kosong. Sedangkan Kuro dan Shiro melatih penggunaan senjata seperti pedang.      

Siangnya, setelah mereka ingin beristirahat sejenak, mereka memutuskan untuk jalan-jalan sebentar.      

Acara jalan-jalan kali ini membuat mereka menemukan sebuah padang salju yang berhias akan hamparan bunga berbagai warna, begitu kontras dengan putihnya salju yang melingkupi tanah.      

Di dekat padang bunga, terdapat gemericik suara sungai kecil yang tidak begitu lebar.      

Memakai selubung kekuatan api dasar, mereka memberanikan turun ke sungai dan bermain air sejenak. Dengan selubung itu, air yang menempel di tubuh mereka tidak terlalu terasa dingin menggigit.      

Namun, itu tidak bisa berlangsung lama. Mereka harus lekas keluar dari sungai sebelum selubung itu redup dan pudar.      

"Ughh... andai aja kita bisa bawa ponsel ke sini, aku bisa selfi terus di sini!" Voindra cemberut lucu. Wajahnya memerah karena kedinginan, tapi itu menambah manis penampilannya.      

"Ha ha ha! Pasti kau ingin memasangnya di Insta kamu, iya kan?" Vargana mengolok-olok adiknya. "Mentang-mentang followermu sudah jutaan, Voi!"      

"Benarkah? Follower Voi jutaan?" Gavin mendelik tak percaya. Vargana mengangguk. Lalu pria kecil itu melanjutkan bicara ke Voindra, "Voi, kalau follower kamu bertambah satu yaitu aku, tidak apa-apa kan?"      

"Tentu aja gak apa, hi hi... Gavin nanyanya aneh, ahh..." Voindra terkikik senang. "Nanti kalau sudah keluar dari sini, kita saling follow aja, yah!"      

Gavin mengangguk.      

Dan menjelang sore, para bocah pun mulai berjalan pulang ke Kastil Blanche. Ada yang berendam air hangat di bak kamar mandi mereka, ada pula yang tidur karena lelah berlatih dan jalan-jalan.      

Namun Jovano, dia masih asik mengamati pedang yang diberikan sang kakek sebelum masuk ke Alam Schnee ini. Sebuah pedang yang tidak begitu besar seperti Rogard, dan memiliki lekukan sederhana namun tampak kokoh dan tajam. Pada bilahnya terdapat ukiran-ukiran yang tidak dia pahami, namun terlihat sangat indah.     

"Jo." Sebuah suara memanggilnya dari belakang. Saat ini dia sedang duduk di halaman kastil.      

Jovano menoleh dan mendapati ibunya keluar dari kamar dan menuju ke arahnya. "Mom. Sudah selesai?"      

Andrea langsung saja merah padam ditanya begitu. Tak perlu dia menanyakan ke Jovano apa makna pertanyaan si bocah karena dia sudah bisa menebak. "Ka-kamu tuh! Gak boleh tanya gitu, anak kecil!"     

"Come on, Mom... don't act shy to me kalau aku sudah paham itu sejak aku di perut Mommy." Jovano terkekeh nakal.      

Andrea hanya bisa mendesah tak berdaya sambil mengabaikan celotehan tadi dan duduk di sebelah Jovano. "Sedang apa?"      

"Ini, melihat pedang dari Opa." Jovano menunjukkan pedang di tangannya. "Aku suka lihat ukiran-ukiran unik ini. Bentuknya aneh, bukan sebuah sosok seperti binatang atau tumbuhan ataupun bentuk nyata yang kutau."      

Andrea melirik sedikit ke pedang itu. "Kamu mo tau itu ukiran apaan?"     

"Mommy tau?" Jovano jadi tertarik. Ia tidak menyangka ibunya mengenali ukiran apa itu hanya dengan sekali lihat secara sepintas saja. Ibunya benarkah jenius yang hebat seperti yang dirumorkan?      

"Itu rune, ukiran rune." Andrea menjawab ringan sambil lipat dua tangan di atas meja batu di halaman kastil.      

"Rune? Ini ukiran rune? Are you sure, Mom?" Kening Jovano berkerut. Meski tak mungkin ibunya berbohong padanya, tapi dia hanya ingin memastikan saja.      

Sang ibu mengangguk. "Sepertinya itu rune untuk memperkuat performa pedang dan ada rune petir juga. Tapi bisa juga salah karena Mama baru mempelajari sedikit dari rune."      

"Mommy belajar seni rune?" Jovano bukannya tidak tau apa itu rune. Dia tau. Hanya tidak mengira bahwa ini adalah termasuk ukiran rune.      

"Mama punya bukunya. Kau mau baca?" Andrea menawarkan. Kemudian, dia merogoh sesuatu dari RingGo dan muncullah sebuah buku yang tampak usang dan kuno dengan tulisan yang memakai bahasa latin kuno.      

Tangan Jovano menerima buku seni rune tersebut dan mulai membuka-buka halaman demi halamannya. "Cool! Ini buku yang keren, Mom! Mommy dapat dari mana buku seperti ini?"     

"Ini nemu sewaktu Mama ada di sebuah Mal di Alam Feroz punya papanya Zevzev." Putri Cambion menatap lekat putranya yang sedang asik melihat-lihat isi buku kuno tersebut. "Mama juga punya kertas jimat dan bermaksud pengin belajar seni jimat juga. Tapi karena waktu itu barang-barang magis Mama disita Opa kamu, Mama jadi terputus belajarnya."      

"Yah, Opa pernah kasi tau aku, alasan dia menyita benda-benda magis Mommy karena Opa mengetahui kalau Mom punya niat untuk bunuh Opa waktu itu, benar?" Jovano membeberkan apa yang diceritakan King Zardakh padanya.      

Andrea tidak mengira bila ayahnya malah menceritakan alasan dibalik penyitaan alat-alat magis dia usai dia keluar dari Alam Feroz Pangeran Djanh kepada putranya. Apakah... si ayah juga menceritakan mengenai seluk beluk tragedi meninggalnya Nivria, Oma dari Jovano?      

Mengingat itu, Andrea merasa sedih seketika, namun dia menahan diri dan bertanya ke anaknya tanpa menjawab pertanyaan sang anak, "Jo, kau mau coba belajar rune dan jimat? Seni inskripsi. Itu berguna banyak, loh! Kau bisa bikin senjata, bikin jimat yang bantu pertempuran kamu."      

Jovano menatap ibunya dengan pandangan mendalam, sembari memikirkan ucapan sang ibu. Mempelajari seni inskripsi? Seni rune? Jimat?      

Membuat senjata sendiri. Alangkah kerennya itu! Jovano yang menyukai pedang, jika dia bisa mendalami seni inskripsi dan rune, maka dia bisa membuat senjata keren untuk dirinya sendiri.     

Bahkan dengan penambahan rune pada senjata, maka akan adanya penambahan kekuatan dan berbagai kelebihan lainnya pada senjata tersebut. Ohh, ini benar-benar keren!      

"Mau, Mom! Aku mau!" Jovano akhirnya menjawab dengan antusias setelah memikirkan segala untung ruginya. "Aku boleh pinjam buku ini?"      

Andrea mengangguk. "Tentu aja boleh. Pelajari dasar-dasarnya. Cara mengendalikan apimu, cara untuk menstabilkan apimu, cara memadukan bahan-bahan secara tepat... kau harus mempelajari itu semua sebagai dasar.      

Jovano mengangguk. Memikirkan bagaimana ibunya berhasil menjadi alkemis secara otodidak, maka semangat juang dia terpacu. Jika ibunya saja bisa, kenapa dirinya tidak?      

Maka, mulai sekarang, Jovano menargetkan dirinya untuk berhasil mempelajari seni inskripsi dan rune. Ia harus mulai mempelajari cara mengendalikan apinya.      

Ia ingin menciptakan sebanyak mungkin senjata-senjata yang hebat dan dikagumi orang-orang.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.